1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PendidikanGlobal

Studi PISA 2022: Skor Literasi Jerman Turun Drastis

7 Desember 2023

Studi PISA 2022 mengungkap skor literasi Jerman untuk tiga bidang yaitu membaca, matematika dan sains mengalami penurunan 25 poin atau lebih. Sementara negara-negara Asia mendominasi peringkat teratas.

Pelajaran di ruang kelas sekolah Jerman saat pandemi
Menurut OECD, penurunan skor literasi global tidak sepenuhnya disebabkan oleh pandemi COVID-19.Foto: Matthias Balk/dpa/picture alliance

Studi Program Penilaian Siswa/i Internasional (PISA) Tahun 2022 yang dilaporkan oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), pada hari Selasa (05/12), menunjukkan  rata-rata skor literasi membaca dan matematika internasional di kalangan anak usia 15 tahun merosot drastis.

Studi yang kembali dirilis sejak pandemi COVID-19 itu merupakan hasil survei di 81 negara.

Studi PISA terbaru menunjukkan bahwa skor literasi Jerman di tiga bidang: membaca, matematika, dan sains, turun dari skor edisi sebelumnya.Foto: Christophe Gateau/dpa/picture alliance

Skor literasi Jerman turun

Hasil belajar literasi Jerman menurut studi PISA 2022 itu sangat memprihatinkan, di mana para pelajar tercatat mendapatkan skor terendah dari yang pernah ada sebelumnya, dengan penurunan skor sebesar 25 poin atau lebih.

Untuk literasi matematika, Jerman meraih skor 475, turun 25 poin dibanding studi tahun 2019 sebesar 500 poin. Untuk literasi membaca, Jerman mendapatkan skor sebesar 480, turun sekitar 18 poin dari skor sebelumnya. Sementara untuk literasi sains, Jerman juga mengalami penurunan dari 503 poin menjadi 492 poin pada tahun 2022.

Hasil buruk serupa untuk Jerman pernah terjadi pada studi PISA pertama tahun 2000. Saat itu, Jerman sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Eropa mendapatkan skor di bawah rata-rata OECD. Studi PISA 2000 itu juga mengungkap adanya hubungan yang mengkhawatirkan antara latar belakang sosial dan kesempatan pendidikan di negara Jerman.

Mengenai konsekuensi sosial yang terungkap dari laporan terbaru ini, Direktur PISA Doris Lewalter, seorang peneliti pendidikan di Universitas Teknik München sekaligus ketua Dewan Pusat Studi Perbandingan Pendidikan Internasional, menyoroti kurangnya dukungan bahasa di antara kelompok demografi tertentu.

"Jika kita memiliki murid dari latar belakang imigran, kita tidak bisa berasumsi bahwa mereka sudah menguasai bahasa Jerman ketika datang ke Jerman," katanya.

Kemampuan berbahasa Jerman pelajar dengan latar belakang imigran diduga menyulitkan pembelajaran di kelas.Foto: Maja Hitij/Getty Images

Bukan hanya Jerman, skor global juga merosot drastis

Saat ini, skor Jerman untuk literasi membaca dan matematika masih berada di bawah rata-rata OECD, sementara untuk literasi sains sedikit di atas rata-rata OECD. Namun, perlu dicatat bahwa studi PISA terbaru tersebut juga menungkap bahwa skor literasi di seluruh dunia merosot drastis.

"Dibandingkan dengan tahun 2018, skor rata-rata untuk literasi membaca turun 10 poin dan turun hampir 15 poin untuk literasi matematika," demikian menurut laporan tersebut.

Studi terbaru tersebut juga menyimpulkan, "penurunan skor literasi matematika ini tiga kali lebih besar dari perubahan sebelumnya secara berturut-turut."

Analis Pendidikan OECD Irene Hu bahkan mengatakan bahwa "hasil PISA 2022 menunjukkan penurunan prestasi pelajar yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah PISA."

Studi PISA biasanya dilakukan setiap tiga tahun sekali, namun edisi kali ini diundur setahun akibat pandemi COVID-19. Meskipun OECD mengatakan, langkah intervensi dalam menghadpi pandemi jadi salah satu faktor turunnya skor literasi global, pihaknya juga memperingatkan agar tidak menyalahkan semua hal pada COVID-19.

"Banyak faktor lain yang memengaruhi pembelajaran selama periode ini, seperti kualitas pengajaran jarak jauh dan tingkat dukungan yang diberikan kepada pelajar yang tengah mengalami kesulitan," katanya.

Asia mendominasi peringkat teratas

Negara-negara di Asia terus mendominasi posisi teratas, di mana Singapura memimpin dengan skor tertinggi di ketiga bidang literasi: matematika, membaca, dan sains. Makau, Taiwan, Hong Kong, Jepang, dan Korea Selatan berada di urutan setelahnya.

"Hasil ini menunjukkan, secara rata-rata literasi pelajar Singapura hampir tiga sampai lima tahun lebih maju dibanding rekan-rekannya dari negara lain," kata laporan tersebut.

Sementara untuk Indonesia, peringkat hasil belajar literasi dilaporkan naik 5 sampai 6 posisi dibanding Studi PISA 2018.

Peningkatan ini merupakan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA. 

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan, peningkatan peringkat ini menunjukkan ketangguhan sistem pendidikan Indonesia dalam mengatasi hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi. 

“Untuk literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dibanding sebelumnya. Untuk literasi matematika, peringkat Indonesia di PISA 2022 juga naik 5 posisi, sedangkan untuk literasi sains naik 6 posisi,” jelasnya di Jakarta, Selasa (5/12). 

Meski begitu, kesuksesan akademis tidak selalu berarti para pelajar bahagia. Untuk pertama kalinya, OECD meneliti hal tersebut menggunakan sembilan aspek kehidupan pelajar.

Hasilnya, para pelajar di Singapura, Makau dan Taiwan yang memiliki nilai terbaik dalam matematika seringkali melaporkan "rasa takut akan kegagalan yang tinggi dan keterlibatan yang terbatas dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti olahraga."

Sebaliknya, pelajar di negara-negara dengan nilai rata-rata skor PISA yang lebih rendah, seperti Spanyol dan Peru, menunjukkan "tingkat kecemasan yang lebih rendah" dan terbukti mampu menempatkan "fokus yang lebih besar pada bidang olahraga."

kp/gtp (AFP, AP, dpa)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait