Hampir 150.000 orangutan mati di Kalimantan dalam kurun waktu 16 tahun, kebanyakan karena dibunuh manusia. Peneliti mengungkap populasi satwa yang terancam punah itu menyusut 50% hingga 2015 silam.
Iklan
Diburu dan terusir oleh perkebunan sawit, kertas dan pertambangan, populasi orangutan di Kalimantan menyusut sebanyak 50% antara 1999 hingga 2015. Temuan tersebut dipublikasikan di jurnal ilmiah, Current Biology, menyusul penelitian Pusat Biodiversitas Institut Max Planck untuk Antropologi Evolusioner.
Ilmuwan mencatat sekitar 148.500 ekor orangutan tewas selama kurun waktu 16 tahun. Selain itu populasi satwa terancam punah itu diperkirakan akan menyusut sebanyak 45.000 ekor pada 2050. Deforestasi dan lenyapnya habitat hanya salah satu penyebab anjloknya populasi orangutan. Pembunuhan dan perburuan di kawasan perkebunan bertanggungjawab atas 70% angka kematian, tulis ilmuwan.
"Pembunuhan antara lain terjadi ketika penduduk merasa takut ketika orangutan masuk ke lahan perkebunan untuk memakan hasil panen," kata Maria Voigt dari Max Planck Institute.
Bulu rambutnya berwarna terang dan matanya biru. Orangutan langka di Borneo ini merupakan yang pertama kali ditemukan dalam 25 tahun terakhir.
Foto: Borneo Orangutan Survival Foundation
Dibebaskan dari penangkapan
Akhir April 2017, seekor orangutan albino diselamatkan oleh tim BOS Foundation dan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah di Desa Tanggirang, Kecamatan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Aksi penyelamatan ini dilakukan setelah tim menerima informasi dari kepolisian Kapuas Hulu.
Foto: Borneo Orangutan Survival Foundation
Si putih bermata biru
Matanya biru, bulu rambutnya terang. Orangutan betina berusia lima 5 tahun itu diselamatkan dari penangkapan di desa yang terletak di Kalimantan. Alba merupakan orangutan albino pertama yang akan ditemukan oleh BOS Foundation dan Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah tersebut dalam 25 tahun terakhir.
Foto: Borneo Orangutan Survival Foundation
Putih dan fajar
Orangutan Albino langka yang diselamatkan di Indonesia dinamakan "Alba". Nama itu dipilih dari berbagai usulan nama yang dikirim masyarakat dari seluruh dunia. Arti nama Alba adalah "putih" dalam bahasa Latin dan "fajar" dalam bahasa Spanyol.
Foto: Borneo Orangutan Survival Foundation
Dehidrasi dan lemah
Orangutan albino tersebut mengalami dehidrasi, dalam kondisi lemah dan menderita infeksi parasit saat diselamatkan. Setelah berhari-hari menjalani perawatan khusus, nafsu makan Alba mulai meningkat dan berat tubuhnya bertambah beberapa kilogram.
Foto: Borneo Orangutan Survival Foundation
Sensitif cahaya
Hewan luar biasa itu memiliki kulit dan rambut pucat dan mata yang sensitif terhadap cahaya.Orangutan, primata yang biasanya berwarna kemerahan yang terkenal dengan sifat lembut dan cerdas, hidup di alam liar Sumatera dan Kalimantan.
Foto: BOSF, Indrayana
Populasi orangutan menurun
International Union for Conservation of Nature IUCN memperkirakan bahwa jumlah orangutan di Borneo telah turun hampir dua pertiganya, sejak awal tahun 1970-an dan selanjutnya menurun terus menjadi 47.000 ekor pada tahun 2025.
Foto: BOSF, Indrayana
Perkebunan kelapa sawit jadi salah satu biang kerok
IUCN memasukkan orangutan Borneo dalam daftar hewan yang sangat terancam keberadaannya. Menurunnya jumlah orangutan ini tidak lain di antaranya karena perburuan dan konflik dengan pekerja perkebunan kelapa sawit. (Ed:ap/rzn)
Foto: Borneo Orangutan Survival Foundation
7 foto1 | 7
Untuk menyusun studi tersebut peneliti melacak sarang orangutan dan menggunakan citra satelit buat mendata kerusakan hutan. Hasilnya sebanyak 200.000 hingga 300.000 orangutan hidup di Kalimantan pada 1999 dan jumlahnya menyusut menjadi 70.000 hingga 100.000 pada 2015. Namun angka tersebut masih samar karena peneliti tidak bisa mencatat populasi satwa yang hidup di kawasan perkebunan atau wilayah hutan yang telah dibakar.
"Hasil ini sangat menyedihkan karena meski semua upaya konservasi kami masih mencatat penurunan populasi. Tapi kita harus optimis karena jika hutan dijaga dan kita bisa mengurangi angka pembunuhan menjadi nol, kita akan melihat kenaikan populasi orangutan secara perlahan," kata pakar ekologi Universitas John moore di Liverpool, Serge Wich.
Meski demikian peneliti juga mencatat populasi orangutan di sejumlah Taman Nasional di Kalimantan tetap stabil. "Kami tidak yakin spesies ini akan punah dalam waktu dekat," ujar Voigt.
Bukti Kekejaman Manusia Pada Orangutan
Rumah mereka dibabat dan dibakar pebisnis kelapa sawit. Para induk dibunuh pemburu liar, sedangkan anak-anak orangutan diperdagangkan secara ilegal.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Kenalkan, Ini Dina…
Dina masih bayi saat diselamatkan petugas konservasi dari aksi perdagangan ilegal. Di Taman Nasional Gunung Leuser Sumatera, banyak anak-anak orangutan tumbuh tanpa ibu, karena induk mereka dibunuh pemburu liar. Anak-anaknya diperjualbelikan.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Tumbuh tanpa ibu
Orangutan biasanya sering tinggal dengan induknya sampai mereka berusia enam atau tujuh tahun. Mereka benar-benar tergantung pada ibu mereka selama dua tahun pertama kehidupan mereka, dan disapih pada usia sekitar lima tahun. Di pusat konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Sumatera Utara, mereka dirawat.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Butuh waktu lama
Oleh karenanya, orangutan tanpa induk di pusat konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Kuta Mbelin, Sumatera Utara ini dididik untuk bisa bertahan hidup di hutan - sebuah proses yang memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Jauhi predator
Mereka juga belajar bagaimana membangun sarang di pohon-pohon dan menjauhi jangkauan predator. Pemburu liar umumnya beroperasi di ekosistem Leuser yang luasnya 2,5 juta hektar, yang menjadi habitat sekitar 6.700 orangutan, dan juga badak, gajah, harimau dan macan tutul.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Rumah mereka dibabat
Penebangan hutan di Singkil, Leuser, yang merupakan rumah bagi orangutan dan satwa liar lainnya. Pembukaan hutan untuk perkebunan kelapa sawit selama ini dianggap sebagai biang keladi kepunahan satwa langka termasuk orangutan, disamping menggilanya perburuan liar.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Operasi
Operasi dilakukan terhadap orangutan yang terluka di di konservasi Sumatran Orangutan Conservation Programm (SOCP), Kuta Mbelin, Sumatera Utara.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Ditembaki senapan angin
Ini hasil rontgen seekor orangutan bernama Tengku yang diselamatkan dari perburuan liar. Di tubuhnya bersarang 60 peluru senapan angin.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Pakai kutek
Staf SOCP membubuhi kutek di kuku seekor orangutan yang baru selesai dioperasi dan masih kesakitan, agar orangutan tersebut dapat teralihkan pikirannya dari rasa sakit yang diderita pasca operasi.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Dilepas kembali ke alam liar
Setelah melewati masa perawatan di SOCP, adaptasi di lokasi konservasi, dan dianggap siap, mereka mulai dilepaskan kembali ke hutan dan dipantau. Perpisahan antara petugas yang merawat mereka dengan kasih sayang tentu bukan perkara mudah.
Foto: Getty Images/U. Ifansasti
Terancam kehidupannya
Orangutan Sumatera maupun Kalimantan, saat ini berada dalam status konservasi sangat terancam. Berdasarkan status yang dilabelkan Lembaga Konservasi Satwa Internasional IUCN, orangutan Kalimantan dikategorikan spesies genting (endangered), sementara orangutan Sumatera dianggap lebih terancam lagi nasibnya karena masuk kategori kritis (critically endangered). Penulis: Ayu Purwaningsih (vlz)