10 Krisis dan Bencana Kemanusiaan yang Terlupakan Pada 2020
13 Januari 2021
Pandemi COVID-19 telah merebut perhatian dunia dan mengalihkan media dari krisis kemanusiaan yang paling parah, kata Care International dalam laporan tahunannya hari Selasa (12/01).
Iklan
Pandemi virus corona mendominasi pemberitaan media di seluruh dunia sepanjang tahun 2020, sehingga krisis kemanusiaan besar yang lain luput dari perhatian. Organisasi bantuan CARE International mengungkap hal ini dalam laporan tahunan yang dirilis hari Selasa (12/01).
Laporan tahunan itu diberi judul "Suffering in Silence (menderita dalam senyap)" dan memuat daftar 10 bencana kemanusiaan terparah tahun 2020. Beralihnya pemberitaan di media pada pandemi Covid-19, membuat situasi krisis itu makin memburuk, tulis Care International.
Untuk laporan «Suffering in Silence -Sepuluh Krisis Kemanusiaan 2020 Yang Tidak Jadi Berita Utama", tim peneliti media memeriksa jutaan berita media, termasuk berita-berita online, dalam bahasa Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan Arab. Mereka menganalisis dan menetapkan peringkat 10 krisis kemanusiaan dengan jumlah artikel berita terendah.
Pemberitaan krisis kemanusiaan minim
"Sepuluh krisis ini mendapat perhatian 26 kali lebih sedikit - dalam hal artikel berita online - dibandingkan peluncuran PlayStation 5," kata CARE Internasional.
Iklan
Enam negara Afrika berada di daftar 10 krisis kemanusiaan itu, dengan Burundi menempati peringkat teratas. Burundi adalah negara termiskin kelima di dunia, dengan sedikitnya 2,5 juta dari 11 juta wargaya membutuhkan bantuan kemanusiaan mendesak. Negara ini termasuk salah satu dengan tingkat kekurangan gizi kronis tertinggi di dunia, kata laporan itu.
Negara-negara non-Afrika dalam daftar jitu juga dilanda krisis rawan pangan, konflik dan dampak perubahan iklim yang memicu krisis kemanusiaan. Salah satunya Pakistan, yang berada di peringkat ketujuh dalam daftar itu. Dari jumlah penduduknya yang mencapai 212 juta jiwa, Pakistan adalah negara terpadat kelima di dunia yang sedang diguncang konflik politik, dampak perubahan iklim dan kemiskinan yang meluas.
Inilah 10 negara dengan krisis kemanusiaan yang terlupakan:
1. Burundi - 2,5 juta orang perlu bantuan kemanusiaan mendesak
2. Guatemala - 10 juta orang dari total 17 juta populasi berada di bawah garis kemiskinan dan terancam kelaparan
3. Republik Afrika Tengah: Konflik politik yang melibatkan kelompok-kelompok bersenjata menyebabkan 5,6 juta orang, seperempat dari total penduduknya, harus mengungsi
4. Ukraina: Di negara dengan lahan darat terluas di Eropa yang masih dilanda konflik ini ada 3,4 juta orang yang perlu bantuan kemanusiaan
5. Madagaskar: Hampir 50 persen anak-anak menderita kekurangan gizi dan gangguan pertumbuhan
6. Malawi: 2,6 juta orang tergantung dari bantuan kemanusiaan
7. Pakistan: 49 juta penduduknya tidak mendapat makanan dengan cukup dan terancam kelaparan
8. Mali: 1,3 juta orang menjadi pengungsi domestik dan menderita kelaparan
9. Papua-Nugini: Sekitar 4,6 juta dari seluruhnya 7,2 juta penduduknya memerlukan bantuan kemanusiaan
10. Zambia: 2,6 juta orang dari total populasi 17 juta orang membutuhkan bantuan pangan.
Pandemi memperburuk situasi
Pandemi Covid-19 tidak hanya mengalihkan perhatian internasional dari krisis kemanusiaan ini, tetapi juga membantu memperburuknya, kata CARE International dalam laporannya.
"Efek COVID-19, ditambah dengan dampak perubahan iklim yang terus meningkat, telah meningkatkan jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan hingga 40% - peningkatan terbesar yang pernah dicatat dalam satu tahun," tulis laporan itu.
CARE juga mencatat adanya penurunan signifikan dalam bantuan pembangunan bilateral. Pasalnya, pemerintah di negara-negara donor yang lebih lebih kaya, harus mengalihkan sumber daya mereka untuk mengatasi dampak ekonomi dan sosial COVID-19 di dalam negeri.
hp/as (dpa, kna)
Idlib Hadapi Bencana Kemanusiaan
Pasukan Suriah yang disokong Rusia lancarkan pemboman kawasan Idlib, Suriah. Aliran pengungsi kini bergerak ke perbatasan Turki. PBB peringatkan kemungkinan terjadinya "pertumpahan darah."
Foto: picture-alliance/AA/E. Hacioglu
Melarikan diri
Jalan-jalan dipenuhi kendaraan yang bergerak dari kawasan Idlib di Suriah Utara menuju perbatasan Turki. Pasukan rezim Assad maju dari selatan dan timur, disokong sekutu Rusia dan Iran. Sebagian kelompok pemberontak didukung Turki, yang juga menempatkan serdadunya di daerah itu.
Foto: Reuters7K. Ashawi
"Kengerian berlipat ganda"
Hampir satu juta orang sudah berada di pengungsian sejak Desember. Menurut petugas urusan kemanusiaan PBB, Mark Lowcock, "kengerian sudah berlipat ganda" dalam dua pekan belakangan ini. Pertempuran semakin sengit dalam beberapa hari terakhir. Tentara Presiden Assad desak warga keluar dari provinsi Idlib dalam upaya menguasai daerah terakhir yang masih di tangan pemberontak.
Foto: Reuters/K. Ashawi
Dibom hingga luluh lantak
Maaret al Numan dan daerah sekitarnya jadi kawasan yang paling didera serangan. Kota itu dibom hingga luluh lantak dan ditinggalkan penduduknya. Jalan bebas hambatan M5 dari Damaskus menuju perbatasan dengan Turki melewati kawasan ini dan Aleppo. Para pengungsi berusaha mencapai perbatasan, tapi perbatasan sudah ditutup.
Foto: picture-alliance/AA/M. Said
Menunggu di perbatasan
Sekitar 100 orang, di antaranya 35 anak, tewas dalam paruh pertama Februari saja. Demikian keterangan PBB, yang juga mengatakan bahwa keselamatan warga sipil dengan sengaja tidak dipedulikan. Keluarga ini lari ke perbatasan dengan Turki beberapa bulan lalu. Mereka tinggal di kamp pengungsi Kafr Lusin, dengan harapan Turki akan membiarkan mereka masuk.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
500.000 anak menderita
Dari sekitar satu juta orang yang melarikan diri, diperkirakan separuhnya anak-anak. Dan sebagian besar dari separuh lainnya perempuan. Di dekat perbatasan tidak cukup banyak gubug untuk menampung mereka, sehingga sebagian tinggal di tenda-tenda. Orang-orang tidur hanya beralas karton, kadang dalam suhu di bawah nol.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Hanya sedikit makanan dan obat-obatan
Yang memiliki tenda biasanya tinggal di sana bersama lusinan anggota keluarga. Di banyak kamp pengungsi obat-obatan tidak ada lagi, sementara makanan dan pakaian sudah semakin berkurang. Menurut dokter yang bertugas, anak-anak menderita kekurangan makanan, dan sebagian bahkan terancam mati kelaparan. Sebagian orang sudah mati kedinginan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Mengungsi di sekolah
Banyak anak di daerah itu tidak bisa bersekolah lagi. Jadi banyak bangunan sekolah sudah dialihfungsikan. Kadang, bahkan kamp pengungsi jadi sasaran pemboman.
Foto: Getty Images/B. Kara
Berusaha selamat
Jika ingin menyeberangi perbatasan lewat rute ilegal, orang harus membayar mahal. Tidak semua orang bisa membayar. Penyelundup manusia meminta uang sekitar 29 juta Rupiah. Dan mereka yang nekad mempertaruhkan nyawa, karena penjaga perbatasan Turki memiliki kamera pencitraan termal yang bisa membantu mereka melacak pengungsi yang berusaha melintasi perbatasan.
Foto: Getty Images/AFP/A. Watad
Ingin hidup yang bermartabat
Menurut PBB, situasi di Idlib bisa jadi bencana kemanusiaan terbesar di abad ke-21. Tidak ada yang tahu apakan akan ada gencatan senjata. Sementara bagi para pengungsi, siapa yang yang mengakhiri perang tidak terlalu penting. Mereka memerlukan keamanan, dan ingin hidup secara terhormat, juga untuk anak-anak mereka. (Ed.: ml/ap)