Suhu Dingin 'Bediding' Landa RI saat Kemarau, Ini Kata BMKG
16 Juli 2024
Fenomena 'bediding' atau suhu dingin di Indonesia belakangan ramai dibahas di media sosial. Apa kata BMKG?
Iklan
Suhu dingin atau disebut fenomena 'Bediding' terjadi di sejumlah wilayah Indonesia belakangan ini. Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Guswanto menjelaskan, fenomena suhu dingin akan terus terjadi menjelang puncak musim kemarau di bulan Juli-Agustus. Bahkan kemungkinan bakal terjadi sampai September 2024.
Kondisi ini disebabkan oleh angin monsun Australia yang bertiup menuju benua Asia melewati wilayah Indonesia dan perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih rendah (dingin).
"Angin monsun Australia ini bersifat kering dan sedikit membawa uap air, apalagi pada malam hari di saat suhu mencapai titik minimumnya. Selanjutnya mengakibatkan suhu udara di beberapa wilayah di Indonesia terutama wilayah bagian Selatan Khatulistiwa terasa lebih dingin," katanya kepada detikcom, Selasa (16/07).
Perubahan iklim Mengancam Kupu-Kupu dan Juga Manusia
Tim peneliti mengamati perilaku kupu-kupu di Amazon Ekuador dan menarik kesimpulan tentang dampak perubahan iklim terhadap populasi serangga. Sayangnya, hasilnya tidak begitu menggembirakan.
Foto: RODRIGO BUENDIA/AFP
Kupu-Kupu sebagai Bioindikator
Suaka Margasatwa Cuyabeno di hutan Amazon Ekuador terkenal dengan kekayaan flora dan faunanya. Sejak Agustus tahun lalu, tim ahli biologi dan penjaga hutan memantau populasi kupu-kupu di taman tersebut. Riset itu perlu dilakukan karena kupu-kupu merupakan bioindikator, yakni organisme hidup yang kondisinya memberikan ukuran kesehatan ekosistem di sekitarnya.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Jebakan Bau
Seekor kupu-kupu tertarik dengan umpan yang terdiri dari ikan busuk dan pisang yang difermentasi — campuran yang berbau busuk ini menjadi makanan lezat bagi serangga. Hal ini memungkinkan para peneliti untuk menangkap serangga tersebut dengan jaring.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Pengujian Sangat Hati-hati
Dipimpin ketua ekspedisi Elisa Levy (ka.), tim memeriksa kupu-kupu yang ditangkap. Para peneliti dengan hati-hati memegang perut kecil serangga tersebut dengan pinset dan memberi label pada sayapnya. Setelah terdokumentasi, sebagian besar kupu-kupu diepaskan terbang kembali.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Kaya Keragaman Hayati di Negara Kecil ini
Para periset meneliti beragam spesies kupu-kupu. Ada yang berwarna merah cerah dan biru, sedangkan pola pada spesimen ini menyerupai garis zebra. Kupu-kupu lainnya setransparan kaca. Ekuador, negara yang relatif kecil namun sangat kaya spesies, adalah habitat bagi sekitar 4.000 spesies kupu-kupu.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Keseimbangan yang Rentan
Kepala tim peneliti Elisa Levy kepada kantor berita AFP mengatakan, tanaman tropis – tidak seperti tanaman di wilayah dengan musim yang berbeda – tidak terbiasa dengan fluktuasi cuaca ekstrem. Jika flora gagal beradaptasi dengan perubahan iklim yang cepat, tanaman ini bisa mati, bersama larva kupu-kupu yang memakan tanamannya.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Keanekaragaman yang Terancam
Dan itulah yang sebenarnya sedang terjadi, seperti yang ditunjukkan oleh riset para peneliti: Meskipun jumlah spesies di Cuyabeno hanya berkurang sebesar 10%, jumlah absolut kupu-kupu telah menurun sebesar 40% hingga 50%.
Foto: DANIEL MUNOZ/AFP
Alarm Bahaya Penurunan Populasi
Ahli biologi Maria Fernanda Checa dari Universitas Katolik di Quito menggambarkan penurunan populasi kupu-kupu sebagai hal yang “sangat signifikan.” Menurut ahli biologi ini, kupu-kupu bereaksi sangat sensitif terhadap perubahan kecil sekalipun dalam ekosistem seumur hidupnya yang pendek mulai dari telur, ulat, hingga dewasa. “Penurunan ini mengkhawatirkan kami,” kata Checa.
Foto: RODRIGO BUENDIA/AFP
Jenis yang Langka
Di beberapa bagian wilayah Amazon, “laju penemuan spesies baru lebih lambat dibandingkan laju kepunahan,” kata Checa. PBB memperingatkan: 40% penyerbuk invertebrata –terutama lebah dan kupu-kupu– di dunia terancam punah. Akibatnya bisa berrisiko bagi manusia, karena tiga perempat tanaman buah-buahan dan benih bergantung pada hewan penyerbuk ini. (ap/as- Sumber: AFP)
Foto: RODRIGO BUENDIA/AFP
8 foto1 | 8
Kondisi suhu lebih dingin tidak berkaitan dengan clear sky atau kondisi langit tanpa awan. Saat ini, kondisi di wilayah Indonesia berupa angin yang tenang di malam hari menghambat pencampuran udara sehingga udara dingin terperangkap di permukaan Bumi.
Bahkan, daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara dan kelembaban yang lebih rendah. Kondisi dingin ini merupakan fenomena umum yang terjadi di Indonesia saat musim kemarau.
"Orang Jawa menyebutnya Mbedhidhing," ujar Guswanto. (ha)