Suka Duka Relawan Indonesia di Piala Eropa 2024
15 Juli 2024Greg tahu bahwa hari Minggu 14 Juli ini bukanlah hari Minggu biasa. Ia beserta puluhan ribuan relawan lainnya, punya tanggung jawab besar untuk melancarkan jalannya pertandingan final Piala Eropa 2024 Inggris melawan Spanyol.
Laki-laki kelahiran 1998 ini mengaku senang bisa ikut terlibat. Meski begitu, ia juga tidak memungkiri bahwa ini akan jadi hari yang sangat panjang.
Sebagai relawan atau volunteer, pria bernama lengkap Gregorius Hartanto ini ditempatkan di bagian Concessions and Catering. Salah satu tugasnya adalah memastikan makanan dari katering hanya dibagikan ke tangan yang tepat selama pertandingan berlangsung.
Caranya? Ia bersama tim yang berjumlah 8 orang harus memindai barcode di setiap name tag, sebelum membagikan makanan.
"Kalau hari-hari biasa saya scan 400 sampai 700 orang. Tapi kalau final bisa akan scan 2.700-an kali,” kata Greg sambil tertawa. "Ya, hari ini bisa sampai jam 1 subuh."
Ini hanya sebagian kecil tugas dari para volunteer atau relawan yang meluangkan waktu mereka tanpa dibayar untuk ikut melancarkan turnamen sepak bola yang digelar tiap 4 tahun ini.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Kerja relawan Piala Eropa, dapat banyak pengalaman
Shannia Christianty Yahja, dara kelahiran Bandung tahun 2003, mengaku rela menghabiskan sejumlah signifikan waktunya dengan imbalan pengalaman.
"Emang ngefans dari dulu. Terus emang kebetulan areanya itu sesuai sama apa yang aku suka, buat foto-foto dan video. Jadi kayak buat pengalaman lumayan banget, mungkin nanti nyari kerja," kata Shannia.
Shannia memang ditugaskan di bagian sosial media. Salah satu tugasnya adalah membuat konten untuk media sosial seperti di TikTok dan Instagram.
"Mereka punya ide inspiring. Kreatif banget, terus anak-anaknya juga seru-seru banget!” komentar Shannia tentang timnya yang terdiri dari orang dari berbagai negara seperti Jerman, Indonesia, Honduras, dan Polandia.
Suasana multinasional dan multietnis di dalam tim ini juga dirasakan oleh Greg. Bahkan ia mengaku bahwa anggota di timnya ada yang berusia di atas 70 tahun.
"Orang-orangnya terbuka semua, kita nggak ada perbedaan sama sekali. Bener semua disamaratakan, nggak ada perbedaan jadi seperti teman-teman kita biasa. Super enak sih, pengalaman yang tak terlupakan,” kata Greg.
Baik Shannia, maupun Greg mengaku keluarga mereka di Indonesia turut senang dan mendukung kegiatan ini. Bagaimana tanggapan mereka? "Ikut senang banget! Kan akunya juga senang di sini jadi ikut senang," ujarnya berbinar.
Apa itu relawan Piala Eropa?
Piala Eropa 2024 digelar di 10 kota di Jerman, antara lain di Berlin, München, Köln, dan Düsseldorf. Pesta bola di benua Eropa ini melibatkan sekitar 16.000 relawan yang tersebar di kota-kota yang ditunjuk sebagai penyelenggara. Untuk tahun ini, mereka bekerja mulai 14 Juni hingga 14 Juli.
Para relawan yang DW Indonesia wawancara mengaku cara pendaftar untuk jadi relawan tidaklah sulit. Namun, mereka mengakui adanya waktu seleksi yang cukup lama.
Pendaftaran untuk jadi volunteer tahun ini, ternyata telah dibuka dari bulan Juni 2023. Dari sana, ada beberapa tahap seleksi seperti wawancara, konfirmasi, hingga training.
Kepada DW, Greg mengatakan ia mendaftar sekadar iseng, tapi keisengan ini berakhir menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.
"Waktu pendaftaran itu bulan Juni tahun lalu, aku sama teman-teman memang iseng-iseng aja daftar. Pengen juga kan… Kayak, kapan lagi ini Euro 2004 itu di pengalaman mungkin sekali seumur hidup. Ya sudah kita sama-sama daftar. Eh ternyata aku aja yang dapat interview," kata Greg.
"Jadi setelah 6 bulan pendaftaran aku dapat interview di bulan Desember.… Setelah itu dapat panggilan untuk jadi volunteer di bulan Maret."
Hal yang sama juga diakui Shannia. "Dibilang susah nggak tahu sih, cuma kayak awalnya lebih ke takut gak dapet aja, karena kan yang daftar banyak banget. Sedangkan posisinya yang lebih dikit," kata Shannia kepada DW Indonesia.
Letih terbayar saat pegang bendera tim favorit
Ketika ditanya soal tantangan, Shannia mengaku pengalaman ini membuatnya lebih pandai berkomunikasi dan menyesuaikan diri agar bisa bekerja sama dengan tim yang usianya jauh di atasnya.
"Ya mungkin kayak mereka mau ngelakuin yang ini, kitanya maunya yang lain. Jadi harus kayak saling mengalah gitu, jadi oke hari ini kita ini dulu atau hari ini kita ngapain," ujarnya.
Relawan asal Indonesia yang lain, Ammar Muhammad Muhtaram, mengaku kendala yang cukup berat baginya adalah jauhnya tempat tinggal dengan stadion tempat pertandingan.
Ammar tinggal di timur Berlin sedangkan lokasi stadion di barat. "Cukup jauh, lumayan 3 jam bolak-balik naik kereta," kata Ammar.
Namun, Ammar mengaku semua itu terbayar ketika ia dipercaya menjadi salah satu pembawa bendera saat upacara pembukaan. "Karena gua suka Italia, gua juga sempat pegang bendera Italia," kata dia. (ae/gtp)
Yehezkiel Juan Johar di Berlin turut berkontribusi atas artikel ini.