Suku Asli Benua Arktik Hidup 4000 Tahun dalam Isolasi
29 Agustus 2014Sebuah komunitas purba yang dikenal sebagai Paleo-Eskimos berhasil bertahan hidup di benua Arktik selama 4000 tahun dalam isolasi. Kesimpulan tersebut diumumkan ilmuwan berdasarkan penemuan DNA dari tulang belulang, gigi dan sampel rambut dari benua Arktik, Siberia, Alaska, Kanada dan Greenland.
Selama beberapa abad komunitas tersebut beberapa kali bermigrasi dari Siberia melalui Selat Bering dan tidak berhubungan dengan kebudayan lain. Paleo Eskimos menghilang 700 tahun lalu. Pada saat yang sama ketika nenek moyang masyarakat Inuit bermigrasi dari Alaska ke arah timur.
"Mereka mungkin terusir ke luar dari benua Arktik karena tidak mampu bertahan hidup secara ekonomi, atau mereka menghilang dengan cara yang aneh," kata William Fitzhugh, Direktur Studi Arktik di Smithsonian's National Museum of Natural History.
Eksodus Walrus Isyaratkan Kabar Buruk
Sebanyak 35.000 Walrus mendaratkan diri di sebuah pulau di perairan Alaska. Ilmuwan memperkirakan perubahan iklim memaksa mereka melakukan eksodus.
Gerombolan Yang Tak Lagi Asing
Tidak jauh dari desa Point Lay milik suku Inuit di utara selat Bering, sekitar 35.000 Walrus berkumpul di sebuah pulau kecil. Fenomena ini bukan hal yang langka. Sejak delapan tahun silam ribuan mamalia laut ini selalu berkumpul di tempat yang sama. Cuma saja jumlahnya belum pernah sebanyak ini.
Mempelajari Eksodus Walrus
Perkumpulan unik ini ditemukan karena beberapa Walrus memanggul sensor yang ditempel oleh para ilmuwan. Sejak beberapa tahun terakhir Institut USGS di Amerika Serikat mengamati pergerakan Walrus. Mereka ingin mengetahui bagaimana dampak pencairan benua Arktik terhadap prilaku satwa tersebut.
Kematian dalam Panik Massa
Situasi 35.000 Walrus yang mendaratkan diri di barat laut Amerika Serikat itu dinilai kritis. Berbagai organisasi lingkungan sejauh ini telah menemukan 50 mayat Walrus. Ilmuwan memperkirakan, satwa tersebut saling membunuh lantaran terjebak dalam panik massa.
Hidup di bawah Es
Mencairnya es di benua Arktik juga turut menghilangkan habitat alami Walrus. Biasanya mamalia laut itu berburu ikan, keran atau kepiting dari tepi es. Es menjadi bagian penting bagi Walrus. Karena di sinilah mereka melahirkan dan membesarkan keturunannya.
Perubahan pada Dunia Satwa di Alaska
Peneliti juga menemukan perubahan pada jenis satwa lain. Misalnya terkait jumlah beruang madu. Menurut USGS, jumlah beruang madu di wilayah pesisir Alaska berlipat ganda sejak beberapa tahun terakhir.
Hilangnya Paus Kelabu
Paus Kelabu sebaliknya tidak pernah lagi memunculkan diri di perairan Alaska. Padahal hingga dekade 1990an raksasa laut itu sering ditemukan mengarungi selat Bering.
Selain DNA milik kaum Paleo Eskimos, ilmuwan juga melakukan pengurutan DNA milik dua kelompok Inuit masa kini, dua kaum Nivkhs di Siberia dan beberapa suku lainnya di Amerika Utara. Studi yang dilakukan membuktikan Paleo Eskimos tidak berhubungan sama sekali dengan suku asli Amerika atau suku Inuit.
Suku Paleo Eskimo hidup di desa kecil yang cuma memiliki beberapa rumah dan masing-masing menampung 20-30 orang. Populasi mereka sulit diketahui, namun ilmuwan memperkirakan jumlahnya beberapa ribu.
Hidup dalam Kondisi Ekstrem
Panas menyengat, dingin menusuk, kurangnya makanan, tekanan besar? Semua tidak masalah! Banyak hewan berhasil menyesuaikan diri dengan situasi hidup yang sangat tidak ramah.
Tinggal di Gurun? Tak Masalah!
Kehidupan berkembang di mana-mana, juga di daerah yang tidak mendukung hidup. Misalnya di padang pasir. Banyak binatang, misalnya unta, berhasil menyesuaikan diri dengan suhu tinggi, dan air yang hanya sedikit.
Di Bawah Tanah Lebih Sejuk
Banyak hewan beristirahat dalam lubang sejuk di bawah tanah, menghindar suhu tinggi di permukaan. Itu misalnya dilakukan tikus jenis Jaculus yang hidup di padang pasir. Mereka aktif di malam hari, cairan didapat hanya dari makanan yang diasupnya.
Kumpulkan Air Seadanya
Jenis kadal "Thorny Dragon" (Molloch Horridus) secara efektif menggunakan hujan yang jarang turun di daerah gurun Australia. Air dikumpulkannya di lekukan-lekukan kulit. Struktur itu memudahkan penyaluran air langsung ke mulutnya. Itu juga berfungsi dengan tetesan air dari embun.
Senang Air Panas
Di sumber air panas dan geyser juga ada kehidupan. Banyak bakteri punya protein anti panas dan senang dengan suhu 70° atau lebih, yang ada di sana. Misalnya di sumber air panas di Yellowstone Nationalpark, di AS.
Suhu Sangat Rendah? Tidak Apa-Apa!
Kehidupan tidak hanya ada di daerah bersuhu tinggi di planet ini, melainkan juga di daerah dingin. Beruang es berburu anjing laut di es yang tidak pernah lumer di Arktik. Di musim dingin, suhu sampai sekitar -40°C. Tapi kulit berbulu yang tebal dan lapisan lemak menjaga tubuh beruang tetap hangat.
Mengeram dengan Kaki Hangat
Di Kutub Selatan hidup pinguin. Jika tiba saatnya mengeram, pinguin jantan membawa telur dengan kakinya, yang hangat karena banyak dialiri darah. Selain itu, ayah pinguin juga menghangatkan telur dari atas dengan lipatan di perutnya.
Darah Putih Membantu Jika Dingin
Ikan es Antartika atau ikan darah putih tidak punya darah merah. Jadi darah mereka lebih cair dan encer, sehingga tidak butuh banyak energi untuk memompanya ke seluruh bagian tubuh. Peneliti dari Institut Alfred Wegener menemukan ikan-ikan ini di bawah es di Antartika.
Ruang Hidup Es
Beberapa jenis Diatom yang hidup di es, di ruang sangat kecil, yang sering hanya setipis rambut dan terisi air sangat asin. Agar tidak terjepit, Diatom melepaskan protein, yang mencegah air untuk tidak membeku.
Tekanan Sangat Besar. Mengapa Tidak?
Di laut, di kedalaman beberapa ribu meter tekanan sangat besar. Di samping itu, tidak ada cahaya dan dingin. Tetapi ikan yang disebut Viperfish (Chauliodus) bisa menyesuaikan diri. Giginya yang kuat menjamin makanan yang digigit tidak akan lepas, di daerah yang minim pangan itu.
Cahaya di Kegelapan
Ikan sungut ganda (lophiiformes) yang betina berenang tanpa bergerak di air, dan menarik makanannya dengan sungut yang bersinar. Sementara yang jantan tumbuh di tubuh ikan betina secara permanen. Jadi ikan jenis ini tidak perlu mencari pasangan di laut luas yang gelap.
Radioaktivitas. Memangnya kenapa?
Beberapa jenis bakteri sudah belajar menahan radiasi radio aktif yang merugikan. Beberapa jenis jamur, seperti Cryptococcus Neoformans, bahkan mengubah radiasi menjadi energi yang kemudian digunakannya. Jadi mereka tumbuh subur di dinding pembangkit tenaga nuklir.
Hidup di Mana Bisa
Waterbear (Tardigrade) besarnya kurang dari satu milimeter, tapi mereka kemungkinan binatang yang paling mampu selamat. Mereka hidup di daratan dan di dalam air. Panas dan dingin, kekurangan O2, kekeringan, bahkan situasi vakum bisa diatasinya dengan mudah.
Hidup di Mana Bisa, bagian 2
Manusia juga mahluk hidup yang sangat bisa menyesuaikan diri. Manusia bisa tinggal di Arktik, di gurun, dan sekarang bahkan di luar angkasa
Berdasarkan temuan di lapangan, ilmuwan meyakini kaum Paleo Eskimos mampu mengolah batu untuk dipakai sebagai perkakas dan alat untuk berburu. Namun begitu ilmuwan tidak meyakini Paleo Eskismos menggunakan pedang dan panah.
Kisah Sukses Konservasi Alam
Upaya melindungi dunia fauna butuh perjuangan keras. Tahun ini beberapa keberhasilan penting tercapai.
Keputusan Bersejarah Bagi Perlindungan Hiu
Bulan Maret, 178 negara anggota konvensi perdagangan internasional spesies terancam (CITES) memutuskan untuk meregulasi perdagangan lima jenis hiu. Para pedagang kini memerlukan ijin dari CITES untuk membuktikan bahwa hiu diperoleh secara legal. Sekitar 100 juta hiu dibunuh setiap tahunnya untuk sup sirip hiu atau terjebak dalam jaring nelayan.
"Kembalinya" Rusa Yang Terancam Punah
Populasi rusa Andes Selatan (Huemul) di Chili hampir musnah. Habitatnya dirusak sapi yang dibiarkan peternak bergerak bebas di taman nasional. Rusa ini juga menjadi sasaran para pemburu. Kampanye anti pemburuan liar dan peternakan berkesinambungan berhasil mewujudkan kondisi yang lebih baik bagi rusa Huemul. Hewan ini kini kembali ke wilayah pembiakkan alamnya dan populasinya bertambah.
Ruang Gerak Bebas Beruang Kutub
Di abad 19 dan 20, beruang kutub diburu dan pemukiman manusia merambah ke wilayah tempat tinggalnya. Tapi di tahun 1973, Kanada, Greenland, Norwegia, dan AS menandatangani perjanjian untuk melindungi beruang kutub. 40 tahun kemudian, upaya tersebut berlanjut. Tahun ini, Rusia mendirikan kawasan perlindungan baru di Arktik, Taman Nasional Beringia dan zona sekitar kepulauan Wrangel dan Herald.
Bison Jerman Kembali ke Alam Liar
April lalu, delapan bison Eropa dilepas ke hutan di barat Jerman. Ini pertama kalinya bison bisa bergerak bebas dalam 300 tahun terakhir. Hewan ini diburu hingga hampir punah. Bison liar terakhir dibunuh di tahun 1920an. Namun, kebun binatang dan pihak swasta memelihara 12 bison yang bisa berkembang biak. Hewan inilah yang menjadi nenek moyang 4000 bison Eropa masa kini.
Primata Kalahkan Prospektor
Perusahaan minyak dan gas Total dari Perancis menyatakan tidak akan mengeksplorasi minyak di situs warisan budaya dunia tertua Afrika bulan Mei lalu. Taman Nasional Virunga di Republik Demokratik Kongo adalah rumah bagi banyak spesies langka, termasuk gorila pegunungan, simpanse dan gajah. Keputusan ini diambil setelah adanya aksi kampanye dari organisasi WWF.
Kemenangan Lebah Madu
Komisi Eropa bulan Mei lalu memutuskan untuk membatasi penggunaan tiga jenis pestisida yang membahayakan populasi lebah madu di benua tersebut. Lebah memainkan peran penting dalam penyerbukan tanaman. Bahan kimia yang disebut sebagai neonikotinoid, tidak akan lagi digunakan bagi bibit, tanah atau daun tanaman yang penting bagi lebah.
Pulau Pulih Kembali
Pekerjaan tiga dekade untuk membangun kembali ekosistem asli di pulau Mauritius kini membuahkan hasil. Di Ile aux Aigrettes seluas 25 hektar, Mauritius Wildlife Foundation menciptakan tempat penampungan bagi tanaman dan hewan yang ternacam punah, seperti burung kacamata zaitun ini. Lebih dari 100 spesies lenyap dari Mauritius setelah pulau ini mulai dihuni manusia di tahun 1500an.
Pemburuan Serigala Berlanjut
Populasi serigala abu-abu di AS hampir musnah. Tapi berkat kebijakan proteksi nasional eksistensi hewan ini kembali pulih. Bahkan, kini dipertimbangkan untuk menghapus jenis hewan tersebut dari daftar hewan yang terancam di beberapa negara bagian. Tapi apakah ini kisah sukses? Tanpa proteksi pemerintah, pakar khawatir serigala akan kembali diburu dan pekerjaan puluhan tahun sia-sia.
Suku asli Arktik ini juga diyakini memiliki semacam ritual yang dilaksanakan di rumah panjang tradisional. "Saya kira temuan ini merupakan bukti mengenai stabilitas budaya dan keberlangsungannya. Saya yakin anda tidak bisa menemukan contoh modern dari 4000 hingga 5000 tahun lalu seperti ini," ujar Futzhugh.
rzn/hp (afp,ap)
Ketika Mereka Masih Melangkah di Bumi....
Punahnya spesies kerap mengkhawatirkan kita, padahal ini bukan fenomena baru. Kematian massal sudah berkali-kali terjadi di bumi. Dan kehadiran manusia tidak membantu memperbaiki situasi...
Homo Floresiensis atau "Hobbit"
Orang yang memandang dengan serius ini ditemukan 2003 di pulau Flores, Indonesia. Tingginya tidak sampai semeter, kira-kira setinggi tokoh karya pengarang J. R. R. Tolkien, Hobbit, jadi dinamakan demikian. Hobbit kemungkinan berbeda dari manusia modern. Tetapi kedua jenis ini mendiami bumi, sampai Hobbit punah 15.000 tahun lalu. (Foto: Smithsonian’s Human Origins Program)
Brachiosaurus
Spesies ini menghilang dari bumi 150 juta tahun lalu, dan sekarang hanya tampak dalam film-film Hollywood. Sebagai salah satu spesies terbesar yang pernah hidup di bumi, hewan herbivora ini pasti punya selera makan besar dan metabolisme mengagumkan. Untuk mencapai ukuran dewasa yaitu 13 meter, hewan ini perlu sekitar 15 tahun. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Quagga
Hewan yang tampak seperti persilangan Antara zebra dan kuda ini adalah sejenis zebra. Tepatnya: spesies zebra dari Afrika Selatan. Penampilannya yang tampak seperti campuran ini tidak berkaitan dengan kepunahannya. Spesies ini banyak diburu pembuka pemukiman, dan kalah dalam perebutan makanan dengan hewan domestik. Quagga terakhir mati 1883. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Serigala Marsupialia
Apa ini serigala atau anjing? Hewan ini kerap disebut serigala Tasmania atau macan Tasmania. Sebelum punah, ia marsupialia terbesar yang carnivora. Asalnya dari Australia, dan lama bisa ditemukan di pulau Tasmania. Tetapi pemukim dan anjing-anjingnya mendesak spesies pemburu yang aktif di malam hari ini. Spesies ini punah di tahun 1930an. (Foto: American Museum of Natural History /J. Beckett)
Mamut Rambut Wol
Agar bisa menghadapi masa es, mamut rambut wol perlu kulit berambut tebal. Di Museum Smithonian yang bersuhu ideal, rambut tebal tidak diperlukan. Mamut ini, yang ukurannya hampir sama dengan mamut Afrika, punah 5.000 tahun lalu. Penyebabnya tidak asing lagi: perubahan iklim dan manusia pemburu. (Foto: Smithsonian Institution)
Trilobit Psychopyge Elegans
Mahluk yang hidup di samudra ini dulu termasuk kelompok binatang yang berhasil hidup selama 270 juta tahun. Tetapi menghilang 250 juta tahun lalu akibat kematian massal. Spesies ini sekarang 'berkarir' untuk kedua kalinya, yaitu di situs lelang untuk fosil langka. (Foto: Museum für Naturkunde Berlin)
Paraceratherium
Leluhur badak yang hidup jaman sekarang ini berukuran lebih besar sedikit dari keturunannya. Dengan berat hingga 20 ton, pemakan tumbuhan ini butuh dedaunan dalam jumlah besar dan hidup di daerah hutan di Asia Tengah. Ketika hutan-hutan menghilang, juga karena sebab lain, leluhur badak ini juga punah. Itu terjadi 23 juta tahun lalu. (Foto: AMNH/D. Finnin)
Antrodemus
Dengan foto ini, Antrodemus pasti bisa digunakan dalam film “Jurassic Park” karya Steven Spielberg. Tapi spesies yang hidup di bagian barat Amerika Serikat ini sudah punah 150 juta tahun lalu. Hewan berkaki dua ini dulu berada di posisi teratas rantai makanan. (Foto: Smithsonian Institution)
Merpati Pengembara
Ini Martha. Seekor merpati pengembara, yang diberi nama berdasarkan istri presiden AS pertama, George Washington. Martha adalah yang terakhir dari spesiesnya, dan mati 1914 di kebun binatang Cincinnati, Ohio, AS. Ia berasal dari Amerika utara, tetapi menghilang dari kawasan itu ketika manusia mulai menebangi hutan dan memburunya untuk dimakan. (Foto: Donald E. Hurlbert, Smithsonian Institution)