Tak Ada Politik Internasional Pecahkan Krisis Suriah
29 September 2015
Masyarakat internasional terlambat dan ogah-ogahan antisipasi konflik Suriah. Juga negara barat dan Rusia tetap tidak sepakat dalam mencari solusi krisis.
Iklan
Perbedaan pendapat amat tajam dan ketidaksepakatan antara Amerika Serikat dan Rusia dalam mencari solusi krisis Suriah menunjukkan, tidak adanya kepentingan bersama untuk menuntaskan masalahnya. Bagi mayoritas negara lainnya yang hadir dalam Sidang Umum PBB, solusi untuk mengakhiri perang saudara di Suriah bahkan tidak ada dalam agenda politik mereka.
Harian Swiss Neue Zürcher Zeitung dalam tajuknya berkomentar : inilah realitas yang harus dihadapi Suriah. Mayoritas negara bahkan bertanya: mengapa harus berkepentingan terhadap konflik itu? Rusia juga mengajukan argumen, saya melakukan seperti apa yang Anda lakukan. Dengan itu Putin merujuk tindakannya di Suriah pada invasi NATO di Kosovo atau perang Irak yang digagas George W.Bush. Yang lebih memprihatinkan, di saat Amerika bersikap menahan diri, aliansinya di Eropa juga tidak menunjukkan keinginan untuk bertindak lebih serius. Perang saudara di Suriah dan gelombang pengungsi ke Eropa yang dipicu oleh konflik itu, bisa memicu friksi politik lebih lanjut, dengan kompromi solusi bukan untuk rakyat Suriah tapi bagi negara adidaya.
Harian liberal Spanyol El Mundo yang terbit di Madrid berkomentar : mula-mula harus ada tekanan ratusan ribu pengungsi ke Eropa yang membangungkan Amerika Serikat, Rusia dan Perancis, untuk memutuskan mengakhiri perang saudara di Suriah dengan bantuan Iran. Masyarakat internasional sangat terlambat mengantisipasi. Barat dan Rusia kini tidak boleh salah strategi dalam aliansinya memerangi Islamic State-ISIS. Hal ini tidak mudah, tapi masih tetap ada peluang untuk mengakiri perang saudara di Suriah. Jika strategi bersama gagal, destabiliisasi kawasan akan makin parah dan ISIS akan terus bergerak maju. Dampaknya, akan pecah konfrontasi antara pasukan barat, Rusia, Iran dan jihadis ISIS di kawasan teritorial Suriah.
Eropa Mulai Tutup Pintu Perbatasan Bagi Pengungsi
Jerman yang paling ramah terima pengungsi kini kewalahan dan terapkan lagi pemeriksaan ketat di perbatasan, Hungaria dan Serbia pasang pagar kawat berduri. Sementara Austria dan Denmark terapkan buka tutup perbatasan.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Guz
Kroasia Tutup Perbatasan ke Serbia
Kroasia yang juga kewalahan menahan serbuan pengungsi dari Suriah, Irak, Afghanistan dan negara Afrika, menutup tujuh dari delapan pintu perbatasannya ke Serbia. Pemerintah di Beograd memptotes tindakan itu, karena kini ribuan pengungsi terdampar di Serbia. Pelan tapi pasti, Eropa kini mulai memasang tirai besi untuk menahan arus pengungsi.
Foto: Reuters/A. Bronic
Pagar Kawat Berduri di Hongaria
Hongaria memasang pagar kawat berduri untuk menutup perbatasannya ke Kroasia sepanjang 41 Kilometer. Sebelumnya Hongaria juga sudah memasang pembatas pagar kawat berduri untuk menutup perbatasan ke Serbia. Akibat penutupan perbatasan itu gelombang pengungsi kini mencari rute-rute alternatif untuk masuk ke Jerman atau Austria,
Foto: picture-alliance/dpa/S. Ujvari
Slovenia Perkuat Penjagaan Perbatasan
Polisi menangkap pengungsi yang berusaha naik kereta secara ilegal di perbatasan Slovenia-Kroasia. Slovenia memperkuat penjagaan di perbatasan untuk cegah arus pengungsi yang melintasi negara ini. Akibat penutupan perbatasan di berbagai negara, para pengungsi kini memilih rute baru menuju kawasan Schengen yang juga mulai menutup pintunya denagn menerapkan aturan suaka lebih ketat.
Foto: Getty Images/AFP/J. Makovec
Kontrol Perbatasan
Arus pengungsi tak terkendali ke Jerman memaksa pemerintah menerapkan lagi pemeriksaan dokumen di perbatasan. Mendagri Jerman Thomas de Maiziere mengatakan, selain demi keamanan dalam negeri, alasan penutupan perbatasan adalah agar pengungsi mendapat fasilitas lebih manusiawi.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Puchner
Lalulintas Kereta Austria-Jerman Dihentikan
Seluruh lalulintas kereta dari Austria ke Jerman dihentikan segera setelah Berlin umumkan kontrol perbatasan. Ribuan pengungsi, kebanyakan berasal dari Suriah, tertahan di stasiun kereta Wina. Uni Eropa menyatakan memahami kebijakan Jerman dan memanggil anggota untuk bersidang darurat.
Foto: Reuters/H.-P. Bader
Hongaria Kerahkan Tentara
Tentara Hongaria kini dikerahkan menjaga perbatasan di Roszke. Langkah Budapest ini merupakan reaksi dan antisipasi terhadap kebijakan terbaru Jerman. Sepekan lalu Kanselir Angela Merkel masih nyatakan pengungsi "welcome" di Jerman.
Foto: Reuters/D. Ruvic
Kawat Berduri Perbatasan Serbia-Hongaria
Pagar kawat berduri di perbatasan Hongaria ke Serbia yang masih ada celahnya, kini akan ditutup total. Hongaria kewalahan dan tak punya anggaran sebagai negara transit ratusan ribu pengungsi asal Suriah, Afghanistan, Irak dan negara Afrika menuju Jerman, Austria dan Swedia. Serbia yang juga jadi rute transit alami kondisi serupa.
Foto: Reuters/B. Szabo
Austria Buka-Tutup Perbatasan
Austria yang juga salah satu tujuan utama pengungsi, juga berulang kali lakukan kontrol perbatasan dengan cara buka-tutup. Tujuannya menahan arus pengungsi yang terus membludak. Akibatnya kemacetan lalulintas panjang terjadi di jalan bebas hambatan di perbatasan ke Hongaria.
Foto: Reuters/H.P. Bader
Denmark Tolak Pengungsi
Pemerintah Denmark dengan tegas menolak kedatangan pengungsi. Penutupan perbatasan ke Jerman dilakukan dan lalulintas kereta juga dihentikan. Ratusan pengungsi ini dikawal polisi, berjalan kaki melintasi jalan bebas hambatan melewati Denmark, menunju Swedia yang ramah terhadap pengungsi seperti Jerman dan Austria.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Nolte
Polandia Tolak Kuota Pengungsi
Ribuan warga Polandia gelar aksi protes menentang rencana pembagian kuota penampungan pengungsi. Walau tidak terimbas langsung krisis pengungsi dan PM Polandia Donald Tusk nyatakan siap terima pengungsi secara sukarela, tapi pemerintahan di bawah dia juga menggalang inisiatif tolak kuota pengungsi.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Guz
10 foto1 | 10
Harian Jerman Frankfurter Allgemeine Zeitung menulis judul: Obama sebut Assad seorang tiran. Lebih lanjut harian yang terbit di Frankfurt itu menulis, presiden Amerika Serikat siap bekerjasam dengan Rusia atau Iran untuk memecahkan konflik Suriah. Tapi syaratnya Assad harus dilengserkan.
Sedangkan harian Rusia Kommersant yang terbit di Moskow dalam tajuknya menulis komentar yang menarik analogi antara Suriah dengan Ukraina. Yang mengejutkan dari pidato Obama di depan Sidang Umum PBB, adalah tidak adanya penekanan khusus terkait tema Rusia. Presiden AS itu bahkan menggarisbawahi, Washington tidak menghendaki pecahnya perang dingin baru. Tapi Obama tetap menutup opsi mengikutsertakan Assad dalam pencarian solusi konflik. Juga dalam pidato Putin banyak hal yang sudah diketahui umum. Presiden Rusia ini menegaskan koalisi luas untuk memerangi ISIS dengan mengikut sertakan presiden Bashar Al Assad. Sementara dalam tema Ukraina, Putin juga tidak memberi ruang gerak bagi kompromi dalam KTT mendatang di Paris.