Sulitnya Mencari Day Care di Jerman
6 April 2019Hampir semua keluarga di Jerman bergantung kepada day care atau jasa penitipan anak, terutama di kota-kota besar, di mana kedua belah orang tua harus bekerja. Karena standar upah yang tinggi di Jerman, kebanyakan orang tidak bisa mempekerjakan asisten rumah tangga atau au pair yang sepanjang hari bisa menjaga anak di rumah. Begitu juga halnya dengan kami.
Dalam Bahasa Jerman, day care disebut Kindertagesstätte, yang disingkat KITA. Ini mencakup anak berusia 0 sampai 6 tahun. Tergantung kebutuhan, anak-anak bisa dititipkan hanya di pagi hari, sampai makan siang atau sampai jam 6 sore. Selain karena alasan praktis, dengan dititipkan di sini anak-anak juga diharapkan bisa bersosialisasi serta mandiri dari usia dini.
Sebelum punya anak sendiri, saya jarang sekali bersentuhan dengan tema pengasuhan anak. Tapi saya sering mendengar dari teman-teman yang sudah lebih dulu berkeluarga, bahwa mencari penitipan anak di Jerman cukup membutuhkan perjuangan.
Jerman masih kekurangan banyak tempat penitipan anak
Biasanya di Jerman setiap day care mempunyai daftar tunggu. Dan banyak keluarga sudah memasukkan namanya di daftar tunggu tersebut ketika sang ibu masih hamil. Itupun belum ada jaminan sukses, jika nama sudah tercantum di daftar tunggu.
Kami tergolong telat dalam mencari penitipan anak bagi putri kami. Karena putri kami lahir tiga bulan prematur, di bulan-bulan pertama kami dipusingkan dengan kondisi kesehatannya. Ketika putri kami hampir berusia satu tahun, kami akhirnya mulai berkutat dengan hal ini dan kami sangat terkejut, karena ternyata tidak mudah mendapatkan tempat penitipan anak.
Walaupun penitipan anak sudah merupakan hal yang sangat lumrah, Jerman saat ini masih kekurangan sekitar 300.000 tempat. Di Berlin, setidaknya 3000 tempat masih diperlukan. Kurangnya tenaga pengasuh adalah alasan utama kenapa tidak ada lebih banyak tempat penitipan anak. Walaupun pengasuh day care di Jerman harus mempunyai kualifikasi dan tuntutan pekerjaan yang cukup tinggi, bayaran yang diterima tergolong rendah, sehingga tidak banyak yang mau memilih profesi ini.
Daftar tunggu yang panjang menjadi hal biasa
Di sekitar tempat tinggal kami ada kira-kira 40 penitipan anak dengan kapasitas yang berbeda-beda, dari 20 sampai 200 anak per tempat penitipan. Setelah memilah-milah, kami mendatangi sekitar setengahnya untuk memperkenalkan diri dan mencantumkan nama di daftar tunggu mereka.
Banyak penitipan anak ''mewajibkan'' keluarga-keluarga yang tertarik untuk menelpon setiap dua bulan sekali untuk menyatakan bahwa mereka masih ingin mendapatkan tempat untuk anaknya. Ini tentu juga kami lakukan. Banyak penitipan anak dengan spesifik hanya mengiklankan tempat untuk anak berusia dan berjenis kelamin tertentu agar keseimbangan antara perempuan dan laki-laki, serta usia, selalu terjaga.
Setelah proses mencari dan melamar selama berbulan-bulan, kami berjodoh dengan sebuah day care mungil yang memang memiliki reputasi sangat baik di sekitar tempat tinggal kami. Sebelumnya kami mengikuti semacam proses ''casting''. Beberapa kali kami harus datang ke day care ini agar anak kami bisa mengikuti kegiatan mereka. Dan setelah dianggap cocok dengan anak-anak lainnya, putri kami diterima. 18-20 anak dititipkan di sini dan dijaga oleh tiga pengasuh dan satu anak magang. Suasana yang sangat kekeluargaan membuat kami suka sekali dengan TK ini.
Biaya penitipan anak di Berlin gratis untuk semua
Langkah berikutnya adalah menandatangani kontrak untuk resmi mendapatkan tempat di day care ini. Dokumen yang harus dibawa sebenarnya hanya satu: Secarik kertas yang bernama KITA-Gutschein atau voucher penitipan anak dari pemerintah kota. Ini adalah surat yang menyatakan berapa banyak dana yang akan didapatkan penitipan anak dari pemerintah kota untuk anak yang mereka terima.
Di Berlin pemerintah kota sejak beberapa tahun terakhir mengambil alih biaya penitipan anak, yang bisa mencapai 700 Euro per bulan untuk 7-9 jam setiap harinya. Dengan demikian orang tua hanya wajib membayar biaya makan siang, yaitu 23 Euro per bulan. Hampir semua penitipan hanya mau menerima anak yang mempunyai KITA-Gutschein, jadi walaupun orang tua sanggup membayar sendiri, kontrak tidak akan bisa ditandatangani.
Tidak semua kota di Jerman mengambil alih biaya penitipan anak dan situasinya masih cukup timpang. Sementara penitipan anak di Berlin gratis, orang tua di München misalnya harus membayar sekitar 400 euro per bulan bagi anak di atas usia dua tahun, di Hannover bahkan sampai 800 euro. Biaya ini lebih tinggi lagi bagi anak berusia di bawah dua tahun.
Di Berlin keluarga yang membutuhkan tempat penitipan anak harus mengurus voucher penitipan anak di kantor kecamatan dengan menyertakan bukti pekerjaan mereka beserta jam kerjanya. Karena saya adalah pekerja freelancer yang tidak punya kontrak kerja dan jam kerja yang teratur, proses aplikasi voucher menjadi agak sulit dan lebih lama. Dengan berulang kali datang ke kantor kecamatan membawa berbagai dokumen dan menjelaskan panjang lebar, setelah beberapa minggu kami pun mendapatkan voucher yang dinantikan.
Kontrak dengan day care akhirnya bisa ditandatangani dan anak saya bisa mulai masuk penitipan anak seperti yang sudah direncanakan. Saat itu anak saya berusia sekitar 2,5 tahun.
Keseharian di day care mendorong kecakapan sosial
Kegiatan di day care ini sangat lah beragam. Di kebanyakan waktu tentu anak-anak bisa dengan bebas memilih permainan atau kegiatan yang ingin mereka lakukan, seperti menggambar, bermain lego atau boneka. Bermain dengan kostum juga menjadi favorit banyak anak. Seminggu sekali mereka pergi berjalan kaki ke hutan yang berjarak sekitar 2 km dari TK. Memasak makan siang juga secara rutin dilakukan oleh anak-anak yang didampingi oleh gurunya. Tidur siang juga menjadi bagian dari keseharian di penitipan anak.
Anak-anak di penitipan ini berusia antara dua sampai enam tahun. Tidak ada perpisahan kelas, semua anak bebas bermain bersama. Dengan konsep kelas campuran ini anak-anak terbiasa saling tolong menolong dan kecakapan sosialnya terlatih sejak dini. Keluarga yang menitipkan anaknya di sini cukup internasional, ada yang dari Austria, Finlandia, Israel, Italia dan tentu Indonesia.
Selain itu penitipan anak ini mempunyai satu bentuk istimewa, yang disebut elterninitiative Kinderladen atau day care yang didirikan atas inisiatif orang tua murid. Salah satu ciri khasnya adalah kewajiban bagi semua orang tua murid untuk aktif dan turut membantu. Di day care tempat anak saya, setiap keluarga harus mengumpulkan 3 poin setiap bulan, yaitu tiga jam kerja. Pekerjaan yang bisa dilakukan bermacam-macam, dari bersih-bersih sampai ikut menjaga anak ketika pengasuh sakit. Memang kadang pekerjaan ekstra ini melelahkan, tapi melalui kegiatan-kegiatan ini semua keluarga saling kenal dengan baik.
Ketika anak kedua kami lahir, kami tidak perlu sulit-sulit mencari penitipan anak lagi: Di day care ini semua adik sudah dijamin bisa mendapatkan tempat.
* Anggatira Gollmer lulusan dari Universitas Bonn dengan jurusan Medienwissenschaft dan sekarang tinggal di Berlin.
** DWNesiaBlog menerima kiriman blog tentang pengalaman unik Anda ketika berada di Jerman atau Eropa. Atau untuk orang Jerman, pengalaman unik di Indonesia. Kirimkan tulisan Anda lewat mail ke: dwnesiablog@dw.com. Sertakan satu foto profil dan dua atau lebih foto untuk ilustrasi. Foto-foto yang dikirim adalah foto buatan sendiri.