1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Sulitnya Perempuan Kamboja Bertapak di Bisnis Digital

Vann Chansopheakvatey
19 Juli 2018

Rendahnya keterwakilan perempuan di bisnis digital dan teknologi mendorong pemerintah Kamboja mengadopsi inisatif global untuk memberdayakan kaum hawa. Meski begitu mereka tetap dihadapkan pada diskriminasi gender.

Kambodscha Frauen IT
Foto: Getty Images/L. DeCicca

Bisnis startup teknologi di seluruh dunia masih didominasi oleh kaum pria. Sebuah studi teranyar terhadap lebih dari 40.000 perusahaan startup menemukan hanya 17 persen yang didirikan oleh perempuan. Hambatan terhadap kaum perempuan antara lain berupa minimnya akses modal dan lemahnya jejaring bisnis.

Sebab itu Kamboja yang sedang giat mengembangkan bisnis teknologi mengadopsi insitatif global, Technovation, yang membantu perempuan di usia antara 10 hingga 18 tahun untuk mengembangkan kemampuan di bidang sains, teknologi dan matematika. Program ini juga mendorong perempuan untuk berinsiatif mengembangkan solusi teknologi atas masalah keseharian di komunitasnya masing-masing.

Heang Oumuoy, Duta Besar Technovation untuk Kamboja, mengatakan program tersebut membidik peningkatan keterlibatan perempuan di sektor berbasis teknologi dan melengkapi perempuan muda dengan pengetahuian kewirausahaan. "Tahun 2017 satu dari 23 tim Kamboja lolos ke putaran final Kompetisi Technovation Internasional. Mereka mengalahkan 1.100 tim dan 5.000 perempuan dari seluruh dunia," ujarnya kepada DW.

Bellatrix, salah satu tim asal Kamboja, termasuk yang lolos ke semifinal. Mereka mengembangkan aplikasi ponsel bernama "Tos Rean" yang membantu warga asing mempelajari bahasa Khmer. "Kami ingin membantu orang asing mempelajari Khmer tanpa bantuan guru," kata Tin Sokmuni, salah seorang anggota Bellatrix.

Technovation juga melatih perempuan Kamboja di bidang desain grafis, pemrograman komputer, perencanaan bisnis dan analisa pasar.

Namun begitu pengamat mengatakan perempuan Kamboja masih harus menghadapi berbagai rintangan ketika ingin membuka bisnis digital. Menurut studi yang dipublikasikan USAID Juni silam, hanya 8,5 persen mahasiswi di Kamboja yang terdaftar di jurusan yang berkaitan dengan Teknologi Informasi di perguruan tinggi.

Maret lalu Kementerian Telekomunikasi meluncurkan Penghargaan Teknologi untuk Perempuan Kamboja agar mencetak lebih banyak bibit muda di industri digital. Penghargaan itu diberikan kepada mereka yang aktif berkontribusi membangun sektor teknologi di dalam negeri. "Perempuan sering dipandang lemah di Kamboja," kata Sokmuni.

"Tapi program ini memberikan mereka peluang untuk membuktikan kemampuan dan talentanya kepada dunia, untuk menunjukkan bahwa perempuan juga bisa berpengaruh di sektor teknologi dan bisnis."

(rzn/ap)