Bila dulu pemuda dari berbagai daerah berkumpul bersumpah satu tanah air, bangsa dan bahasa. Kali ini di Jerman, mahasiswa dari berbagai lokasi di Eropa berkumpul menyatakan kesatuan identitas lewat olahraga.
Iklan
Area gedung olahraga Hardtberghalle di lokasi tertinggi di Bonn, Jerman ramai dipenuhi hampir seribuan warga Indonesia. Jarang ada acara yang bisa mengumpulkan mahasiswa Indonesia se-Jerman sekaligus, di luar acara resmi yang digelar oleh kedutaan Indonesia. Namun kali ini, dari 24 lokasi berbeda di seantaro Jerman dan negara-negara tetangga seperti Perancis, Belanda dan Belgia, mahasiswa Indonesia berkumpul dalam kegiatan olahraga yang dikenal dengan sebutan Bonn Cup 2017.
Ada sekitar 470 peserta yang ikut bertanding dalam berbagai cabang olah raga seperti voli, basket, futsal bahkan catur, tarik tambang dan gaplek sepanjang akhir pekan lalu. Bagi para peserta, penyelenggaraan pekan olahraga Indonesia di luar negeri meninggalkan kesan mendalam, apalagi Bonn Cup 2017 digelar bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda.
"Kami mau bergabung karena bertepatan juga dengan Hari Sumpah Pemuda. Jadi bermakna sekali karena juga membantu persatuan dari seluruh anak-anak Indonesia di Eropa, tepatnya di Jerman, terutama persatuan dalam olahraga dan sportivitas. Di mana pun kita berada walaupun beda, apapun latar belakangnya, tapi di sini kita tetap bersatu untuk olahraga bareng-bareng," ujar Reynaldo Rante Allo, salah satu peserta kontingen asal Den Haag, Belanda.
Bonn Cup 2017: Galang Persatuan Lewat Olahraga
Beda warna kulit, suku, agama, pandangan? Tak jadi soal. Para perwakilan mahasiswa se-Jerman dan sekitarnya berkumpul di Bonn, Jerman untuk berkompetisi dan bersilaturahmi. Yuk simak kegiatannya di Bonn Cup 2017-
Foto: DW/A.Purwaningsih
Saya Indonesia
Perhimpunan Pelajar Indonesia di Bonn (PPI Bonn) menyelenggarakan Kejuaraan Bonn Cup 2017 di kota Bonn, Jerman, kota dimana Deutsche Welle juga berkantor. Bonn Cup 2017 digelar bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda. Motto yang mereka usung : "Saya Indonesia": Meski jarak memisahkan dengan kampung halaman, kecintaan pada tanah air tak pudar begitu saja.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Basket, voli, dan lain-lain
Beragam jenis pertandingan yang dikompetisikan dalam ajang Bonn Cup 2017, mulai dari basket, futsal, badminton, hingga catur. Lebih dari 20 kontingen perwakilan PPI berbagai kota di Jerman dan negara-negara sekitar ikut serta dalam Bonn Cup 2017. Ratusan orang tumpah ruah di sebuah aula olahraga dataran tinggi Bonn.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Mengoptimalkan segala potensi
Tujuan utama dari Bonn Cup 2017 tidak lepas dari prinsip dasar PPI Bonn
sebagai wadah untuk saling meningkatkan kualitas diri dan mengoptimalkan
segala potensi. Dalam acara ini PPI Bonn memberikan fasilitas bagi masyarakat
Indonesia di Jerman untuk mengapresiasikan ketertarikan dalam bidang
olahraga dan budaya.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Tanding, tukar ilmu, cari jodoh, dll
Menurut para penyelenggara acara dan peserta, kegiatan ini menjadi ajang temu setahun sekali ratusan mahasiswa di Jerman dan sekitarnya. Saling kenalan, tukar informasi, wawasan bahkan jadi ajang ketemu jodoh. Jadi urusan kalah-menang tak jadi soal. Yang terpenting adalah membangun kebersamaan dan persatuan.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Berlin bawa maskot
Ceria dan gembira. Wajah-wajah tersebut yang kebanyakan bisa ditemui di arena ini. Setiap kontingen yang mewakili PPI berbagai kota di Jerman dan sekitarnya berusaha keras menyemangati para pemainnya. Termasuk para suporter dan pemain dari Berlin ini. Maskot, bendera, hingga lagu-lagu penyemangat mereka suarakan dari tribun. Heboh? Tentu saja. Kontingen lainpun tak mau ketinggalan.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Cari ketenangan?
Ribut dan heboh. Namanya juga anak-anak muda yang kegirangan berkumpul. Jadi sangat sulit untuk temukan area yang tenang di aula Bonn Cup ini. Kecuali di ruang pertandingan catur yang butuh konsentrasi tinggi dalam mengatur langkah.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Layanan bagi masyarakat
Ajang festival sport yang diadakan PPI Bonn ini boleh dibilang cukup heboh, karena bukan hanya memfasilitasi pertandingan, mereka juga menjembatani berbagai fasilitas lain, termasuk penyediaan layanan bagi masyarakat Indonesia yang butuh layanan konsuler seperti perpanjangan paspor dan lapor diri. Untuk urusan ini mereka didukung Konsulat Jenderal Republik Indonesia dari kota Frankfurt.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Ada produk-produk dari Indonesia
Pernak-pernik Indonesia, kain tradisional, baju, dekorasi rumah dan berbagai produk Indonesia yang berasal dari pengrajin kecil di tanah air, dipamerkan di bagian luar arena. Para pengunjung Bonn Cup tak hanya dimanjakan dengan ragam pertandingan, layanan konsuler dan makanan enak, namun juga pemandangan produk-produk menarik asli Indonesia.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Jangan sampai kelaparan
Olahraga butuh energi, tentunya. Karena membawa nama Indonesia, sajiannya pun menu-menu Indonesia, mulai dari mpek-mpek, bakso, sate ayam, ketoprak, nasi dan sate Padang, gado.gado, coto Makassar, sampai sate. Makanan kecilnya pun tidak ketinggalan mulai dari bakwan atau bala-bala, tempe mendoan, singkong goreng, arem-arem, nagasari, roti bakar, cilok dan seblak.Tinggal pilih sesuai selera!
Foto: DW/A.Purwaningsih
Jaga kebersihan!
Jerman terkenal dengan kedisiplinannya. Termasuk dalam menjaga kebersihan. Arena yang dipakai harus dikembalikan kembali seperti keadaan sebersih semula sebelum dipinjam. Tak heran jika di sana-sini dipenuhi peringatan soal menjaga kebersihan di arena gedung olah raga. Contohnya seperti di atas ini. Beda dengan peringatan yang biasa formal, pesan di area Bonn Cup sangat santai gaya anak muda.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Pejamkan mata sejenak
Ratusan orang, puluhan kota. Penontonnya bukan hanya mahasiswa melainkan warga Indonesia dan Jerman yang tertarik hadir. Serasa di Indonesia, demikian gumam beberapa pengunjung. Seorang peserta acara tampak kelelahan dan tidur nyenyak di antara koper-koper rekan-rekannya. Maklum perjalanan panjang pagi buta harus mereka tempuh agar bisa tiba sedini mungkin.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Hiburannya: dangdut-an
Dengar musik dangdut , siapa yang tahan tak bergoyang? Inilah hiburan di acara pembukaan pertandingan. Lagu-lagu dangdut yang didendangkan di tengah lapangan disambut dengan goyangan para pengunjung yang tampaknya 'kangen berat' dengan ke-Indonesiaan.
Foto: DW/A.Purwaningsih
Hadiahnya: sekardus mi instan
Selama acara dagdutan, para peserta yang turun melantai dan berani menampilkan jogetan terasyik, mendapatkan sekardus mi instan. "Malam ini kita pesta mi rebus!" teriak salah satu kontingen yang berhasil membawa pulang 3 dus mi instan sekaligus. Selain makanan, para pemenang Bonn Cup 2017 juga meraih hadiah berupa medali dan uang. [Ed: Purwaningsih/Siregar]
Foto: DW/T. Siregar
13 foto1 | 13
Adu Semangat Lewat Tim Hore
Pertandingan yang berlangsung dua hari itu bertambah seru karena para pendukung tak henti-hentinya menyuarakan yel-yel penyemangat. Tak sekadar sorak sorai biasa, tim pendukung dari Berlin secara khusus mempersiapkan 10 lagu yel-yel. Mereka juga menjadi satu-satunya tim pendukung yang memboyong maskot Beruang, simbol kota Berlin.
"Kalau yel-yel kami mempersiapkan sekitar 10 lagu, ada koreografi dan penarinya juga. Saya sebagai maskot jadi paling depan. jadi beruang yaaa... Kami ada 70-an orang jadi bisa bagi-bagi tugas. Ikut meramaikan jadi tim hore, yang penting bahagia semuanya." ujar Navayo Erlangga, mahasiswa Hoschschule für Technik und Wirtschaft Berlin itu.
Selain menambah kemeriahan, bagi salah satu panitia, yel-yel yang dibawakan para pendukung turut menggambarkan semangat yang ingin dihadirkan lewat Bonn Cup 2017. "Kita bisa lihat di sini banyak sekali supporter, kita nyanyi untuk mendukung tim kita sendiri, tapi selain itu kita juga benar-benar bersatu di bawah nama Indonesia. Kita di sini benar-benar mewakili Indonesia karena berasal dari berbagai latar belakang, warna kulit dan agama berbeda. Ini menjadi contoh yang baik dimana semangat Bhineka Tunggal Ika itu harus terus dijaga dalam kegiatan apapun, termasuk salah satunya olahraga," ujar PutrianaHamka, panitia urusan kesekretariatan kegiatan Bonn Cup 2017 yang juga merupakan wakil ketua PPI Bonn.
Raih Medali Simbol Juara
Pada hari terakhir Bonn Cup 2017, medali juara pun diberikan kepada para juara. Mahasiswa Karlsruhe berhasil mengantongi juara di hampir semua cabang pertandingan olahraga, sehingga mereka dinobatkan sebagai juara umum. Kontingen asal Belanda juga tak mau kalah, mereka berhasil mengantongi gelar juara di dua cabang olahraga sekaligus yakni bola voli putra dan futsal.
Acara yang diselenggarakan Perhimpunan Pelajar Indonesia di Bonn itu melewati masa persiapan yang cukup panjang. Meski tak meraih juara sama sekali, pelajar dari Bonn merasa senang bisa mengumpulkan sesama rekan mahasiswa dari berbagai penjuru. "Saya senang sekali acara ini bisa berjalan dengan lancar. Yang buat tambah senang juga karena melihat antusiasme penonton yang sangat tinggi. Bagi saya pribadi, segala jerih payah dan kelelahan panitia selama satu tahun ini terbayar, karena tujuan kita untuk menyatukan warga Indonesia di perantauan bisa terwujud lewat olahraga," ujar Anggra Rifani Rahman, Ketua Bonn Cup 2017.
Yang Harus Diketahui Sebelum Studi di Jerman
Jerman menarik minat mahasiswa asing karena kualitas universitasnya dan biaya yang murah. Tapi sebelum memutuskan berkuliah di Jerman, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Foto: picture alliance / dpa
"Bebas Bayaran" Sifatnya Relatif
Universitas Jerman hanya bebas bayaran jika calon mahasiswa yang mendaftar ke universitas negeri juga diterima oleh universitas itu. Selain itu, calon mahasiswa juga bermaksud untuk berkuliah dalam kondisi seperti warga Jerman biasa. Itu berarti: menghadapi tantangan yang sama. Program studi yang lain dari itu, atau di universitas swasta, kualitasnya juga bagus, tetapi tidak bebas biaya dan mahal.
Foto: dapd
Mahasiswa dan Kerja Sampingan
Visa mahasiswa membatasi jumlah waktu yang boleh digunakan untuk bekerja. Bagi mahasiswa tanpa paspor Uni Eropa, batasnya 120 hari per tahun. Dalam semester kuliah hanya boleh bekerja 20 jam per minggu. Tetapi biaya hidup di Jerman lebih murah daripada di banyak kota AS dan Inggris. Sebaiknya tidak mencoba kerja gelap. Ada risiko eksploitasi, dan jika tertangkap bisa dideportasi.
Foto: Fotolia/MNStudio
Melamar Beasiswa
Di Jerman banyak ditawarkan beasiswa bagi mahasiswa asing di berbagai bidang. Jika berprestasi baik dan ulet mencari beasiswa, kesempatan bisa diperoleh. DAAD adalah lembaga negara Jerman yang memberikan beasiswa paling banyak bagi mahasiswa asing. Yayasan yang memberi beasiswa dengan spesifikasi tertentu juga banyak.
Foto: picture-alliance/dpa
Masalah Visa
Mahasiswa dari negara bukan anggota Uni Eropa kerap hadapi masalah visa. Tiap orang bertanggungjawab sendiri untuk mengurus asuransi kesehatan, buktik emampuan menunjang hidup secara finansial, temukan tempat tinggal, daftarkan diri pada kantor wilayah, buat janji soal perpanjangan visa, dan dokumen lainnya. Bagi banyak negara, masalah ini sudah dimulai saat meminta visa di kedutaan besar Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Menanggulangi Banyak Formulir
Orang harus bersedia mengisi formulir. Sebaiknya biasakan diri dengan kata-kata birokratis Jerman. Juga organisir semua surat, lengkap dengan fotokopinya, mulai dari urusan visa sampai bayar sewa kamar. Triknya: jika dapat surat resmi, kirim kembali surat resmi yang lebih banyak lagi. Begitu saran Leah Scott-Zechlin, yang pernah kuliah di Berlin, dan veteran "Papierkrieg" (perang kertas).
Foto: picture alliance/dpa/Patrick Pleul
Bisa Bahasa Jerman Sangat Membantu
Tentu di kota besar orang asing bisa tinggal tanpa bisa bahasa Jerman. Sebagian program studi juga ditawarkan dalam bahasa Inggris. Tetapi setiap aspek hidup lebih mudah jika bisa bahasa Jerman, baik untuk bicara dengan petugas negara, maupun untuk bersosialisasi dengan orang Jerman. Kalau ingin bekerja, kemampuan berbahasa Jerman jadi aset sangat besar di pasaran tenaga kerja.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Universitas Tidak Menuntun Mahasiswa
Di Jerman mahasiswa tidak dibimbing seperti di sekolah. Sepenuhnya tergantung tiap mahasiswa asing untuk bisa jalani hidup di negara asing, datang ke kuliah dan belajar. Mata kuliah ada yang berkesan sangat bebas. Terserah mahasiswa, apakah serahkan pekerjaan rumah, berpartisipasi dalam kuliah atau tidak. Sebagian mata kuliah tergantung sepenuhnya pada ujian akhir atau makalah di akhir semester.
Foto: imago/Westend61
Masalah Tempat Tinggal
Asrama mahasiswa ada di banyak kota. Tetapi untuk dapat tempat kadang sulit. Di samping asrama, mahasiswa Jerman juga sering tinggal di Wohngemeinschaft (WG). Dalam sistem ini, beberapa mahasiswa bersama-sama menyewa sebuah apartemen. Tiap orang dapat satu kamar. Dapur dan kamar mandi biasanya digunakan bersama. Ini cara baik untuk bersosialisasi dengan orang Jerman dan memperbaiki bahasa Jerman.
Foto: Fotolia
Mencari Saran
Tinggal dan belajar di luar negeri kerap butuh tanggung jawab tinggi. Dan kadang orang merasa harus berjuang sendirian menghadapi banyak tantangan. Tapi tidak usah khawatir. Anda bukan mahasiswa asing pertama di Jerman. Sumber informasi dan saran kerap bisa ditemukan di internet. Untuk yang berbahasa Inggris ada forum "Toytown Germany".
Foto: Fotolia/Creativa
Mungkin Ingin Tinggal Selamanya
Mungkin Anda individu yang tahu cara peroleh kesempatan terbaik dalam hidup: kuliah beberapa tahun di Jerman, raih gelar, mungkin kerja sedikit, lalu kembali ke tanah air dan dapat penghasilan tinggi. Bisa jadi juga, Anda jatuh cinta dengan Jerman, sehingga hadapi dilema ucapkan "Tschüß" (selamat tinggal) selamanya kepada tanah air, atau rindu Jerman seumur hidup. Penulis: Caitlin Hardee (ml/vlz)