Komik yang terbit tahun 1938 ini memuat petualangan pertama Superman. "Action Comics No 1" terjual seharga 3,2 juta Dolar AS di situs lelang online.
Iklan
Saat dijual di tahun 1938, harganya hanya 10 sen. Kini komik yang sama terjual dengan harga rekor 3,2 juta Dolar AS atau sekitar 37 milyar Rupiah.
"Action Comics No 1" adalah satu dari eksemplar pertama yang memuat pertualangan pertama Superman. Eksemplar yang terjual di situs lelang eBay ini dalam kondisi hampir sempurna. Komik tersebut memperoleh nilai 9 dari skala 10. Ini nilai yang sangat jarang diberikan dalam pengukuran kondisi sebuah buku komik antik.
Komik ini disimpan selama puluhan tahun dalam sebuah lemari yang terbuat dari kayu cedar di pegunungan West Virginia oleh seorang pria yang membelinya dari kios majalah. Demikian menurut sang penjual Darren Adams kepada The Washington Post. Setelah pemilik aslinya meninggal, seorang kolektor membelinya dan membangun lemari yang mirip untuk tempat penyimpanan, kisah Adams.
Perang Dunia 1 dalam Buku Anak-Anak
Buku bertemakan perang bagi anak-anak antara tahun 1914 dan 1918 di Eropa ditujukan mendorong ketertarikan anak pada Perang Dunia. Namun tidak semuanya berisi propaganda nasionalis.
Foto: DW/S. Hofmann
Ayah berperang
Ketika pada bulan Agustus 1914 Eropa - bahkan kemudian di seluruh dunia – saling berperang, hal itu dialami juga oleh anak-anak. Ayah dan saudara laki-laki mereka pergi berperang, sementara keluarga ditinggalkan sendirian. Tidak mengherankan jika sejumlah buku anak-anak pada masa itu mengambil tema perang.
Foto: DW/S. Hofmann
Humor dalam perang?
Inggris benar-benar dikenal karena humor hitam mereka. Hal ini sebenarnya juga berlaku untuk buku anak-anak. "Tapi selama perang," inilah kesan yang didapat Claudia Pohlmann setelah melihat beberapa buku yang dievaluasi dalam pameran, "tampaknya akibat kengerian, humor juga hilang. Sebuah kerugian bagi sastra anak-anak."
Foto: DW/S. Hofmann
Perang dan epilog
Banyak buku anak-anak memiliki karakter lucu, seperti dalam buku “Si Kerudung Merah" versi Perancis. Di buku digambarkan bagaimana Perancis bersama dengan sekutu-sekutunya berupaya melawan serigala jahat Jerman. Sementara dalam buku-buku perang anak-anak Jerman (lihat gambar) - sering disajikan kemenangan mudah dalam peperangan.
Foto: DW/S. Hofmann
Papan permainan dan kartu
Perang tidak hanya digambarkan dalam buku-buku, tetapi juga dalam bentuk papan permainan atau permainan kartu, seperti ini dari "Si Hitam Peter dari Serbia". Di balik permainan ini, perang tidak hanya beraspek pendidikan propaganda, tetapi juga sangat banyak lebih komersial. Dari perspektif penerbit, perang menjadi sarana terbaik dalam mencari uang.
Foto: DW/S. Hofmann
Pelajaran di sekolah
Buku-buku tidak hanya dibaca di rumah. Di sekolah, guru juga menyerukan semangat patriotik. Seringkali, pelajaran gagal diberikan, karena sekolah dijadikan rumah sakit - atau karena tidak ada batubara dan kayu untuk pemanas ruangan. Sementara karena buruknya perekonomian dalam masa perang, maka anak-anak harus bekerja.
Foto: DW/S. Hofmann
Buku anak perempuan
Banyak literatur perang mengusung petualangan berjiwa muda - dan terutama diarahkan untuk anak laki-laki. Tapi anak perempuan juga jadi "sasaran". Buku-buku ini terutama ditujukan pada apa yang disebut "fron kampung halaman" - sebagaimana kisah "Anak Keras Kepala" atau "Anak Bungsu" yang mengalami perang di Berlin, Jerman.
Foto: DW/S. Hofmann
Antara pencetakan berkecepatan tinggi dan seni
"Para juru gambar buku anak-anak di bawah tekanan waktu, jika yang harus ditangani adalah sebuah pertempuran," kata peneliti buku anak-anak dan mitra kurator Friedrich C. Heller. Tapi buku-buku Perancis secara konsisten menampilkan kualitas sangat tinggi. Foto: Invasi Jerman di Belgia, yang digambarkan dalam buku anak-anak Perancis: sepatu lars Jerman yang menginjak Liege, Belgia.
Foto: DW/S. Hofmann
Brosur dan panggilan perang
Juga di sejumlah brosur dan billboard muncul anak-anak, seperti dalam iklan cetak tahun 1915 ini, yang hadir dengan teks "Kita tidak boleh kelaparan." Dengannya diserukan sumbangan untuk anak-anak. Satu hal yang tidak boleh dilupakan: anak-anak tahu tentang perang tidak hanya dari buku, mereka mengalaminya setiap hari.
Foto: DW/S. Hofmann
Tidak ada jejak euforia
Dengan semakin melajunya perang, maka ilustrasi dalam buku anak-anak dan remaja semakin gelap. Bertentangan dengan apa yang disebut “lelucon“, dalam beberapa publikasi, disajikan gambaran realistis tentang kekejaman perang modern pertama, yaitu penggunaan gas beracun dan serbuan tank.
Foto: DW/S. Hofmann
Katedral Reims
Bahkan buku yang bernada pasifisme juga ada, meskipun tidak banyak. Kelelahan akibat perang, membuat para penulis buku anak-anak sekarang tampaknya rindu perdamaian. Dalam terbitan Perancis, "Reims, da Cathédrale“ ditampilkan mimpi atas dunia yang ideal. Kehancuran katedral Reim lama dianggap sebagai wujud kebarbaran Jerman di Perancis. Dalam buku, katedral muncul sebagai simbol yang menyatukan.
Foto: DW/S. Hofmann
Damai? Hanya dalam waktu yang singkat
Pada 11 November 1918, akhirnya penguasa Jerman melakukan gencatan senjata dengan Perancis dan Inggris. Namun perdamaian itu tidak bertahan. Banyak bocah laki-laki yang telah membaca buku cerita selama Perang Dunia Pertama, pada tahun 1939 menjadi tentara dalam perang berikutnya.
Foto: DW/S. Hofmann
Dari buku gambar prajurit menjadi tentara sesungguhnya
"Ketika sebagai anak-anak menyaksikan tayangan visual berulang, maka tanpa disadari mereka membentuk pemahaman diri sebagai seorang prajurit, demikian menurut peneliti buku anak-anak, Heller. "Ini bukti bahwa kekuatan gambar dan teks tidak bisa diremehkan."
Foto: DW/S. Hofmann
12 foto1 | 12
Tahun 2011, eksemplar "Action Comics No 1" yang berbeda terjual dengan harga 2,1 juta Dolar AS. Buku komik ini menandakan kebangkitan kartun para pahlawan super. 100 hingga 150 eksemplar diperkirakan masih eksis.
Pialang komik dari New York Stephen Fishler and Vincent Zurzolo yang meyerahkan tawaran rekor tersebut di eBay. Sosok pembeli komik tersebut belum diungkap. Sebagian dari hasil penjualan akan disumbangkan kepada Christopher & Dana Reeve Foundation. Christopher Reeve adalah pemeran Superman yang paling dikenal.