Mahkamah AS hari Senin (4/11) mengijinkan penerapan sepenuhnya larangan perjalanan bagi warga dari enam negara Muslim.
Iklan
Mahkamah Agung Amerika Serikat atau Supreme Court memutuskan bahwa Presiden Donald Trump dapat menerapkan aturan larangan perjalanan bagi warga dari enam negara Muslim. Sebelumnya penerapan larangan ini ditunda oleh pengadilan yang lebih rendah. Negara-negara Muslim itu adalah Chad, Iran, Libya, Somalia, Suriah dan Yaman.
Pemerintahan Trump mengatakan, larangan tersebut sangat penting untuk melindungi keamanan nasional AS dan mencegah serangan teror. Pandangan ini mendapatkan dukungan kuat dari Mahkamah Agung dengan 7 hakim setuju dan 2 tidak setuju. Artinya, aturan itu dapat segera diterapkan, sambil menunggu permohonan banding.
"Kami tidak terkejut dengan keputusan Supreme Court hari ini yang mengizinkan segera penerapan Keputusan Presiden yang membatasi perjalanan warga dari negara-negara yang dengan risiko terorisme yang meningkat," demikian disebutkan dalam sebuah pernyataan dari Gedung Putih.
"Aturan itu baik dan penting untuk melindungi tanah air kita. Kami berharap dapat menyajikan pembelaan yang lebih lengkap atas aturan ini karena kasus-kasus yang tertunda berjalan melalui pengadilan," lebih lanjut dalam pernyataan.
Proses banding masih berlanjut
Dewan Hubungan Amerika-Islam CAIR, organisasi hak-hak sipil dan advokasi Muslim terbesar di AS, mengeritik keputusan tersebut.
"Keputusan ini mengabaikan konsekuensi yang sebenarnya bagi warga Amerika dan keluarga mereka di luar negeri yang dipaksakan oleh larangan Presiden Trump," kata Direktur Litigasi Nasional CAIR Lena Masri.
Supreme Court menyatakan, mengharapkan pengadilan banding yang lebih rendah mempercepat keputusan mereka. Sehingga dengan itu ada kemungkinan kebijakan tersebut dapat kembali diproses ke Mahkamah Agung dalam sebuah gugatan hukum lainnya melawan keputusan Gedung Putih.
Pengadilan San Francisco akan menggelar sidang banding kasus tersebut pada hari Rabu dan pengadilan Richmond pada hari Jumat mendatang.
Selain warga dari enam negara Muslim, larangan perjalanan itu itu juga mencakup warga dari Korea Utara dan sejumlah pejabat senior Venezuela.
Membela tanah air
Setelah keputusan Supreme Court hari Senin, Departemen Keamanan Dalam Negeri menyatakan: "Pembatasan perjalanan pemerintah terhadap negara-negara yang tidak memenuhi standar keamanan dasar dan tidak membagikan informasi penting kepada kami mengenai teroris dan penjahat, dirancang untuk membela tanah air dan menjaga agar warga Amerika tetap aman."
Larangan itu awalnya diberlakukan sementara selama 90 hari. Setelah ada gugatan, larangan tersebut sempat dihentikan tapi akhirnya diizinkan lagi pada bulan Juni lalu. Setelah masa 90 hari berakhir, pemerintag AS bulan September lalu membuat aturan pengganti dengan menambahkan Chad, Korea Utara dan Venezuela sertamenghapus Sudan.
Aktivis imigrasi dan hak-hak sipil menyatakan aturan itu pada dasarnya menargetkan umat Islam secara umum dan hal itu melanggar jaminan hak-hak agama yang berlaku di AS.
"Sangat disayangkan bahwa larangan itu dapat terus berlanjut sampai saat ini, namun aturan ini tidak sesuai dengan klaim kami. Kami akan terus membela kebebasan, kesetaraan, dan berjuang bagi mereka yang secara tidak adil dipisahkan dari orang yang mereka cintai," kata Omar Jadwat dari American Civil Liberties Union.
Muslim yang Membesarkan Nama Amerika
Donald Trump banyak dikecam karena pernyataannya yang rasis dan diskriminatif, juga terhadap warga Muslim. Ia tidak sadar bahwa selama ini sudah banyak warga Muslim di AS yang ikut membesarkan nama Amerika.
Foto: Getty Images/AFP/Joe Raedle
Muhammad Ali
Mantan petinju terbesar dalam sejarah olahraga ini dihormati pula karena aktivitas sosialnya. Dia memeluk Islam pada tahun 1975. Ia mengatakan: "Kata Islam berarti damai. Kata Muslim berarti orang yang menyerahkan diri pada kepada Allah…. Kristen , Hindu adalah saudara saya, mereka semua adalah saudara saya. Kami hanya berpikir yang berbeda dan percaya berbeda. "
Foto: picture-alliance/dpa/L. Gillieron
Kareem Abdul-Jabbar
Terlahir Ferdinand Lewis Alcindor, Jr, pebasket legendaris ini mencetak rekor angka tertinggi sepanjang masa. Di bangku perguruan tinggi ia masuk Islam dan berganti nama. Dilansir The Washington Post, ia menyebut: " Donald Trump merupakan kemenangan terbesar ISIS… bukannya menawarkan kebijakan nyata dan spesifik, malah memanfaatkan ketakutan publik, dengan melakukan pekerjaan ISIS untuk mereka.”
Foto: picture-alliance/AP Photo/J. Salangsang
Mike Tyson
Tercatat sebagai juara dunia tinju kelas berat termuda dalam sejarah dengan usia 20 tahun, Mike Tyson adalah atlit olahraga paling populer di dekade 1980an. Perjumpaannya dengan Islam berawal dari penjara, ketika ia menghabiskan masa kurungan dalam kasus pemerkosaan tahun 1992. Kini Tyson ikut terjun ke dunia sinema dengan membintangi berbagai film layar lebar
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Malcolm X
Kehilangan kedua orang tua sejak kecil, Malcolm X alias Malik el-Shabazz menjelma menjadi aktivis kemanusiaan yang menentang diskriminasi dan rasisme terhadap kaum kulit hitam. Kini Malcolm X tercatat sebagai salah satu warga Afrika-Amerika paling berpengaruh dalam sejarah,
Foto: AP
Yasiin Bey
Penyanyi hiphop dan aktor yang juga dikenal dengan nama Mos Def ini merupakan nominator Emmy Award, Grammy Award dan Golden Globe. Namun artis multi talenta ini lebih dikenal untuk aktivisme sosialnya, terutama pada isu-isu yang berkaitan dengan kebrutalan polisi dan pelanggaran hak asasi manusia.
Foto: picture-alliance/AP Photo/L.Zuydam
Huma Abedin
Huma Abedin pernah menjadi wakil kepala Departemen Luar Negeri AS. Kini ia dipercaya sebagai wakil ketua kampanye Hillary Clinton yang maju sebagai bakal calon kandidat presiden AS.
Foto: picture-alliance/dpa/D.Van Tine
Fareed Zakaria
Ia pernah menjadi editor majalah Time dan Newsweek International. Pria AS kelahiran India ini juga pernah meraih penghargaan sebagai kolumnis terbaik. Fareed yang menajdi warga Amerika lewat proses naturalisasi ini kini menjadi pembawa acara talkshow politik di CNN dan menulis kolom mingguan untuk Washington Post.
Foto: AP
Salman Khan
Ketika pebisnis ini bekerja sebagai analis, dia punya satu mimpi: membuat pendidikan lebih mudah diakses. Pada tahun 2006, mimpi itu menjadi kenyataan ketika ia meluncurkan Khan Academy, yaitu pembelajaran online yang memungkinkan orang untuk mempelajari segala sesuatu, mulai dari matematika sampai pemrograman. Ia salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia, versi majalah Time 2012.
Foto: CC by Steve Jurvetson
Shaquille O'Neal
Meski tidak pernah mengungkapkan keyakinannya ke publik, Shaquille O'Neal dikenal dekat dengan Islam. Ia antara lain dibesarkan oleh seorang ayah tiri yang seorang muslim. Ketika masih bermain untuk klub Boston Celtics, Shaq bahkan pernah mengungkapkan niatnya untuk melakukan ibadah Haji.
Foto: picture-alliance/Pressefoto Ulmer
Hakeem Abdul Olajuwon
Dengan tinggi badan lebih dari dua meter, Hakeem Abdul Olajuwon merupakan salah satu dari lima pemain legendaris NBA. Dia tak takut jika Donald Trump menjadi presdien, karena menurutnya,di AS, setiap hak warga negara dilindungi.