Suriah Diguncang Teror Bom Jelang Gencatan Senjata
22 Februari 2016
Sejatinya pemerintah Suriah dan pemberontak FSA siap menyepakati gencatan senjata. Tapi Islamic State punya rencana lain. Kelompok teror itu lancarkan serangan bom yang menewaskan 130 orang.
Iklan
Bara di Suriah tidak kunjung padam. Ketika gencatan senjata sedang dirundingkan oleh pemerintah dan pemberontak, kelompok teror Islamic State melancarkan serangan bom di Damaskus dan Homs yang menewaskan hampir 130 orang.
Serangan tersebut terjadi ketika rejim Assad dan Free Syrian Army mencapai "kesepakatan awal" untuk mengawali proses gencatan senjata, tutur Menteri Luar Negeri AS John Kerry. Namun kesepakatan tersebut belum final dan kedua pihak bisa menarik diri tanpa konsekuensi hukum.
Di Damaskus bom meledak di kawasan Sayyidah Zainab yang dihuni mayoritas Syiah dan merupakan basis kelompok Hizbullah di Suriah. Sedikitnya 83 warga sipil tewas dan lebih dari 170 mengalami luka-luka. Menurut kantor berita SANA, ledakan terjadi di dekat sebuah sekolah pada jam sibuk sore hari.
Stasiun televisi Hizbullah, Al-Manar, melaporkan, pelaku yang berjumlah dua orang menggunakan bom mobil untuk melancarkan serangan teror. Sementara di Homs serangan serupa dilancarkan pada kawasan yang dihuni minoritas Syiah Alawiyah dan menewaskan sedikitnya 46 orang serta melukai puluhan lainnya.
Analis menilai, IS berupaya mengganggu kesepakatan rapuh antara pemerintah dan pemberontak. Serangan mematikan di kedua kota dinilai bisa dijadikan alasan oleh pemerintah untuk memperkuat serangan ke kota Aleppo yang kini dikuasai FSA.
Sementara itu, Menlu AS Kerry mengakui kesepakatan gencatan senjata "belum tuntas" dibahas. Namun menurutnya "persyaratan untuk gencatan senjata sudah rampung," dan "kesepakatan mungkin akan tercapai dalam beberapa jam ke depan."
Kepada harian Spanyol, El Pais, Assad sendiri bersikeras pihaknya "telah siap" untuk menjadi bagian dari kesepakatan baru selama kelompok pemberontak tidak memanfaatkannya untuk memperkuat diri.
"Kita harus mencegah negara lain, terutama Turki, mengirimkan lebih banyak gerilayawan, teroris, senjata dan berbagai bentuk dukungan logistik untuk para teoris itu," tuturnya dalam interview.
Inilah Aktor Utama Perang Suriah
Konstelasi konflik Suriah kini makin rumit. Perang dipicu ketidakpuasan rakyat atas rezim di Damaskus. Tapi di belakang layar juga ada negara lain yang ikut terlibat, baik yang punya kepentingan atau tunggangi konflik.
Foto: picture alliance/AP Photo/A. Kots
Bashar al Assad
Presiden Suriah ini bersama rezim di Damaskus adalah penyebab utama pecahnya perang saudara yang dimulai 2011. Rakyat yang tak puas atas kepemimpinannya 4 tahun silam menggelar berbagai aksi protes yang dijawab dengan tembakan peluru tajam. Sumbu peledak perang adalah tewasnya beberapa remaja yang menggambar grafiti anti Assad di tahanan aparat keamanan.
Foto: AP
Pemberontak Suriah
Mereka menamakan diri kelompok oposisi. Dalam kenyataanya mereka adalah kelompok militan yang punya berbagai agenda, dan kebetulan punya satu sasaran, yaitu menumbangkan rezim Bashar al Assad. Kelompok paling menonjol adalah Free Syrian Army, serta Front al Nusra yang merupakan cabang al Qaida di Suriah. Akibat perang saudara, 300.000 tewas dan lebih 12 juta warga Suriah mengungsi.
Foto: Reuters
Islamic State (IS)
Walaupun baru muncul awal tahun 2014, IS merupakan kelompok bersenjata paling kuat dan ditakuti. Kelompok Sunni ini didukung pakar militer bekas pasukan elit Saddam Hussein dari Irak. Anggotanya berdatangan dari berbagai negara Eropa. Kebanyakan anak muda, militan, radikal, dan punya keahlian di bidang militer maupun teknologi informatika. IS kini menguasai kawasan luas di Suriah dan Irak.
Foto: picture-alliance/Balkis Press
Arab Saudi
Merupakan negara pendukung kelompok pemberontak Sunni di Suriah. Arab Saudi terutama ingin menumbangkan rezim Assad dan meredam hegemoni penunjang kekuasaanya, yaitu Iran. Mereka sekaligus juga memerangi IS agar tidak semakin kuat. Riyadh punya kepentingan agar Suriah tidak runtuh, yang akan menyeret Libanon dan Irak serta seluruh kawasan ke situasi chaos.
Foto: picture-alliance/AP/Manish Swarup
Iran
Sebagai negara pelindung kaum Syiah, Iran mendukung milisi Hisbullah di Libanon yang bertempur membela rezim Al Assad. Iran juga mengirim tentara serta penasehat milternya ke Damaskus. Mula-mula kehadiran Iran tidak dianggap. Tapi perkembangan situasi menyebabkan pemain besar lainnya kini mulai merangkul pemerintah di Teheran untuk solusi krisis Suriah.
Foto: AP
Turki
Ankara takut terbentuknya negara Kurdistan di Suriah. Karena itu dengan segala cara hal ini hendak dicegah. Turki juga "melatih" pemberontak Suriah dengan dibantu biaya AS. Presiden Recep Tayyip Erdogan juga berseteru dengan Assad. Selain itu kaum Kurdi di Irak juga makin kuat karena mendapat dukungan Iran. Inilah yang membuat Turki mengerahkan militernya ke perbatasan atau melewatinya.
Foto: AP
Amerika Serikat
Keterlibatan Washington di kawasan dimulai 2003 dengan tumbangkan penguasa Irak, Saddam Hussein. Vakum kekuasaan picu runtuhnya Irak dan destabilisasi keamanan hingga ke Suriah. Kondisi ini yang juga ciptakan Islamic State (IS) yang mampu kuasai kawasan luas di Irak dan Suriah. AS juga membiayai pelatihan pemberontak "moderat" dengan dana 500 juta US Dolar, sebagian menyeberang ke Al Qaida.
Moskow dikenal sebagai pendukung rezim di Damaskus. Akhir 2015 Rusia memutuskan lancarkan serangan udara terhadap IS. Operasi militer ini memicu kecaman di kalangan NATO. AS dan Turki mengklaim serangan udara Rusia ditujukan ke kelompok pemberontak anti Assad. Insiden penembakan jet Rusia oleh militer Turki makin panaskan situasi.