Suriah Terima Rp 29 Triliun Dana Bantuan Baru dari Jerman
31 Maret 2021
Selain Jerman, secara keseluruhan, dana bantuan internasional menjanjikan $ 6,4 miliar (Rp 93,2 triliun) untuk membantu krisis Suriah, angka yang jauh di bawah target PBB sebesar $ 10 miliar (Rp 145,6 triliun).
Iklan
Jerman akan mengucurkan dana sebesar € 1,74 miliar (Rp 29,6 triliun) untuk membantu korban perang saudara Suriah yang sudah terjadi sejak satu dekade terakhir.
Perwakilan dari lebih dari 60 negara dan organisasi bertemu dalam konferensi donor internasional di Brussel pada hari Selasa (30/03) untuk menyepakati bantuan baru bagi Suriah.
Jumlah bantuan yang dijanjikan Jerman merupakan alokasi terbesar negara itu ke Suriah dalam empat tahun. Sementara, dukungan Uni Eropa yang diambil dari anggaran bersama tetap sama seperti tahun lalu, sebesar € 560 juta (Rp 9,5 triliun).
Secara keseluruhan, donor internasional menjanjikan $ 6,4 miliar (Rp 93,2 triliun) untuk membantu krisis Suriah, angka yang jauh di bawah target PBB sebesar $ 10 miliar (Rp 145,6 triliun).
Kontribusi donor internasional disumbangkan untuk makanan, bantuan medis, dan pendidikan anak-anak. Bantuan tersebut akan didistribusikan oleh sejumlah organisasi di Suriah atau negara-negara terdekat yang menampung pengungsi dalam jumlah besar.
Siapa Yang Berperang di Konflik Suriah?
Konflik di Suriah memasuki babak baru setelah militer Turki melancarkan serangan terhadap posisi milisi Kurdi di timur laut Suriah. Inilah faksi-faksi yang berperang di Suriah.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
Perang Tiada Akhir
Suriah telah dilanda kehancuran akibat perang saudara sejak 2011 setelah Presiden Bashar Assad kehilangan kendali atas sebagian besar negara itu karena berbagai kelompok revolusioner. Sejak dari itu, konflik menarik berbagai kekuatan asing dan membawa kesengsaraan dan kematian bagi rakyat Suriah.
Foto: picture alliance/abaca/A. Al-Bushy
Kelompok Loyalis Assad
Militer Suriah yang resminya bernama Syrian Arab Army (SAA) alami kekalahan besar pada 2011 terhadap kelompok anti-Assad yang tergabung dalam Free Syrian Army. SAA adalah gabungan pasukan pertahanan nasional Suriah dengan dukungan milisi bersenjata pro-Assad. Pada bulan September, Turki meluncurkan invansi militer ketiga dalam tiga tahun yang menargetkan milisi Kurdi.
Foto: picture alliance/dpa/V. Sharifulin
Militer Turki
Hampir semua negara tetangga Suriah ikut terseret ke pusaran konflik. Turki yang berbatasan langsung juga terimbas amat kuat. Berlatar belakang permusuhan politik antara rezim di Ankara dan rezim di Damaskus, Turki mendukung berbagai faksi militan anti-Assad.
Foto: picture alliance/dpa/S. Suna
Tentara Rusia
Pasukan dari Moskow terbukti jadi aliansi kuat Presiden Assad. Pasukan darat Rusia resminya terlibat perang 2015, setelah bertahun-tahun menyuplai senjata ke militer Suriah. Komunitas internasional mengritik Moskow akibat banyaknya korban sipil dalam serangan udara yang didukung jet tempur Rusia.
Sebuah koalisi pimpinan Amerika Serikat yang terdiri lebih dari 50 negara, termasuk Jerman, mulai menargetkan Isis dan target teroris lainnya dengan serangan udara pada akhir 2014. Koalisi anti-Isis telah membuat kemunduran besar bagi kelompok militan. AS memiliki lebih dari seribu pasukan khusus di Suriah yang mendukung Pasukan Demokrat Suriah.
Foto: picture-alliance/AP Images/US Navy/F. Williams
Pemberontak Free Syrian Army
Kelompok Free Syrian Army mengklaim diri sebagai sayap moderat, yang muncul dari aksi protes menentang rezim Assad 2011. Bersama milisi nonjihadis, kelompok pemberontak ini terus berusaha menumbangkan Presiden Assad dan meminta pemilu demokratis. Kelompok ini didukung Amerika dan Turki. Tapi kekuatan FSA melemah, akibat sejumlah milisi pendukungnya memilih bergabung dengan grup teroris.
Foto: Reuters
Pemberontak Kurdi
Perang Suriah sejatinya konflik yang amat rumit. Dalam perang besar ada perang kecil. Misalnya antara pemberontak Kurdi Suriah melawan ISIS di utara dan barat Suriah. Atau juga antara etnis Kurdi di Turki melawan pemerintah di Ankara. Etnis Kurdi di Turki, Suriah dan Irak sejak lama menghendaki berdirinya negara berdaulat Kurdi.
Foto: picture-alliance/AA/A. Deeb
Islamic State ISIS
Kelompok teroris Islamic State (Isis) yang memanfaatkan kekacauan di Suriah dan vakum kekuasaan di Irak, pada tahun 2014 berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak. Wajah baru teror ini berusaha mendirikan kekalifahan, dan namanya tercoreng akibat genosida, pembunuhan sandera serta penyiksaan brutal.
Foto: picture-alliance/dpa
Afiliasi Al Qaeda
Milisi teroris Front al-Nusra yang berafiliasi ke Al Qaeda merupakan kelompok jihadis kawakan di Suriah. Kelompok ini tidak hanya memerangi rezim Assad tapi juga terlibat perang dengan pemberontak yang disebut moderat. Setelah merger dengan sejumlah grup milisi lainnya, Januari 2017 namanya diubah jadi Tahrir al-Sham.
Foto: picture-alliance/AP Photo/Nusra Front on Twitter
Pasukan Iran
Iran terlibat pusaran konflik dengan mendukung rezim Assad. Konflik ini juga jadi perang proxy antara Iran dan Rusia di satu sisi, melawan Turki dan AS di sisi lainnya. Teheran berusaha menjaga perimbangan kekuatan di kawasan, dan mendukung Damaskus dengan asistensi startegis, pelatihan militer dan bahkan mengirim pasukan darat.
Foto: Atta Kenare/AFP/Getty Images
10 foto1 | 10
Upaya perdamaian Suriah
Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menyerukan negosiasi perdamaian yang abadi dan mengharapkan kondisi yang lebih baik di masa depan.
"Suriah layak mendapatkan lebih dari sekadar rasa syukur, mereka membutuhkan dukungan penuh kami dan tentu saja pendanaan yang tepat sangat penting," katanya. "Hari ini (30/03) Jerman membuat janji terbesarnya dalam empat tahun terakhir yakni (bantuan) € 1,738 miliar (Rp 29,6 triliun)."
"Tragedi Suriah tidak boleh berlanjut hingga 10 tahun lagi. [Untuk] mengakhirinya dimulai dengan memulihkan harapan dan itu dimulai dengan komitmen kita - di sini, hari ini."
Organisasi kemanusiaan memperingatkan bahwa situasi lapangan di Suriah semakin memburuk dan mendesak perubahan strategi dalam hal bantuan. UE sejauh ini menolak mendistribusikan bantuan di daerah yang dikendalikan oleh pemerintah Presiden Bashar Assad.
Iklan
Organisasi bantuan ingin mengubah strategi pendekatan
Namun, badan amal Katolik Jerman, Caritas, meminta agar bantuan tersebut juga memasukkan proyek-proyek rekonstruksi di daerah yang dikendalikan oleh pemerintah. Presiden Caritas Peter Neher menggambarkan situasi kemanusiaan di negara itu sebagai "bencana".
Dia mengatakan fokus sebelumnya pada bantuan darurat harus ditinggalkan. "Kami harus mengizinkan tindakan rekonstruksi, bahkan di daerah yang dikendalikan rezim," kata Neher kepada kantor berita DPA.
Neher mengatakan penting untuk membangun kembali infrastruktur yang hancur, lantaran sekitar 2,5 juta anak putus sekolah. "Kami ingin membangun kembali taman kanak-kanak, sekolah, dan fasilitas kesehatan."
Di sisi lain, angka kemiskinan yang meningkat di Suriah, membuat anggota partai kiri parlemen Eropa Özlem Alev Demirel mengatakan bahwa Brussel harus memikirkan kembali "strategi pendekatan".
"Masyarakat sekarang dalam situasi tidak memiliki makanan, mereka tidak memiliki rumah sakit, mereka tidak memiliki sekolah, mereka tidak memiliki perspektif untuk hidup mereka,” kata Demirel.
"Jika UE benar-benar ingin melakukan sesuatu untuk menentang perang ini dan ingin melakukan sesuatu untuk rakyat di Suriah, UE harus membantu merekonstruksi negara dan benar-benar membantu rakyat untuk mendapatkan perspektif di negara mereka."
Angka PBB menunjukkan bahwa sekitar 12,4 juta orang - hampir 60% dari populasi - menderita kelaparan. Jumlah orang yang tidak dapat bertahan hidup tanpa bantuan makanan meningkat dua kali lipat dalam setahun.