Warga Idlib Galang Perlawanan Terhadap Rezim Teroris
Diana Hodali
24 Mei 2024
Kelompok teror asal Suriah Hay'at Tahrir al-Sham ingin mendirikan kekhalifahan Islam di Kota Idlib. Namun persekusi dan brutalitas aparat justru memancing amarah warga, yang kini mulai menggalang perlawanan.
Iklan
Sudah sejak berbulan-bulan, warga Idlib di barat daya Suriah menggalang aksi protes terhadap rezim kelompok teror Hay'at Tahrir al-Sham, HTS. Pekan lalu, amarah kembali bergolak di jalanan. Kali ini pemicunya adalah kematian seorang narapidana di dalam penjara, yang diduga disebabkan penyiksaan oleh aparat.
Pihak keluarga mengaku sudah sejak lama berusaha mencari tahu tentang nasib korban. "Ketika kami mendapat kabar pada Februari lalu bahwa dia disiksa sampai mati, kami harus turun ke jalan. Kami tidak bisa diam saja," kata Hamed T, seorang aktivis lokal yang enggan menyebutkan nama aslinya.
Baginya, situasi di Idlib sudah tidak tertahankan. Menurut organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah, SOHR, setidaknya 13 warga sipil dan militer sudah menjalani eksekusi di tangan algojo. Vonis mati terhadap oposisi merupakan salah satu metode yang acap digunakan rezim Bashar al-Assad.
Hamed sejatinya berasal dari kota lain di Suriah. Di barat daya dia telah menetap sejak bertahun silam, sebagaimana banyak pengungsi lain yang mencari perlindungan di Idlib, setelah dua atau tiga kali terusir dari wilayah lain.
Pemilu di Suriah Tandai 50 Tahun Kekuasaan Dinasti Assad
Pemilu di Suriah akan berlangsung pada 26 Mei 2021 dan akan menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di negara yang terpecah dan hancur oleh peperangan.
Foto: Jalaa Marey/AFP
Hafez al-Assad, orang kuat Suriah selama puluhan tahun
Hafez al-Assad naik ke tampuk kekuasaan tahun 1970 setelah melancarkan kudeta. Dia membangun Suriah dengan tangan besi melalui partai hegemoni Ba'ath, dan meletakkan fundamen kekuasaan dinastinya. Hafez al-Assad meninggal 10 Juni 2000. Sebulan kemudian, anak lelakinya Bashar terpilih sebagai pemimpin baru setelah memenangkan 97 persen suara dalam referendum. Bashar adalah satu-satunya kandidat.
Foto: AP
Pupusnya harapan reformasi
Bashar al-Assad tadinya dipandang sebagai pemimpin muda yang berpandangan modern dan akan menggalang reformasi Suriah. Namun ketika gerakan protes "Musim Semi Arab" mulai melanda Suriah, Bashar mengerahkan pasukan dan menindas secara brutal aksi-aksi protes. Sebagian pasukan Suriah lalu bergabung dengan kalangan oposisi dan pertempuran pecah di banyak tempat.
Foto: Louai Beshara/AFP
Perang tak berkesudahan
Peperangan makin meluas, bahkan mendekat ke ibukota Damaskus. Menghadapi para pemberontak, Bashar al-Assad tidak segan mengerahkan segala kekuatan militer, termasuk serangan dengan senjata kimia.
Foto: picture-alliance/AA/H. Adnan
Rumah sakit jadi sasaran
Pasukan pemerintah Suriah menyerang rumah sakit untuk mencegah para gerilyawan dirawat. Foto: Rumah Sakit Arbin di kota Ghouta yang hancur setelah jadi sasaran serangan udara, Februari 2018.
Foto: Diaa Al-Din Samout/AA/picture alliance
Ratusan ribu pengungsi
Ratusan ribu orang melarikan diri dari kota-kota yang jadi sasaran pemboman. Kamp pengungsi di Idlib didirikan setelah kota Idlib hancur diserang pasukan pemerintah Suriah yang mendapat bantuan militer dari Rusia dan Iran.
Foto: picture-alliance/AA/M. Abdullah
Dukungan militer dari "saudara tua" di Iran
Bashar al-Assad bertemu dengan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Februari 2019. Khamenei menyebut Bashar sebagai "pahlawan dunia Arab". Iran mengirimkan bantuan ke Suriah karena ingin memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah untuk melawan Israel dan negara-negara Arab berhaluan Sunni seperti Arab Saudi. Sama dengan Iran, dinasti Assad berhaluan Syiah.
Foto: Leader.ir
Bantuan dari penguasa di Moskow
Foto Presiden Rusia Vladimir Putin terpampang di Ghouta, setelah kota itu direbut pasukan pemerintah dari tangan pemberontak, dengan bantuan tentara Rusia, Februari 2018. Rusia terutama ingin mengamankan sumber daya alam Suriah dan sudah mendapat persetujuan dan kontrak untuk menambang minyak, gas dan phosphor.
Foto: Reuters/O. Sanadiki
50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah
Tanggal 26 Mei 2021 rezim di Damaskus kembali melangsungkan pemilihan umum dengan kandidat utama Bashar al-Assad, yang akan memasuki masa jabatan yang keempat, sekaligus menandai 50 tahun kekuasaan dinasti Assad di Suriah. (hp/gtp)
Foto: LOUAI BESHARA/AFP
8 foto1 | 8
Kekhalifahan bayangan
Saban hari Jumat, laki-laki dan perempuan di semua usia, dalam jumlah belasan, ratusan, atau terkadang ribuan, menggalang protes di jalan jalan kota, di Idlib, Binnish, Darat Izza, Jisr ash-Shughūr dan Atareb.
Warga dari berbagai profesi dan golongan menentang kekuasaan HTS di barat daya Suriah, guru, polisi hingga ibu rumah tangga.
Menurut lembaga riset keamanan Center for Strategic and International Studies, CSIS, kelompok binaan Abu Mohammed al-Jolani itu berdiri dengan nama Jabhat al-Nusra pada tahun 2011.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Di barat daya Suriah, al-Jolani berhasil membentuk struktur pemerintahan yang efisien dalam tempo singkat, antara lain berkat kucuran duit dari donor di kawasan Teluk Arab.
Pemerintahan HTS secara resmi mengutip pajak, menyita aset-aset berharga dan rajin merekrut pejuang baru dengan misi memerangi rezim Assad dan mengusir gerilayawan sokongan Iran dari Suriah.
Menurut CSIS, hingga tahun 2018 lalu HTS memiliki hingga sekitar 15.000 gerilayawan.
Kelaliman di atas kehancuran
Namun sejak beberapa tahun terakhir, kepemimpinan sang amir menjadi semakin "personal dan diktator," kata Andre Bank, pakar Suriah di Institut Giga di Hamburg, Jerman.
Al-Jolani diwartakan memonopoli pengelolaan ekonomi dan membina aparat keamanan sebagai pengawal pribadi. Kekuasaannya bercorak klientelisme dan sepenuhnya bergantung pada grup-grup lain yang ikut membentuk HTS, yakni Harakah Nouredin al-Zinki, Liwa al-Haq, Jaysh al-Sunna dan Jabhat Ansar al-Din
"Di sini, yang terpenting bukan cuma status militer atau jumlah kekayaan, tetapi juga asal-usul, keluarga dan keanggotaan klan," kata Bank.
"Akibatnya, suplai untuk sekitar 4,5 juta warga yang tadinya sudah sulit kian memburuk secara dramatis," imbuhnya.
Ditambah dengan "kelelahan donor," yang menyurutkan dana donasi dari negara kaya, bantuan untuk warga di barat daya Suriah saat ini semakin terbatas.
Iklan
Susu berbalas tuba
Untuk meredam protes, al-Jolani diyakini menggunakan strategi ganda. Pada Maret lalu, dia menyetujui sejumlah reformasi, termasuk amnesti untuk sejumlah narapidana, pembentukan Direktorat Keamanan Umum, pemilihan umum untuk Majelis Syuro dan dewan penasehat dari berbagai golongan.
Namun begitu, banyak janjinya yang hingga kini belum ditepati, kata pengamat.
Di sisi lain, al-Jolani memerintahkan aparat menindak tegas aksi demonstrasi, dengan pentung dan gas air mata, serta blokade jalanan untuk menghambat arus massa. Gerilaywan HTS dikabarkan semakin rajin berpatroli di wilayah rawan protes dan menahan semakin banyak warga sipil.
Gempa Paling Mematikan di Abad-21
Gempa berkekuatan 7,8 yang mengguncang Turki dan Suriah dan menewaskan lebih dari 15.000 jiwa adalah salah satu dari gempa paling mematikan. Inilah daftar gempa paling mematikan di abad-21 versi USGS.
Foto: AP
Turki dan Suriah
Lebih dari 50.000 orang tewas dan ratusan gedung roboh akibat gempa bumi yang mengguncang Turki dan Suriah pada hari Senin, 6 Februari 2023. Layanan Geologi Amerika Serikat mengatakan, gempa berkekuatan 7,8 SR ini berpusat di utara kota Gaziantep, pusat industri utama di dekat perbatasan dengan Suriah. Gempa dilaporkan terasa hingga ke Kairo, Mesir.
Foto: DHA/AFP
Port au Prince, Haiti
Sedikitnya 320.000 tewas, 300.000 lainya cedera akibat gempa berkekuatan 7,3 pada skala Richter yang mengguncang Haiti 12 Januari 2010, dengan episentrum sekitar 25 km di barat ibu kota Port au Prince. Bencana kemanusiaan di Haiti berlarut akibat sangat buruknya manajemen krisis dari pemerintah serta penjarahan brutal oleh warga yang selamat dan kelaparan.
Foto: AP
Aceh, Indonesia
Sekitar 230.000 orang di 14 negara tewas akibat tsunami dahsyat yang melanda Samudra Hindia, 26 Desember 2004. Tsunami dipicu gempa berkekuatan 9,1 pada skala Richter, yang episentrumnya berada Samudra Hindia, sekitar 85 km di barat laut Banda Aceh. Jakarta mengklaim, korban terbanyak sekitar 165.000 orang berasal dari Indonesia mayoritasnya dari Banda Aceh.
Foto: AFP/Getty Images/Choo Youn Kong
Sichuan, Cina
Hampir 90.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter yang mengguncang Sichuan di Cina, pada 12 Mei 2008. Lebih dari lima juta bangunan runtuh. Korban kebanyakan tewas tertimpa bangunan yang runtuh, karena pembangunannya tidak mematuhi standar keamanan. Lebih dari lima juta warga Sichuan jadi tunawisma karena rumahnya hancur.
Foto: AFP/Getty Images
Kashmir, Pakistan
Lebih 84.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7,6 pada skala Richter yang melanda kawasan Kashmir Pakistan di pegunungan Himalaya, 8 Oktober 2005. Episentrum gempa terletak di sekitar kota Muzaffarabad. Juga dilaporkan 1.300 korban tewas di kawasan Kashmir India, dan puluhan tewas di Afganistan.
Foto: AFP/Getty Images/E. Feferberg
Bam, Iran
Lebih 40.000 orang tewas dan 30.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,6 pada skala Richter yang melanda Provinsi Bam di Iran, pada 26 Desember 2003. Sekitar 70 persen kawasan kota termasuk bangunan bersejarah terbuat dari lempung juga hancur total. Kebanyakan korban tewas akibat tertimbun bangunan yang runtuh.
Foto: AP
Fukushima, Jepang
21.000 tewas dan lebih 4.000 dinyatakan hilang, akibat tsunami yang melanda Fukushima 11 Maret 2011. Pemicunya adalah gempa dahsyat berkekuatan 9.0 pada skala Richter dengan episentrum di kawasan laut di timur Kepulauan Honshu. Bencana gempa dan tsunami juga diikuti bencana atom, akibat meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir Daiichi di Fukushima.
Foto: picture alliance/dpa
Gujarat, India
Lebih dari 20.000 tewas akibat gempa berkekuatan 7,9 pada skala Richter, yang mengguncang negara bagian Gujarat di India, 26 Januari 2001, bertepatan dengan peringatan Republic Day ke-52. Ini gempa dahsyat pertama di abad ke-21 dengan korban tewas cukup banyak.
Foto: SEBASTIAN D'SOUZA/AFP/Getty Images
Kathmandu, Nepal
Dikhawatirkan hingga 10.000 orang tewas akibat gempa berkekuatan 7.9 pada skala Richter dengan episentrum 80 km di barat ibu kota Kathmandu, yang mengguncang Nepal 25 April 2015. Gempa juga memicu longsor salju (avalanche) yang menewaskan 250 warga dan puluhan pendaki gunung di Himalaya. Sejauh ini dikonfirmasi lebih 7.300 tewas, namun banyak warga yang masih dinyatakan hilang.
Foto: Reuters/N. Chitrakar
Yogyakarta, Indonesia
Sekitar 5.800 tewas dan 36.000 cedera akibat gempa berkekuatan 6,3 pada skala Richter yang melanda Yogyakarta, 26 Mei 2006. Episentrum gempa dangkal ini berada di Samudra Hindia, sekitar 22 kilometer di tenggara Yogyakarta. Lebih 1.350 ribu bangunan hancur dan 1,5 juta orang jadi tunawisma.
Foto: AP
10 foto1 | 10
Beberapa hari silam, al-Jolani mengancam "tidak akan membiarkan individu, perkumpulan, partai atau kelompok yang ingin mengganggu ketertiban di daerah yang telah dibebaskan," kata dia, merujuk kepada wilayah kekuasaan HTS.
Perpecahan internal
Bukan hanya pergolakan di jalan, kekuasaan otoriter HTS juga "sedang digoyah dari dalam," kata pakar Suriah Andre Bank. Menurutnya, kisruh internal di tubuh HTS bisa mengarah pada perpecahan.
Ketegangan dipicu keputusan al-Jolani sendiri, untuk menahan sejumlah petinggi HTS dengan dakwaan berkomplot dengan agen asing. Penahanan itu mengundang protes sehingga memaksa al-Jolani membebaskan terpidana.
Andre Bank mengkhawatirkan, berkecamuknya konflik di tubuh HTS bisa membuka peluang bagi kembalinya kelompok "Islamic State" dan Hurras al-Din yang merupakan kelanjutan al-Qaeda.
"Secara jangka pendek, rezim al-Assad tidak diragukan akan diuntungkan," kata dia. "Tapi saat yang sama, penduduk di barat daya Suriah masih mengingat siapa yang paling bertanggungjawab atas kenestapaan yang mereka alami."
Meski acap jadi sasaran perundungan oleh aparat, aksi demonstrasi di Idlib tetap berlangsung. Dibandingkan sebelumnya, aksi kali ini mencakup wilayah yang lebih luas, lebih intensif dan tidak jarang berujung tindak kekerasan, kata Andre Bank.
Menurutnya, aksi demonstrasi di Idlib juga dilakoni simpatisan HTS yang menolak kepemimpinan al-Jolani. Perlawanan warga membuktikan "bahwa gerakan madani di Suriah masih sangat hidup," meski 13 tahun perang saudara.
Salah satunya adalah Hamed T. yang sejak Musim Semi Arab sudah menggalang perlawanan sipil. Meski ancaman merajalela, dia berjanji "akan terus turun ke jalan dan berdemonstrasi demi hak-hak kami."