Suu Kyi Siap Kembali ke Kancah Politik
29 Maret 2012Peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi (66), diperkirakan akan memenangkan kursi di parlemen Myanmar yang didominasi oleh militer dan sekutu politiknya dalam pemilu sela yang akan digelar Minggu (1/4) mendatang. Kemenangan bagi Suu Kyi akan menegaskan transformasi luar biasa simbol gerakan pro demokrasi ini.
Partai Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) akan memperebutkan 44 kursi yang kosong, yang ditinggalkan anggota parlemen yang diangkat pada jabatan lain di pemerintahan. Partai ini bersaing dengan partai solidaritas dan pembangunan yang didukung militer dan partai oposisi lainnya.
Suu Kyi bisa pengaruhi proses legislatif
Memang jumlah kursi yang mungkin dimenangkan tidak cukup untuk mengancam mayoritas partai yang berkuasa dalam parlemen. Namun, Suu Kyi punya kesempatan untuk mempengaruhi proses legislatif untuk pertama kalinya.
Renaud Egretau, pakar Myanmar dari Universitas Hong Kong, mengatakan: "Transformasi Suu Kyi dalam beberapa bulan terakhir luar biasa. Ia menjadi pusat perhatian dan memanfaatkannya dengan berkampanye dan melakukan pertemuan tanpa henti." Akibatnya, kesehatan Suu Kyi yang menjadi korban. Ia telah menyatakan membatalkan kampanye pekan ini, karena jatuh sakit dan bahkan harus diinfus karena kekurangan cairan.
Ribuan pendukungnya selalu datang jika ia berkampanye. Mereka menaruh harapan besar pada Suu Kyi yang diaanggap mampu mengadakan perubahan di negara miskin tersebut. Ini bukan tugas yang mudah bagi Myanmar yang bertahun-tahun mengalami represi dan terisolasi.
Usaha reformasi rezim
Setelah hampir setengah abad dikuasai junta militer, Maret tahun lalu kekuasaan dialihkan pada pemerintahan baru yang dipimpin Presiden Thein Sein, seorang mantan jenderal. Kemenangannya dinodai tuduhan manipulasi hasil pemilu dan pelarangan keikutsertaan Suu Kyi. Namun, kemudian rezim yang menyatakan akan mendorongn reformasi ini, membebaskan ratusan tahanan politik dan mengadakan dialog dengan Suu Kyi.
Jelang pemilu hari Minggu (1/4), partai Liga Nasional untuk Demokrasi memprotes berbagai kecurangan. Seperti munculnya nama-nama orang yang sudah meninggal dalam daftar pemilih. Dalam pidatonya baru-baru ini, Thein Sein mengakui ada kesalahan yang "tidak perlu" dalam daftar pemilih. Pihak berwenang akan mencoba memastikan pemilu akan berjalan secara bebas dan adil.
Pemilu terbuka bagi pengamat dan jurnalis asing
Tidak seperti tahun 2010, pemerintah Myanmar mengundang pengamat asing dan jurnalis untuk menjadi saksi pemilu yang dianggap sebagai ujian besar dalam usaha mereformasi kredibilitas negara itu. Tahun ini, Uni Eropa, Amerika Serikat, dan negara barat lainnya mulai mengurangi sanksi bagi Myanmar setelah adanya gerakan positif dalam reformasi politik.
Pemilu yang sukses bisa menambah poin Myanmar di mata negara barat. Namun, masih ada kekhawatiran terkait tahanan politik yang jumlahnya masih banyak dan tuduhan pelanggaran HAM oleh militer, khususnya di zona konflik antar etnis. Para pengamat yakin, rezim ingin agar Suu Kyi mendapat kursi dalam parlemen, untuk menegaskan bahwa reformasi Myanmar telah benar-benar terwujud.
Vidi Legowo-Zipperer (afp)
Editor : Agus Setiawan