1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikSwedia

Swedia-Denmark: Pembakaran Al Quran vs Kebebasan Berekspresi

Lucy Schulten
4 Agustus 2023

Reaksi kemarahan atas pembakaran Al Quran di Swedia dan Denmark terjadi di lingkungan yang kompleks. Inilah jawaban atas pertanyaan paling penting tentang topik tersebut.

Aksi protes di Pakistan terhadap pembakaran Al Quran di Swedia
Aksi protes di Pakistan terhadap pembakaran Al Quran di SwediaFoto: Anjum Naveed/AP/picture alliance

Pembakaran Al Quran dalam beberapa pekan terakhir semakin menjadi masalah bagi Denmark dan Swedia. Ada beberapa tindakan di kedua negara di mana Al Quran dirusak atau dibakar. Baru pada hari Senin dua aktivis Irak dikatakan telah melecehkan Al Quran di Swedia. Peristiwa tersebut menyebabkan ketegangan yang signifikan antara dua negara Eropa utara itu dengan negara-negara Muslim. Tapi hal tu juga menimbulkan masalah politik domestik bagi negara-negara tersebut. Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson mengatakan di Instagram pada hari Minggu, Swedia berada dalam "situasi keamanan paling tegang" sejak Perang Dunia II.

Apa yang menyebabkan pembakaran Al Quran?

Mengapa Alquran dibakar sekarang adalah pertanyaan yang sulit dijawab, kata Tobias Etzold, seorang peneliti di Institut Hubungan Internasional Norwegia. Di negara-negara ini memang ada "tradisi tertentu" untuk mengekspresikan diri secara kritis atau, seperti yang terjadi sekarang, menghina agama lain, khususnya Islam. Tindakan seperti itu sudah terjadi tahun lalu, saat itu oleh ekstremis dan populis ultra kanan.

Swedia ingin bergabung dengan NATO dan sudah mendapat lampu hijau dari Turki pada bulan Juli lalu. Turki mengaitkan persetujuannya terutama dengan tindakan keras terhadap Partai Pekerja Kurdistan, PKK, di Swedia. Turki juga mengecam pembakaran Al Quran. Persetujuan dari parlemen Turki masih belum ada. Ilmuwan politik Etzold percaya bahwa pembakaran Al Quran dan penundaan keputusan akhir di Turki bukanlah kebetulan belaka. Situasinya mungkin meruncing, dengan satu tindakan mengikuti tindakan berikutnya.

Presiden Turki Erdogan (kiri) bersalaman dengan PM Swedia Ulf Kristersson, disaksikan Sekretaris Jenderal NATO, Jens StoltenbergFoto: Henrik Montgomery/ASSOCIATED PRESS/picture alliance

Mengapa di Swedia dan Denmark?

"Kedua negara memiliki konsep kebebasan berekspresi yang sangat komprehensif dan berjangkauan luas," jelas Etzold. Itu sebabnya tindakan seperti ini selalu terjadi. Negara-negara lain lebih membatasi: Tindakan semacam itu dapat dihukum sebagai hasutan untuk kebencian. Konstitusi Swedia sebaliknya secara tegas menyatakan bahwa kebebasan berekspresi juga berarti bahwa kritik terhadap agama diperbolehkan. Selain itu, belum pernah ada putusan penting pengadilan di Swedia yang mengklasifikasikan pembakaran Al Quran atau kitab suci lainnya sebagai penghasutan kebencian.

Di Denmark, pada awal tahun 2005 terjadi skandal kartun Nabi Muhammad yang diterbitkan di surat kabar "Jyllands-Posten" dan memicu protes diiringi kekerasan oleh umat Islam di seluruh dunia pada awal 2006.

"Orang Swedia dan Denmark - baik dalam masyarakat maupun dalam politik - sangat menuntut kebebasan berekspresi yang komprehensif ini dan merasa sangat sulit untuk membatasinya dengan cara apa pun," jelas Etzold.

Apa dampak pembakaran Al Quran?

Peristiwa di Swedia dan Denmark telah menyebabkan protes keras dan gangguan diplomatik dengan negara-negara mayoritas Muslim. Kerusuhan pecah khususnya di Irak. Pada pertengahan Juli, negara itu mengusir duta besar Swedia. Para pengunjuk rasa sebelumnya memasuki gedung kedutaan Swedia dan membakarnya. Iran juga mengumumkan pada pertengahan Juli bahwa mereka tidak akan mengizinkan duta besar Swedia yang baru masuk ke negara itu, setelah masa jabatan duta besar sebelumnya berakhir. Ada juga aksi protes di Iran. Arab Saudi dikabarkan ingin menyerahkan nota protes ke Swedia dan sudah memanggil duta besarnya. Aljazair juga sudah memanggil duta besar Denmark dan Swedia bulan lalu. Turki juga dilaporkan telah meminta kedua negara untuk mengambil tindakan terhadap pembakaran Al Quran.

"Namun insiden tersebut juga memiliki konsekuensi politik dalam negeri. Karena takut ada serangan balasan, tingkat peringatan teror ditetapkan menjadi tingkat tiga dari seluruhnya lima tingkat di Swedia dan ke tingkat empat dari lima tingkat di Denmark," kata Etzold.

Anggota kelompok "Patriot Denmark" menggelar aksi protes di depan Kedutaan Besar Irak di Kopenhagen.Foto: Thomas Sjoerup/Ritzau Scanpix via REUTERS

Tindakan apa yang diambil Denmark dan Swedia?

Pemerintahan di kedua negara mengecam pembakaran Al Quran, namun juga menunjuk pada kebebasan berekspresi, oleh karena itu izin harus tetap diberikan. Lebih lanjut Swedia secara khusus telah menunjukkan bahwa tindakan tersebut berasal dari individu, dan bukan dari negara. Fokusnya adalah pada Salwan Momika yang berkewarganegaraan Irak dan tindakannya.

Kedua negara saat ini sedang mempertimbangkan langkah-langkah untuk melarang pertemuan dengan dibarengi pembakaran Al Quran. Menteri Luar Negeri Denmark Lars Lokke Rasmussen mengatakan pada hari Minggu, pemerintah Denmark sedang mencari "instrumen hukum" untuk menghentikan tindakan seperti itu di depan gedung kedutaan.

Di Swedia saat ini sedang dikaji apakah polisi dapat diberi wewenang lebih, untuk mencegah pembakaran Al Quran dan menggeledah orang. Pengawasan di dalam negeri dan di perbatasan juga akan diperkuat. Namun Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson kepada pers pada Selasa menegaskan, mereka tidak ingin menyimpang dari prinsip dasar kebebasan berekspresi. Ilmuwan politik Etzold memperhitungkan akan ada "perlawanan yang cukup besar", terutama dari kubu populis ultra kanan, yang saat ini mendukung pemerintah Swedia. (hp/as)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait