1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Swedia dan Finlandia Perkuat NATO Menghadapi Putin

Bernd Riegert
1 Juli 2022

Bergabungnya Swedia dan Finlandia akan memperkuat sayap timur NATO, apalagi kedua negara membawa militer yang kuat. Ini langkah tepat mengahadapi Vladimir Putin. Opini editor DW Bernd Riegert.

Pasukan Swedia sedang berpatroli, Januari 2022Foto: Karl Melander/TT/picture alliance

Presiden Rusia Vladimir Putin salah perhitungan. Dia akhirnya tidak berhadapan dengan NATO yang makin lemah, seperti keinginannya pada awal tahun ini, melainkan berhadapan dengan aliansi yang lebih besar lagi.

Swedia dan Finlandia kelihatannya akan resmi bergabung dengan NATO dengan sangat cepat. Di luar itu, pintu NATO akan tetap terbuka, juga bagi Ukraina dan Georgia, serta negara-negara Eropa lainnya. Serangan mematikan Putin ke Ukraina telah menyatukan NATO lebih erat lagi. Tidaklah berlebihan menggambarkan KTT NATO di Madrid sebagai peristiwa bersejarah.

Aliansi ini tidak hanya akan menjadi lebih besar, tetapi juga mengadopsi strategi baru yang melihat Rusia sebagai ancaman terbesar, dan tidak lagi sebagai mitra seperti dalam konsep strategi sebelumnya.

Putin telah "memaksa" Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada kembali fokus pada strategi pertahanan teritorial di sepanjang perbatasan timurnya. Situasi ini memiliki konsekuensi yang luas bagi konsep pertahanan dan penguatan pasukan di Eropa: lebih banyak anggaran, lebih banyak personel, lebih banyak senjata.

Mendadak saja perang imperialistik kembali ke dalam wacana Eropa. NATO kini akan menyiagakan sampai 300.000 tentara dan ini hanyalah langkah permulaan. Penempatan pasukan secara permanen di perbatasan timur, termasuk pasukan militer Jerman Bundeswehr, akan diperlukan jika Putin melanjutkan pengerahan militer ke luar batas negaranya.

Tentara Finlandia dalam latihan militer dengan pasukan NATO di Swedia, Maret 2019Foto: Naina Helen Jama/TT News Agency/AFP/Getty Images

Memblokir Swedia dan Finlandia tidak masuk akal

Turki akhirnya mencabut pemblokiran yang sia-sia terhadap Swedia dan Finlandia tepat sebelum pembukaan KTT NATO. Menolak permohonan kedua negara utara itu akan mengirim sinyal yang salah dan melemahkan persatuan NATO, dan menjadi hadiah yang sempurna untuk Putin.

NATO yang sedang menghadapi krisis paling serius sejak pendiriannya akhirnya mencapai kesepakatan. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendapatkan jaminan kebijakan kontraterorisme yang lebih ketat dan akses yang lebih baik untuk membeli jet tempur Amerika Serikat. Apalagi dia akan maju dalam pemilu berikutnya dan perlu keberhasilan yang bisa dipamerkan di dalam negeri.

Swedia dan Finlandia berjanji akan mengkaji kemungkinan ekstradisi tersangka teroris Kurdi seperti yang dituntut Turki, tetapi menegaskan bahwa semua prosedur hukum di kedua negara juga harus terpenuhi. Ekstradisi memang bukan keputusan dari pemerintahan kedua negara, melainkan dari pengadilan mereka yang independen. Apakah itu akan terjadi, tergantung juga pada Turki yang harus memastikan prosedur hukum yang demokratis.

Tambahan kekuatan yang berharga

NATO sendiri akan memiliki 1.300 kilometer tambahan perbatasan timur, karena Finlandia berbatasan langsung dengan Rusia. Selain itu, NATO akan diperkuat oleh militer Swedia dan Finlandia yang terlatih baik dan memiliki persenjataan modern. Tentara Finlandia dan Swedia akan menjadi tambahan yang berharga bagi NATO dan bagi keamanan negara-negara Baltik.

Keberhasilan strategi baru NATO akan sangat bergantung pada sekutu terbesar dan terpentingnya, Amerika Serikat. Pemerintahan Joe Biden berkomitmen kuat pada aliansi. Namun, jika kubu Republik atau bahkan Donald Trump mampu memenangkan pemilihan presiden 2024, NATO bisa jatuh lagi ke dalam krisis besar.

Untuk saat ini, NATO adalah aliansi yang kuat dan aktif, jauh berbeda dari situasi tahun 2019, ketika Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut aliansi itu dalam keadaan "mati suri".

(hp/ha)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait