Swiss Bantah Kaburnya Ratusan Turis Inggris dari Karantina
5 Januari 2021
Laporan tentang ratusan turis Inggris yang kabur dari karantina di Swiss di tengah kekhawatiran akan varian baru virus corona, menjadi berita utama di seluruh dunia. Sekarang keraguan atas laporan tersebut muncul.
Iklan
Keraguan muncul, apakah ratusan turis Inggris yang berlibur di resor ski Verbier, Swiss, memang tidak mematuhi perintah karantina? Berita ini beredar luas di media global pada akhir Desember silam.
Seorang pejabat pariwisata di kota Bagnes, Canton Valais, sekarang menyangkal peristiwa itu, mengatakan bahwa hanya ada belasan turis yang mungkin meninggalkan kota - dan bahwa mereka tidak tahu kepada siapa perintah karantina ditujukan.
Di seluruh dunia, warga Inggris diperintahkan segera menjalani karantina ketika negara-negara berjuang untuk mencegah penyebaran varian baru virus corona.
Sebelumnya, laporan media lokal mengatakan operator hotel di Verbier mengumumkan peringatan ketika tamu Inggris check-out di tengah malam dan makanan yang ditinggalkan di depan kamar mereka ditemukan tidak tersentuh di pagi harinya.
Muncul keraguan atas jumlah turis yang disebut melarikan diri
Direktur pariwisata Verbier, Simon Wiget, mengatakan kepada kantor berita dpa Jerman pada hari Senin (04/01) bahwa dia tidak percaya ratusan wisatawan asal Inggris telah melarikan diri. Hal ini bertentangan dengan angka sebelumnya yang diberikan oleh operator resor ski di sana. Dia menambahkan bahwa pihak berwenang tidak pernah memiliki angka resmi tentang jumlah warga Inggris di wilayah tersebut yang diberlakukan perintah karantina.
Iklan
Swiss menghentikan penerbangan dari Inggris pada 20 Desember dan orang Inggris diminta untuk menjalani karantina selama 10 hari, yang berarti bahwa menjelang Natal menjadi puncak masa isolasi.
Wiget mengatakan dia tidak percaya bahwa 200 dari 370 turis asal Inggris yang mendapat perintah karantina telah melarikan diri; angka yang diberikan oleh juru bicara kota Bagnes, Jean-Marc Sandoz pada saat itu, yang mengutip pelaku bisnis perhotelan dan operator tur. Namun, masa jabatannya sebagai juru bicara kota telah berakhir pada 31 Desember, dan sejak itu dia menolak berkomentar.
Peristiwa dan Acara yang Batal Digelar Tahun 2020
Dari pertandingan olahraga, festival musik hingga acara tradisional, acara-acara besar bertumbangan di tahun pandemi 2020. Berikut sebagian kecil peristiwa-peristiwa yang tidak terjadi pada 2020.
Akibat wabah corona, pihak penyelenggara memutuskan tidak menggelar Olimpiade Tokyo yang sedianya dimulai pada 24 Juli 2020. Olimpiade disepakati akan tetap berlangsung di Jepang, tapi ditunda hingga 23 Juli 2021 - pertama kalinya olimpiade akan diadakan di tahun berangka ganjil. Selain olimpiade, sejumlah acara olahraga seperti Wimbledon, London Marathon dan Euro 2020 juga tidak terjadi.
Foto: Kyodo News/imago images
Festival Musik Glastonbury, Inggris
Festival musik Glastonbury merancang perayaan mewah untuk ulang tahun ke-50 pada bulan Juni 2020. Sekitar 135.000 tiket terjual dalam satu jam. Penyanyi papan atas seperti Kendrick Lamar, Taylor Swift dan Paul McCartney rencananya akan hadir. Tapi yang terjadi, pengunjung festival harus puas menonton video online Glastonbury tahun lalu. Gambar di atas diambil dari Festival Glastonbury 2019.
Foto: Getty Images/L. Neal
Keberangkatan Haji dari Indonesia
Awal Juni, Menteri Agama sat itu Fachrul Razi memastikan batalnya penyelenggaraan ibadah haji tahun 2020. Salah satu alasannya karena tidak ada kepastian dari Arab Saudi, sehingga pemerintah Indonesia tidak punya cukup waktu melakukan persiapan pelayanan dan perlindungan jemaah. Namun, Fachrul memastikan jemaah yang sudah membayar lunas ibadah haji tahun ini, otomatis akan jadi jemaah haji 2021.
Foto: picture-alliance/AP/A. Nabil
Festival Film Cannes, Prancis
Festival ini awalnya dijadwalkan pada 12 - 23 Mei, tetapi karena pandemi, semua rencana dibatalkan. Sebelum dibatalkan, panitia sempat berpikir untuk menunda festival ini hingga awal musim panas, tetapi mengadakan acara besar dengan aman masih dianggap mustahil. Di gambar, tampak Direktur dan Presiden Festival Film Cannes Thierry Fremaux (kiri) dan Pierre Lescue (kanan).
Foto: picture-alliance/AP Photo/S. Arnal
Wacken Open Air, Jerman
Para penggemar aliran heavy metal menyebutnya "holy land" (tanah kudus). Tempat "berziarah" dunia musik heavy metal ini terletak di desa Wacken yang berpenduduk 2.000 orang, di negara bagian Schleswig Holstein. Karena letaknya tidak jauh dari panti jompo, para lansia juga sering mencari hiburan dengan mengunjungi festival ini. Dari Jerman, Oktoberfest tahun ini juga tidak berlangsung.
Hannover Messe, Jerman
Hannover Messe, pameran teknologi industri terbesar di dunia, memilih Indonesia sebagai negara mitra 2020. Pameran tahunan yang sedianya diadakan 20-24 April 2020 di Hannover ini rencananya jadi ajang promosi besar-besaran bagi sekitar 150 perusahaan Indonesia. Namun di akhir Maret, panitia mengumumkan pembatalan - pertama kalinya dalam 73 tahun sejarah Hannover Messe.
Foto: picture-alliance/dpa/H.-C. Dittrich
Festival Pamplona di Spanyol
Festival lari bersama banteng yang paling terkenal di Pamplona, Spanyol, juga terkena imbas. Saat itu Spanyol telah mencatat lebih dari 21.000 kematian akibat virus corona, lebih dari 200.000 kasus infeksi dikonfirmasi. Pariwisata adalah salah satu sumber pemasukan Spanyol. Tahun 2019, lebih dari 83 juta orang mengunjungi Spanyol dan sumbang hampir 12% dari PDB negara itu. ae/hp (berbagai sumber)
Foto: Reuters/S.Vera
7 foto1 | 7
Kebingungan dan saling tuduh
Tidak jelas berapa banyak warga Inggris yang masih berada di Verbier, berapa banyak dari mereka berada di sana pada saat varian baru virus corona diidentifikasi, berapa banyak yang mendapat perintah karantina tersebut, dan apakah mereka mematuhinya atau tidak.
Wiget mengatakan bahwa dia tidak tahu bagaimana kekeliruan komunikasi tentang puluhan orang Inggris yang melarikan diri itu terjadi, tetapi ia menekankan bahwa pada akhirnya tanggung jawab berada pada otoritas lokal dan regional bukan operator pariwisata.
"Saya tidak memiliki informasi apa pun tentang apakah orang-orang dari Inggris tidak menghormati persyaratan karantina atau pergi secara ilegal," kata Wiget kepada dpa, menambahkan bahwa "beberapa orang menghormati peraturan dan yang lainnya tidak - tetapi tidak berarti semua dari kelompok (wisatawan) tersebut adalah pelanggar hukum. "