Tahun 2015 diramalkan akan jadi tahun yang tidak membosankan, seru dan penuh kejutan. Dampak krisis ekonomi di negara adidaya dan turunnya harga minyak akan berpengaruh ke seluruh dunia.
Iklan
Para pengamat dan analis politik, ekonomi, demokrasi dan sosial budaya di awal pekan tahun 2015 meramalkan taghun ini akan makin seru dibanding 2014. Walau tidak kehilangan optimisme, namun realita ancaman resesi di Eropa dan Jepang, jatuhnya harga minyak mentah serta makin banyaknya titik ledak konflik bersenjata ditanggapi dengan prihatin. Sejumlah harian internasional menyoroti perspektif tahun 2015.
Harian liberal kiri Inggris Independent yang terbit di London menulis komentar : Tahun 2015 tidak akan membosankan. Dimulai dari Eropa yang terancam resesi ekonomi. Pemicunya masih lemahnya ekonomi Yunani dan krisis politik yang melanda negara itu. Ditambah lagi lokomotif ekonomi Eropa, Jerman dan Perancis yang kehilangan derap konjunktur. Di Asia, Jepang terjebak stagnasi ekonomi dan Cina menunjukkan penurunan pertumbuhan siginifikan. Sementara dampak anjloknya harga minyak mentah, akan melemahkan rezim yang tergantung ekspor minyak, dari Venezuela hingga Rusia. Hal itu akan memicu kerusuhan di berbagai negara. Tapi, kita tidak bisa meramalkan, di mana lagi konflik akan meledak.
Harian Inggris lainnya yang berhaluan konservatif, Sunday Times berkomentar : ketidak pastian akan mewarnai tahun 2015. Mingguan yang terbit di London itu mengeluarkan prognosa terkait titik ledak konflik internasional. Islamic State dengan segala kebrutalannya akan tetap mewarnai konflik di tahun 2015. ISIS di Irak mungkin bisa diatasi, tapi di Suriah yang kacau, milisi teror ini akan tetap merajalela. Brutalitas Taliban di Pakistan atau Boko Haram di Nigeria juga akan tetap menjadi masalah internasional. Di Eropa, konflik Ukraina akan memaksi menarik garis perbetasan baru dengan Krimea dan Ukraina Timur. Politik petualangan yang dijalankan Vladimir Putin akan merugikan rakyatnya. Tapi beruang Rusia yang terluka, ibaratnya akan berpotensi jadi binatang buas yang berbahaya.
Juga harian Perancis Le Monde menyoroti terus melemahnya konjunktur ekonomi global. Harian yang terbit di Paris ini dalam komentarnya menulis: Prioritas kerja Eropa tahun 2015 semestinya upaya mencegah deflasi dan stagnasi ekonomi. Selain itu, Eropa harus menetapkan politik imigrasi yang lebih serius. Imigrasi mengubah struktur kemasyaratan dan mempertajam bahaya populisme dan rasisme, dan karena itu harus diatur secara tegas. Juga jangan dilupakan, kita semua berharap KTT iklim tahun ini di Paris akan sukses menelurkan aturan perlindungan iklim yang efektif dan mengikat.
Sedangkan harian Perancis lainnya Dernières Nouvelles d'Alsace - DNA yang terbit di Strassburg mengajak semua orang untuk optimistis memasuki 2015. Dalam komentarnya harian ini menulis : Tahun 2015 akan meneruskan tendensi dari 2014. Harus diakui trennya tidak optimistis. Penganggiran di Eropa masih tetap tinggi. Perang di Timur Tengah juga akan berlanjut. Akan tetapi masih ada secercah harapan buat optimisme. Peneliti kedokteran membuat kemajuan signifikan dalam memerangi wabah Ebola dan Malaria. Philae sukses mendarat di komet sejarak 510 juta kilometer dari bumi. Dan di bidang politik, Amerika dan Kuba mulai mengirim sinyal perujukan.
as/rzn(dpa/afp)
Kaleidoskop Asia 2014
2014 kembali menunjukkan bahwa Asia semakin penting dari segi ekonomi dan politik. Namun di lain pihak, ketegangan juga terus meningkat.
Foto: imago/HBLnetwork
Pemimpin Korea Utara Dikecam
Bulan February, PBB melaporkan dengan jelas situasi kemanusiaan di Korea Utara. Pemerintahan Kim Jong Un dituduh bertanggungjawab atas pelecehan HAM secara sistematis yang semakin meningkat. Para penulis studi menyerukan agar pemimpin Korea Utara diajukan ke Mahkamah Kriminal Internasional akibat kejahatan terhadap kemanusiaan.
Foto: Reuters/KCNA
MH370 Lenyap Misterius
Pesawat Malaysia Arlines nomor penerbangan MH370 dari Kuala Lumpur ke Beijing hilang dari Radar 8 Maret. Sampai sekarang peristiwa ini masih jadi misteri. Tidak ada yang tahu, baik penyebab menghilangnya pesawat, maupun lokasi jatuhnya pesawat. Pencarian yang dilakukan berminggu-minggu dengan biaya besar tidak mendatangkan hasil. 239 orang penumpangnya diduga tewas.
Foto: Reuters
Cina Provokasi Tetangganya
Bulan Mei, perusahaan Cina CNOOC pasang anjungan pengeboran minyak di wilayah yang dipertikaikan di Laut Cina Selatan. Langkah itu diikuti bentrokan antara kapal Cina dan Vietnam. Kedua negara saling tuduh memicu eskalasi situasi. Beijing mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan, dan tidak mengindahkan tuntutan Vietnam, Filipina, Taiwan, Malaysia, dan Brunei.
Foto: Reuters/Ministry of Foreign Affairs
Kudeta Militer di Thailand
Setelah protes anti pemerintah berbulan-bulan di Thailand, 22 Mei militer melakukan penggulingan kekuasaan. Ini penggulingan kekuasaan yang ke dua di Thailand sejak 2000. Sejak Mei, militer mulai membentuk peta politik sesuai keinginan mereka. Kebebasan pers dikekang dan pemilu ditunda untuk waktu tak terbatas.
Foto: Reuters
Kecelakaan Feri di Korea Selatan
Feri Sewol karam saat melayari rute dari Incheon ke pulau Jeju. 302 penumpang tewas, sebagian besar murid sekolah yang sedang dalam perjalanan studi. Pemilik feri dan kru dituduh melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan kematian. Bulan November, kapten feri dijatuhi hukuman 36 tahun penjara.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Transisi Pemerintahan di Afghanistan
Tanggal 5 April, rakyat Afghanistan memilih presiden baru. Bulan Juni, diadakan pemilihan penentuan antara kandidat Ashraf Ghani dan Abdullah Abdullah. Pemilu berkembang jadi adu kekuatan. Keputusan baru tercapai 21 September, ketika Ghani ditentukan jadi presiden, dan Abdullah menduduki pos yang baru dibentuk, sebagai Kepala Eksekutif (chief executive officer?).
Foto: AFP/Getty Images
Modi Menang Pemilu India
Narendra Modi menang pemilu India bulan Mei, yang juga mengangkat posisi partai nasionalis Hindu, Bharatiya Janata Party (BJP). Partai Kongres mengakui kekalahan terbesarnya, sejak India merdeka 1947. Modi berjanji akan mendorong pembangunan dan membangkitkan perekonomian negara. Tetapi harapan untuk memperbaiki hubungan dengan Pakistan pupus dalam waktu singkat.
Foto: Getty Images/ Punit Paranjpe
Jokowi Jadi Presiden Indonesia
Banyak rakyat Indonesia menggantungkan harapan besar pada Joko Widodo ketika memilihnya jadi presiden 9 Juli. Pemilihnya berharap ia akan melancarkan reformasi dan memodernisir negara. Namun demikian, Jokowi hadapi oposisi kuat di parlemen.
Foto: Reuters
Aksi Protes di Hong Kong
Akhir Juni, ribuan warga Hong Kong turun ke jalan, menuntut kebebasan untuk memilih administratur eksekutif di wilayah yang berstatus semi otonomi. Sebagai bagian aksi protes "Occupy Central," demonstran yang sebagian besar mahasiswa menduduki distrik keuangan dan bisnis serta kawasan pemerintahan. Aksi protes yang kadang diwarnai kekerasan, dibubarkan Desember.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Hofford
Nobel Perdamaian untuk Aktivis India dan Pakistan
Oktober, remaja Pakistan Malala Yousefzai dan pria India Kailash Satyarthi mendapat Hadiah Nobel Perdamaian. Malala berjuang bagi hak-hak perempuan untuk mendapat pendidikan, walaupun harus menghadapi Taliban yang berusaha membunuhnya. Satyarthi adalah aktivis yang melawan sistem pekerja anak selama puluhan tahun.
Foto: Reuters/Imago
Xi Jinping pada KTT APEC
Presiden Cina Xi Jinping menggunakan KTT Asia Pacific di Beijing untuk menampilkan diri sebagai orang kuat Cina di jenjang internasional. Kesepakatan antara Cina dan Presiden AS Barack Obama untuk mengurangi emisi gas rumah kaca meningkatkan optimisme bagi diskusi iklim berikutnya.
Foto: Reuters
Kecelakaan AirAsia QZ8501
28 Desember pesawat AirAsia tipe Airbus A320-200, yang mengangkut 162 penumpang dan awak, sedang menerbangi rute Surabaya menuju Singapura ketika kontak dengan tower bandara hilang sekitar 40 menit setelah pesawat bernomor penerbangan QZ8501 itu lepas landas. Pesawat dinyatakan hilang, dan di hari ketiga pencarian dipastikan pesawat jatuh ke Laut Jawa.