2017: Lebih 2200 Serangan Terhadap Pengungsi di Jerman
28 Februari 2018
Pengungsi dan rumah pengungsi masih sering jadi sasaran aksi kekerasan. Tapi seiring dengan turunnya angka pengungsi, angka kekerasan terhadap pengungsi juga turun drastis.
Iklan
Hampir setiap hari, pengungsi di Jerman masih jadi sasaran serangan. Tapi angkanya turun drastis. Menurut keterangan pemerintah Jerman, tahun 2017 terjadi 2.219 serangan terhadap pengungsi dan rumah pengungsi. Tahun sebelumnya, tercatat ada 3.500 serangan. Ini adalah tahun ketiga, angka kekerasan itu turun tajam.
Atas permintaan dari parlemen, Kementerian Dalam Negeri menyebut secara rinci ada 1.906 serangan terhadap pengungsi dan 313 serangan terhadap rumah-rumah pengungsi. Lebih 300 orang terluka.
Kejahatan yang tercantum dalam statistik termasuk kerugian fisik, kerusakan properti, penghinaan, ucapan kebencian, pelanggaran, pembakaran, dan peledakan.
Menyebar kebencian
Meskipun terjadi penurunan, juru bicara dalam negeri dari Partai Kiri, Ulla Jelpke, menggambarkan serangan terhadap pengungsi sebagai bukti adanya "atmosfir agresif di negara ini.”
Dia menuduh para politisi dari partai ultra kanan Alternatif für Deutschland (AfD) dan kelompok-kelompok radikal kanan lain menyebarkan suasana kebencian terhadap pengungsi di Jerman. Namun dia juga mengecam partai konservatif CDU dan CSU ikut "mendorong orang untuk membenci pengungsi".
CDU dan CSU tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menuntut aturan lebih ketat terhadap pengungsi. Hal itu sama saja dengan "membangkitkan sentimen buruk" dengan isu-isu rasistis, kata Ulla Jelpke.
Politik rasis
Awal bulan ini, salah satu pemimpin AfD lokal Andre Poggenburg mendapat kecaman luas setelah dia menyampaikan pidato bernada rasis terhadap warga keturunan Turki dalam sebuah pesta di dekat Dresden.
Namun salah satu tokoh AfD, Beatrix von Storch, balik mengeritik kebijakan Kanselir Jerman Angela Merkel, yang pernah membuka perbatasan Jerman untuk pengungsi asal Suriah. Dia secara tegas menolak kekerasan terhadap pengungsi.
Di Akun Tweeternya Beatrix von Storcha menulis: "Setiap serangan (terhadap pengungsi) adalah terlalu banyak dan menjijikkan. Orang-orang yang datang (ke Jerman) mengikuti undangan yang sulit ditolak dari Merkel. Ini salah dia, bukan para migran, dan kita akan melawan Merkel dengan argumen, bukan dengan kekerasan."
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)