Tahun Depan, Jerman Kembalikan Satu Set Artefak ke Nigeria
1 Mei 2021
Jerman sepakat untuk mengembalikan satu set artefak ke Nigeria pada tahun 2022. Karya seni kuno hasil penjarahan pada abad ke-19 tersebut, saat ini dipamerkan di museum Jerman.
Sebagian besar artefak dijarah oleh pasukan Inggris selama ekspedisi militer ke Kerajaan Benin, yang kini wilayahnya dikenal sebagai Nigeria, pada 1897.
Plakat dan pahatan logam abad ke-16 dan 18 yang menghiasi Istana Kerajaan Benin merupakan karya seni Afrika yang paling dihormati dan saat ini tersebar di sejumlah museum di Eropa.
Setelah tercapai kesepakatan pada Kamis (29/04), langkah selanjutnya adalah mengembangkan peta jalan untuk memulangkan artefak tersebut, yang harus diselesaikan dalam beberapa bulan ke depan.
Proses pemulangan diawali dengan menginventarisasi semua item sebelum 15 Juni, yang selanjutnya diikuti dengan mengadakan pertemuan pada 29 Juni untuk mempertimbangkan pendekatan terbaik.
Jerman bekerja sama dengan sejumlah pihak di Negeria. Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menyebut hubungan itu sebagai "titik balik dalam pendekatan kita terhadap sejarah kolonial."
"Kami telah bekerja secara intensif selama berbulan-bulan menciptakan kondisi kerangka kerja," katanya, seraya menambahkan: "Dari kerja sama arkeologi hingga pelatihan manajer museum dan bantuan infrastruktur budaya, kami telah menyusun sebuah paket dan terus mengerjakannya dengan mitra Nigeria kami."
Dengan keputusan ini, Menteri Kebudayaan Monika Gruetters mengatakan, "kami ingin berkontribusi untuk menjalin pengertian dan rekonsiliasi dengan keturunan mereka yang kekayaan budayanya dicuri selama penjajahan."
Koleksi Artefak Indonesia di Köln, Jerman
Museum Rautenstrauch-Joest merupakan salah satu museum antropologi terlengkap di Jerman. Di dalamnya, banyak ditemukan koleksi barang-barang yang berasal dari Indonesia.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Alang Tana Toraja
Lumbung padi dari Tana Toraja (Alang) menjadi daya tarik utama yang dipajang di bagian tengah museum. Atapnya yang berbentuk perahu berfungsi sebagai pengingat bahwa leluhur orang Toraja datang ke Sulawesi menggunakan perahu. Dibuat dari kayu dan bambu, Alang ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1930-an lalu dibeli oleh museum pada tahun 1980-an.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Dewa Langit "Lamiaha"
Simbol dewa langit "Lamiaha" dulu berdiri pada sebuah altar batu yang menyimbolkan dewi bumi, penggambaran persatuan suci antara kedua kekuatan kosmis. Patung dewa yang tebuat dari kayu ini berasal dari Desa Emroin di Kepulauan Babar, Maluku Barat dan didapatkan oleh Etnolog Jerman Wilhem Müller pada tahun 1913.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Patung Lembu dalam Prosesi Ngaben
Dalam upacara Ngaben, jasad biasanya ditempatkan dalam patung lembu untuk dibakar. Patung Lembu biasanya menandakan seseorang yang memiliki kasta tinggi dalam kepercayaan setempat. Patung ini dibuat khusus untuk pameran permanen di bagian upacara kematian, penguburan & penghormatan yang ada di museum.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Ansambel Gamelan
Di bagian depan museum, terdapat koleksi gamelan yang cukup lengkap, yang didapatkan dari seorang pedagang seni di London pada tahun 1997. Pengunjung bahkan dapat ikut kelas gamelan yang diselenggarakan tiap minggu di museum ini.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Perhiasan dari Pantai Sumatera
Perhiasan sepanjang lebih dari satu meter ini berasal dari daerah pantai Sumatera bagian barat daya. Digunakan sebagai penutup wajah perempuan bangsawan saat upacara pernikahannya. Museum mendapatkan koleksi ini pada tahun 2017.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Barong dan Rangda
Barong dan Rangda merupakan dua figur utama simbol kebaikan dan kejahatan dalam mitologi Bali. Barong merupakan pemimpin pasukan kebaikan yang bertempur melawan ratu iblis, Rangda. Kedua benda ini dibuat khusus untuk pameran permanen bertemakan arwah & dunia akhirat museum, tanpa menyinggung adat setempat.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Rumah untuk Lelaki Bujang
Bagian utama rumah Jew milik suku Asmat di Papua terbuat dari kayu dan bambu dilengkapi dengan ukiran berbentuk manusia pada batang-batang kayu yang ada. Rumah adat Jew terbilang unik, karena diperuntukkan kepada para lelaki yang belum menikah. Rumah ini dibawa dari Papua pada tahun 1993 dan disusun kembali di Köln, Jerman.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Pakaian Adat Kepulauan Tanimbar
Pakaian bukan hanya kain yang menutupi tubuh, tapi juga sebagai penunjuk status sosial pemakainya. Hal ini ditemukan hampir di tiap budaya, termasuk bagi pakaian tradisional dari suku Nias. Koleksi ini didapatkan juga dari Wilhem Müller pada awal abad ke-20.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Arca Kepala Buddha Candi Borobudur
Arca Kepala Buddha ini diperkirakan berasal dari Candi Borobudur dan merupakan salah satu dari 248 arca kepala yang hilang di candi peninggalan dinasti Syailendra dari abad ke-8. Arca ini dibeli dari suatu koleksi seni di Paris pada tahun 1944.
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
Sesajen Hu-rainna Hu-tualinna
Hu-rainna Hu-tualinna adalah sosok leluhur pendiri keluarga Halupnu yang melambangkan kesuburan dan prinsip feminim di Pulau Leti, Maluku Barat. Garis keturunan di sana adalah matrilineal, yaitu berasal dari pihak ibu. Penduduk desa Luhuleli biasanya melakukan upacara pengorbanan di altar tengah desa. (ja/ha)
Foto: DW/Joshua A. Ambagau
10 foto1 | 10
Hermann Parzinger dari Prusia Cultural Heritage Foundation mengatakan tujuannya adalah mengembalikan barang pertama pada 2022. Dia mengungkapkan pembicaraan rencananya akan dilakukan bersama rekan-rekan kelompok Nigeria untuk memastikan "pengembalian substansial dan kerja sama di masa depan," termasuk pembicaraan tentang mengizinkan beberapa barang untuk tetap dipajang di museum Jerman.
Perunggu bersejarah dapat ditemukan di sejumlah museum Jerman. Museum Etnologi Berlin menyimpan sekitar 530 artefak dari kerajaan Benin, termasuk sekitar 440 perunggu.
Sekitar 180 patung perunggu akan dipamerkan tahun ini di Berlin's Humboldt Forum, sebuah kompleks museum baru yang dibuka pada Desember 2021.
Mengembalikan karya seni hasil penjarahan
Beberapa tahun terakhir, sebagian besar bekas kekuatan kolonial Eropa mulai mempertimbangkan pengembalian artefak yang dijarah, terutama di Afrika.
Iklan
Pada bulan lalu, Universitas Aberdeen di Skotlandia sepakat untuk mengembalikan patung Perunggu Benin ke Nigeria, dengan mengatakan bahwa patung itu diakuisisi oleh tentara Inggris pada tahun 1897 dalam "keadaan yang tercela."
Keputusan itu meningkatkan tekanan pada perusahaan lain, termasuk British Museum, untuk mengikuti proses pengembalian karya seni.
British Museum dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk meminjamkan Perunggu ke Nigeria. Pada akhir tahun lalu, Prancis juga telah menyetujui pengembalian 26 barang dari Kerajaan Benin yang dijarah pada tahun 1892.