Menlu Taiwan berharap ada "lebih banyak suara dari Eropa" yang memperingatkan Cina akan ancaman stabilitas regional jika melakukan agresi terhadap pulau itu.
Iklan
Menteri Luar Negeri Taiwan, Joseph Wu, mengatakan bahwa perjalanannya baru-baru ini ke Eropa bertujuan menggalang dukungan. "Kami terus melakukan upaya agar ada lebih banyak suara (dari) Eropa untuk memperingatkan Cina: Bahwa perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sangat penting," kata Wu dalam wawancara dengan DW dan media lain.
Saat ditanya apa yang dapat Uni Eropa (UE) lakukan untuk mencegah potensi agresi Cina, Wu mengatakan pernyataan UE baru-baru ini yang mengacu pada perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan peringatan terhadap perubahan status quo sepihak adalah "isyarat yang kuat".
"Jika diulangi dengan tingkat intensitas yang sama, saya pikir itu akan mengingatkan Cina bahwa agresi terhadap Taiwan tidak akan disambut baik oleh negara-negara Eropa," kata Wu.
Cina memandang Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah memperingatkan para pejabat dan politisi UE agar tidak mengadakan pertemuan dengan Wu selama perjalanannya baru-baru ini. UE tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Meski demikian, EU menjalin apa yang disebut "hubungan persahabatan" dengan pemerintah Taiwan.
Ketika ditanya tentang kunjungan Wu, juru bicara Komisi Eropa pada hari Jumat (16/06) mengatakan kepada wartawan bahwa mereka "tidak dalam posisi untuk mengonfirmasi pertemuan resmi antara perwakilan lembaga UE dan pengunjung dari Taiwan."
Masihkah UE netral jika AS-Cina berkonflik soal Taiwan?
Pemerintah Presiden Cina Xi Jinping mengatakan ingin mencapai "penyatuan kembali secara damai" dengan Taiwan. Namun, Menteri Luar Negeri Cina, Qin Gang, baru-baru ini memperingatkan bahwa Cina "akan mencadangkan opsi untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan." Ia beralasan bahwa tidak ada negara lain yang berhak "ikut campur" dalam "masalah Taiwan", demikian menurut media pemerintah.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa Taiwan dapat mengandalkan dukungan pasukan AS jika terjadi "serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya" dari Cina. Bagaimana dengan sikap Eropa?
Sebuah survei yang diterbitkan awal bulan ini oleh Dewan Eropa untuk Hubungan Luar Negeri mengungkap bahwa mayoritas responden di 11 negara UE lebih memilih negara mereka tetap netral jika terjadi konflik antara Washington dan Beijing tentang Taiwan. Sekitar 60% orang Jerman memilih bersikap netral, dibandingkan dengan 23% yang memilih Berlin untuk mendukung Washington.
Ditanya tentang temuan survei tersebut, Wu mengatakan: "Negara-negara Eropa, untuk waktu yang lama, memikirkan tentang netralitas strategis dalam urusan internasional. Tapi itu mungkin berubah ketika realitas bergulir."
Taiwan inginkan kesepakatan investasi, Brussel menolak
Taipei juga mendorong kemungkinan disepakatinya perjanjian investasi bilateral dengan Uni Eropa. Brussel dan Taipei memiliki hubungan perdagangan yang tidak terkait dengan Beijing karena Taiwan sendiri adalah anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Wu mengatakan dia "sangat prihatin" bahwa kemungkinan kesepakatan investasi UE-Taiwan "tersandera", karena Brussel mempertimbangkan jalan ke depan pada perjanjian perdagangan dan investasi dengan Cina, yang dijuluki CAI, yang telah terhenti sejak 2021.
"Jika Anda melihat hubungan - keterkaitan erat - antara Taiwan dan UE secara ekonomi, saya pikir UE perlu mencari alternatif untuk memperkuat hubungan bilateral, ekonomi atau perdagangan, alih-alih terjebak oleh CAI, "kata Wu.
Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan kepada DW bahwa tidak ada hubungan antara kedua masalah tersebut.
Juru bicara Komisi Perdagangan Eropa Miriam Garcia Ferrer mengatakan kepada DW bahwa Taiwan adalah "mitra ekonomi penting di kawasan ini." Ia menambahkan bahwa Taipei dan Brussel mengadakan dialog ekonomi secara rutin. Namun, belum ada kemajuan formal menuju kesepakatan sejak 2015, ketika blok tersebut memasukkan Taiwan dalam daftar mitra yang akan dijajaki untuk meluncurkan negosiasi. "Menegosiasikan Perjanjian Investasi Bilateral dengan Taiwan saat ini tidak direncanakan," katanya.
Iklan
Investasi pembuatan chip di Jerman berlanjut
Menurut Uni Eropa, Taiwan memproduksi 90% semikonduktor tercanggih di dunia. Teknologi ini sangat penting untuk segala hal, mulai dari pembuatan mobil hingga perangkat medis. Brussel ingin meningkatkan produksi chip di Uni Eropa dan pada tahun 2022 meluncurkan rencana untuk membebaskan subsidi bagi produsen.
Saat blok tersebut mencoba menarik pembuat chip, Taiwanese Semiconductor Manufacturing Corp. (TSMC) sedang mempertimbangkan untuk mendirikan pabrik Eropa pertamanya di Jerman.
Semikonduktor, Tulang Punggung Teknologi Data dan Komunikasi Modern
Permintaan semikonduktor di seluruh dunia diperkirakan akan tumbuh pesat seiring meningkatnya aplikasi elektronik pada mobil, bidang industri dan pada telepon serta rumah pintar.
Foto: Infineon AG
Produksi semikonduktor
Semikonduktor merupakan tulang punggung komunikasi modern dan teknologi terkait data karena dapat mengurangi daya yang dikonsumsi oleh perangkat listrik dan memungkinkan sistem yang membuat transportasi lebih bersih, pintar dan aman. Salah satu produsen semikonduktor yang terbesar di Jerman adalah Infineon.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Büttner
Fasilitas produksi di Batam
Secara keseluruhan Infineon memiliki 17 pabrik yang berada di 10 negara di seluruh dunia, satu diantaranya beroperasi di Batam. Hingga September 2018, perusahaan ini mempekerjakan lebih dari 40 ribu karyawan di seluruh dunia. Jumlah karyawan ini meningkat lebih dari 2500 orang dibandingkan tahun sebelumnya
Foto: Infineon AG
Sebagian besar pendapatan dari otomotif
Berdasarkan laporan tahunan 2018, pendapatan global Infineon dari segmen otomotif mencapai 3,8 miliar euro atau sebesar 43 persen dari keseluruhan pendapatan perusahaan tersebut di tahun fiskal 2018.
Foto: Infineon AG
Kartu pintar yang terkoneksi
Selain otomotif, semikonduktor juga dipakai dalam memproduksi solusi keamanan data digital. Contohnya yaitu untuk kartu pembayaran, kartu identitas, dan keamanan untuk perangkat digital yang saling terkoneksi.
Foto: Infineon AG
Banyak kegunaannya
Semikonduktor juga dipakai di bidang kontrol daya industri (Industrial Power Control), yang bergerak di bidang konversi energi listrik yang efisien di sepanjang rantai pasokan, mulai dari pembangkit, transmisi hingga konsumsi. Aplikasi ini termasuk turbin angin, infrastruktur pengisian daya untuk kendaraan listrik, dan peralatan rumah tangga. (hp)
Foto: Infineon AG
5 foto1 | 5
Ditanya apakah Taipei akan mencari keuntungan politik sebelum memberi lampu hijau pada rencana itu, Wu mengatakan: "Saya kira kami tidak memiliki persyaratan apa pun, baik dalam kasus investasi di Amerika Serikat atau di Jepang atau di Eropa."
"Jika Eropa telah memberikan insentif yang sangat positif dan berbicara dengan TSMC dengan cara yang membuat TSMC merasa nyaman bahwa investasi mereka di Eropa akan memberikan hasil yang sangat positif, investasi mereka di Eropa tentu tidak akan dihentikan oleh pemerintah," kata Wu.
UE mempertahankan apa yang disebut sebagai "kebijakan satu China". Blok itu "mengakui pemerintah Republik Rakyat Cina sebagai satu-satunya pemerintahan resmi Cina," kata juru bicara Komisi Eropa kepada DW. "Kami terlibat dengan Taiwan - mitra ekonomi dan teknologi tinggi yang memiliki pemikiran sama di kawasan - tetapi selalu tanpa pengakuan kenegaraan," kata dia.