Taiwan Luncurkan Kapal Selam Pertama Buatan Sendiri
29 September 2023
Taiwan menyatakan kapal selam ini akan memperkuat pertahanannya dan mampu menangkal ancaman angkatan laut Cina. Diperkirakan, kapal selam ini akan beroperasi penuh dalam dua tahun mendatang.
Iklan
Taiwan meluncurkan kapal selam pertama buatan dalam negerinya Kamis (28/09). Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan, pembuatan kapal selam ini merupakan salah satu strategi pencegahan militer paling utama.
"Meskipun ada risiko, dan tidak peduli berapa banyak tantangan yang ada, Taiwan harus mengambil langkah ini dan memungkinkan kebijakan pertahanan nasional yang mandiri untuk tumbuh dan berkembang di tanah air kami," ungkap Tsai.
Kapal selam ini masih harus menjalani uji coba di lautan, dan baru akan beroperasi penuh dalam dua tahun lagi.
Angkatan Laut Taiwan memiliki dua kapal selam yang masih berfungsi, yang dibeli Taiwan dari Belanda pada tahun 1980-an. Taiwan memiliki rencana untuk membuat sedikitnya delapan kapal selam.
Bagaimana kekuatan tempur Taiwan?
Huang Shu-kuang, penyelenggara program Kapal Selam Pertahanan Taiwan mengatakan, dia yakin kesepuluh armada kapal selam ini akan mempersulit Angkatan Laut Cina untuk memperluas kekuatannya di wilayah sengketa maritim, Laut Cina Selatan.
Institut Penelitian Pertahanan dan Keamanan Nasional (INDSR) Taiwan juga meyakini, mengerahkan kapal selam di titik-titik utama paling rawan di pulau itu akan cukup untuk menangkal ancaman Cina.
"Hal ini dapat mengganggu upaya PLA (Tentara Pembebasan Rakyat Cina) untuk mengepung dan menyerang Taiwan dari timur dan barat," kata Jiang Hsin-biao dari INDSR.
Kementerian Pertahanan Cina berkomentar; "Taiwan menilai dirinya sendiri secara berlebihan dan mencoba sesuatu yang mustahil."
"Tidak peduli berapa banyak senjata yang mereka buat atau beli, mereka tidak dapat menghentikan tren umum reunifikasi nasional, dan juga tidak dapat menggoyahkan kemampuan yang handal dari Tentara Pembebasan Rakyat untuk mempertahankan kedaulatan nasional," kata juru bicara Cina Wu Qian.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Cina menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan telah menekankan pihaknya tidak akan ragu-ragu untuk menggunakan seluruh kekuatannya dalam mempertahankan dan mempertegas kekuasaan Cina atas selat tersebut.
Iklan
Ancaman Cina terhadap Taiwan
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan,Taipei harus terus memperkuat pertahanannya, untuk menghadapi peningkatan ancaman dari kekuatan militer Cina.
"Memiliki kapal selam baru adalah salah satu strategi itu. Bagi siapa pun yang mempertanyakan strategi kapal selam Taiwan, saya akan menjadi pendukung yang paling kuat bagi Taiwan untuk membeli kapal selam, karena hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya perang," kata Wu.
Cina merupakan salah satu negara dengan angkatan laut terbesar di dunia, di mana militernya dilengkapi dengan kapal selam bertenaga nuklir dan kapal induk besar.