1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Taiwan Perbarui Doktrin Pertahanan Melawan Cina 

7 Oktober 2020

Taiwan mulai kewalahan menghalau manuver militer Cina yang kian marak di Selat Taiwan. Taipeh kini mengkaji ulang doktrin pertahanan untuk memaksimalkan anggaran pertahanan yang terbatas. 

Ilustrasi militer Taiwan
Ilustrasi militer TaiwanFoto: picture-alliance/dpa/R.B. Tongo

Belum lama ini, armada udara Tiongkok beisikan duabelas jet tempur J-16, dua dari jenis ringan J-10, dua pesawat pembom H-6 dan dua pesawat transportasi Y-18 ASW, melintasi garis tengah di Selat Taiwan yang membatasi Cina dengan jiran yang dimusuhi, Taiwan. 

Insiden tersebut terjadi duakali berturut-turut pada pertengahan September silam dan kian bertambah sejak beberapa pekan terakhir. Buntutnya, Angkatan Udara Taiwan semakin sering mengirimkan armada tempurnya untuk menghalau manuver Cina. 

Operasi udara menghadang penetrasi armada perang Cina sudah diterjunkan sebanyak 2.972 kali selama tahun 2020. Ongkos operasionalnya, lapor Kementerian Pertahanan Taiwan, mencapai USD 886 juta atau sekitar Rp. 13 triliun.  

“Belakangan tekananannya memang semakin kuat. Berkata sebaliknya adalah pembohongan publik,” kata Menteri Pertahanan Taiwan, Yen De-fa, kepada parlemen di Taipeh, seperti dilansir Reuters, Rabu (7/10). 

Militer Taiwan dikenal terlatih dan profesional, namun terlalu kecil dibandingkan kekuatan tempur Cina. Manuver militer Cina yang meski berskala kecil dan mudah dihalau, dikeluhkan karena mulai membebani kas militer. 

Sebab itu Agustus silam parlemen sepakat menambahkan anggaran pertahanan menjadi USD 15,4 miliar atau sekitar Rp. 224 triliun.  

Kecil dan efisien 

Meski demikian kenaikan anggaran diyakini tidak cukup buat melindungi kedaulatan Taiwan, menurut David Helvey, Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Asia Timur. Kenaikan itu, kata dia, “tidak cukup,” untuk membangun “pertahanan yang kokoh,”kata dia dalam sebuah konferensi pertahanan, Selasa (6/10). 

Harvey menganjukan agar pemerintah Taiwan merestrukturisasi anggaran pertahanan untuk menghindari pemborosan dana. Dia mengatakan pemerintah AS saat ini mendorong Taiwan agar berinvestasi “pada unit kecil dalam jumlah besar,” yang mengindikasikan bahwa “sebuah invasi atau serangan akan menghasilkan ongkos yang tinggi.” 

Garis tengah di Selat Taiwan memisahkan Cina dan Taiwan tercatat berulangkali dimasuki militer Cina. Gambar: Koridor udara sipil bentukan Cina (M503) yang dinilai sebagai provokasi karena berjarak terlalu dekat dengan garis tengah.

Menurutnya Taiwan juga harus memperkuat komponen cadangan melalui pelatihan.  

“Tentara Rakyat Cina bukan tidak bisa dikalahkan,” kata dia. “Melalui investasi cerdas, Taiwan bisa mengirimkan sinyal tegas ke Beijing bahwa rakyat dan angkatan bersenjatanya benar-benar berkomitmen pada pertahanan negara.” 

Amerika Serikat terikat secara hukum untuk membantu Taiwan jika kedaulatannya terancam, namun juga memiliki doktrin “ambiguitas strategis” jika menyangkut intervensi militer dalam skenario serangan militer Cina terhadap Taiwan. 

Misi bertahan hidup 

Namun kendati tak mampu mengimbangi kedigdayaan militer Cina, Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, berusaha mempercepat modernisasi militer, dengan harapan bisa membuat angkatan tempur Taiwan lebih luwes dan sulit diserang. 

Senin (5/10) silam Wakil Menteri Pertahanan Taiwan, Chang Guan-chung, mengakui CIna sedang menggiatkan “latihan realistik terhadap Taiwan.” 

“Kami mengembangkan sistem yang kecil, berjumlah besar, cerdas, sulit dideteksi, cepat, efektif, bermobilitas tinggi, mudah dikembangkan, dioperasikan dan dirawat, dengan harga terjangkau, serta sulit untuk dihalau,” kata dia. 

Chang mengatakan, saat ini Taiwan menggiatkan kerjasama pertahanan dengan Amerika Serikat untuk mempercepat reformasi dan modernisasi militer. “Kami menitikberatkan kerjasama ini pada latihan, konsep-konsep operasional, penilaian kemampuan, pembagian informasi intelijen dan kerjasama persenjataan.” 

Belum lama ini, Reuters melaporkan pemerintah Amerika Serikat berniat menjual tujuh sistem persenjataan utama kepada Taiwan, termasuk ranjau, peluru kendali dan pesawat tempur nirawak. 

rzn/ (rtr, ap, afp) 
 


 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait