Jelang Inagurasi, Taiwan Waspadai Latihan Militer Cina
1 Mei 2024
Latihan militer Cina yang biasanya digelar pada bulan Juni bikin Taiwan waspada. Pasalnya, latihan tersebut berdekatan dengan pelantikan presiden baru Taiwan, Lai Ching-te, yang tidak disukai oleh Cina.
Iklan
Cina yang dilaporkan akan melakukan latihan militer setelah pelantikan presiden terpilih Lai Ching-te pada bulan ini membuat Taiwan waspada.
Hal itu diungkapkan oleh seorang pejabat tinggi keamanan Taiwan pada Rabu (01/05), demikian seperti diberitakan Reuters.
Pejabat itu mencatat bahwa Beijing biasanya memulai latihan militer semacam itu pada bulan Juni.
Cina, yang memandang negara demokratis Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, dilaporkan sangat tidak menyukai Lai, karena menganggapnya sebagai seorang separatis yang berbahaya.
Pemerintah Cina bahkan telah berulang kali menolak tawaran perundingan yang diajukan Lai, termasuk salah satunya pada pekan lalu.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Sama seperti presiden petahana Tsai Ing-wen, presiden terpilih Lai juga menolak klaim Beijing yang mengaku berdaulat atas Taiwan. Keduanya mengatakan bahwa hanya warga negara pulau sendiri yang berhak menentukan masa depan mereka.
Lai, yang saat ini menjabat sebagai wakil presiden, akan dilantik pada 20 Mei mendatang.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
Apa respon pejabat keamanan Taiwan?
Saat berbicara kepada wartawan di parlemen pada Rabu (01/05), Direktur Jenderal Biro Keamanan Nasional Taiwan, Tsai Ming-yen, mengatakan bahwa menjaga stabilitas di Selat Taiwan sejatinya adalah kepentingan semua orang di komunitas internasional, termasuk Cina.
Iklan
Namun, saat ini Cina menggunakan pendekatan ‘wortel dan tongkat' terhadap Taiwan, berharap dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah yang akan datang terkait Cina, kata Tsai.
"Yang perlu mendapat perhatian khusus adalah tanggal 20 Mei, dari Juni hingga November, ketika Komunis Cina mengadakan latihan militer rutin mereka,” jelasnya.
"Apakah Komunis Cina menggunakan musim panas ini sebagai alasan melakukan latihan militer untuk lebih menekan Taiwan adalah poin penting yang menjadi fokus Biro Keamanan Nasional,” tambahnya.
Terkait hal ini, Cina belum memberikan tanggapan. Reuters melaporkan bahwa Kementerian Pertahanan Cina tidak menerima permohonan wawancara di luar jam kerja pada hari Rabu (01/05), yang merupakan awal libur Hari Buruh.
Selama empat tahun terakhir, militer Cina telah meningkatkan aktivitasnya secara besar-besaran di Taiwan.
Pada 2022 misalnya, Cina melakukan latihan perang besar-besaran di dekat Taiwan setelah Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengunjungi Taipei saat itu. Latihan perang besar-besaran juga digelar tahun lalu setelah Presiden Tsai bertemu dengan Ketua DPR Kevin McCarthy di California saat itu.
"Ketidaksenangan terhadap Lai”
Beberapa sumber keamanan yang berbasis di Taiwan telah berulang kali memperingatkan bahwa Cina dapat menunjukkan ketidaksenangan mereka terhadap Lai dengan menggunakan cara-cara militer.
Sejak kemenangan Lai dalam pemilu bulan Januari lalu, Cina dilaporkan terus memberikan tekanan terhadap Taiwan, termasuk dengan menerjunkan penjaga pantai untuk melakukan patroli di dekat sekelompok pulau yang dikuasai Taiwan, yang terletak di sebelah pantai Cina.
Meski begitu, Beijing di sisi lain telah menawarkan untuk melanjutkan kerja sama terbatas terkait pariwisata Cina ke Taiwan, sebuah proposal yang masih dipertimbangkan oleh pemerintah di Taipei.