1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: 100 Hari Masa Jabatan Obama

29 April 2009

Harapan yang bertumpu pada presiden kulit hitam pertama AS sangat tinggi, dalam kampanye pemilunya ia menjanjikan dimulainya suatu era baru. Bagaimana neraca sementara masa kepresidenan Obama?

Obama dengan latar belakan George Washington, presiden AS pertamaFoto: AP

Bagi Barack Obama, 100 hari pertama masa jabatannya tak terlampau sulit. Ia hanya perlu melakukan satu hal: menunjukkan bahwa ia dan politiknya berbeda dengan pendahulunya George W. Bush. Itu bukan tantangan yang besar. Saat meninggalkan Gedung Putih, hasil jajak pendapat bagi popularitas George W. Bush tercatat sebagai angka terendah dalam sejarah yang pernah diraih seorang presiden Amerika Serikat. Dunia internasional pun merindukan seorang presiden AS yang memenuhi satu syarat: ia bukan George Bush.

Beberapa saat setelah pengangkatannya, Barack Obama memainkan kartu yang tepat. Ia menutup kamp tahanan Guantanamo, melarang penyiksaan, memerintahkan penarikan pasukan AS dari Irak, Obama mengulurkan tangannya kepada Rusia dan menawarkan suatu dialog. Selain itu Obama mengajukan paket stimulus ekonomi yang antara lain mengusung investasi bagi pendidikan dan sistem kesehatan serta mengumumkan politik energi yang baru. Dan daftar panjang ini masih dapat diteruskan dengan mudah.

Agenda Barack Obama luar biasa. Multitasking - atau mengerjakan sejumlah hal di saat bersamaan - adalah salah satu bakat Obama. Ini tampak setelah 100 hari pertamanya di Gedung Putih. Meski, ia juga menunjukkan sejumlah kelemahan. Ia agak plin-plan menyoal penentuan komisi penyelidik untuk memeriksa memo mengenai penyiksaan dari era pemerintahan Bush. Ia juga tidak berhasil mencapai kerja sama lintas partai dengan kubu Republik yang dijanjikannya.

Secara garis besar, Obama tetap bersikap tenang dan setia pada haluannya. Di awal masa jabatannya, Barack Obama juga menunjukkan, walau usianya terhitung muda dan pengalamannya sedikit dalam memegang jabatan politis, ia mampu menyelesaikan tugasnya.

Tewasnya tiga perompak dan kapten kapal dagang yang berhasil dibebaskan membuktikan bahwa Obama bukan pengecut berhaluan kiri, berbeda dengan citra yang didengung-dengungkan kubu Republik saat kampanye politik. Serangan roket terarah ke kawasan Pakistan dilanjutkan selama masa kepresidenannya - walau banyak pendukungnya kurang setuju langkah ini.

Sehingga sangat jelas: Obama memang berjabat tangan dengan Presiden Venezuela Hugo Chavez dan menawarkan dialog kepada Iran, tapi bila hal itu berkaitan dengan keamanan dalam negeri, ia tak akan ragu untuk menggunakan kekuatan militer AS.

Dan warga AS tetap percaya kepada Obama. Dalam suatu jajak pendapat Washington Post, sekitar 60 persen menyatakan puas dengan gaya kepemimpinan Obama. Obama juga dipercaya dalam menangani krisis keuangan internasional. 55 persen optimis memandang masa depan ekonomi AS. Bulan Februari hanya 47 persen yang merasa optimis.

Dalam 100 hari pertamanya Presiden Obama memenuhi janjinya untuk menjalankan politik yang berbeda dari pendahulunya. Bahwa dalam beberapa hal perubahan haluan belum terlihat nyata adalah wajar saja. Penutupan Guantanamo tak dapat dilakukan dalam sehari, hal sama berlaku bagi penarikan tentara dari Irak, solusi damai di Timur Tengah serta reformasi kesehatan dan pemulihan ekonomi.

100 hari dalam pemerintahan mungkin tampak seperti tenggat waktu magis - tapi untuk mengevaluasi sukses atau kegagalan masa kepresidenan, waktu ini terlalu singkat. Baru dalam beberapa bulan atau tahun akan terungkap, apakah Barack Obama mengikuti haluan yang tepat. Saat ini yang bisa dikatakan dengan pasti adalah: awal masa jabatannya sangat menjanjikan.

Christina Bergmann

Editor: Ziphora Robina