1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Kritik Bisnis Perancis dan Libya

2 Agustus 2007

Kegembiraan atas bebasnya warga Bulgaria dari vonis hukuman mati di Libya meredup. Harga kepulangan juru rawat dan dokter itu dibayar cukup mahal. Antara lain dengan bisnis senjata antara Perancis dengan Libya. Berikut komentar Burkhard Birke

Sarkozy (kiri) dan Gaddafi (kanan)
Sarkozy (kiri) dan Gaddafi (kanan)Foto: picture alliance / dpa

Belum pernah Presiden Perancis itu begitu diam sejak memasuki jabatannya. Apakah Sarkozy yang hendak memberi warna pada politik luar negeri Perancis agaknya merasa bersalah? Namun pembela politik praktis itu, tidak berusaha memberi penjelasan besar-besaran.

Sarkozy tampaknya ingin fakta yang berbicara dan itu dilakukannya dengan putra Gaddafi. Tidak hanya reaktor atom untuk kepentingan sipil yakni untuk instalasi desalinasi air laut, Perancis juga akan mengirimkan panser anti roket seharga 100 juta Euro.

Tindakan saling membantu untuk mencapai kepentingan masing-masing, demikian ditekankan Presiden Sarkozy dan menteri luar negeri Kouchner yang direkrutnya dari kubu sosialis. Pembebasan juru rawat Bulgaria dan seorang dokter bukan hanya jasa dari tindakan tanpa pamrih Jenderal Gaddafi dan senyuman Cecilia Sarkozy.

Dari orang yang tersingkir, Jenderal Gaddafi ingin menjadi yang disanjung, dan Sarkozy memenuhi keinginan tersebut dan akan terus melakukannya. Bukan masalah, bahwa Gaddafi beberapa tahun lalu masih berusaha memiliki senjata pemusnah massal, agennya membom pesawat udara dan terakhir juga menganiaya warga Bulgaria di penjara.

Itulah pragmatisme, politik praktis, dan sejalan dengan kepentingan nasional Perancis. Karena sudah ahli dalam mengatur gaya skenario panggung politik, presiden Perancis tahu cara memanfaatkan perundingan awal yang secara susah payah dilakukan oleh Uni Eropa menjadi keuntungan bagi citranya, dan demi keuntungan industri Perancis. Tapi lupa menginformasikan hal itu kepada mitranya dan sekarang media massa Perancis merusak kegemilangan citranya sebagai superman, yang diciptakan sendiri oleh Sarkozy yang hiperaktif. Ia ingin mencapai segudang sasaran reformasi langsung dalam tiga bulan pertama masa jabatannya. Tapi Sarkozy harus belajar bahwa banyak sasaran politik membutuhkan waktu dan tidak cukup hanya dengan motivasi memenuhi janji kampanye pemilihan.

Ia telah berjanji, akan berupaya bagi warga Bulgaria. Ia memenuhi janji ini dengan memberi rehabilitasi bagi rejim yang dicurigai beserta pemimpinnya. Lewat jabat tangan dengan Gaddafi, uang 460 juta dollar dari sumber yang masih belum diketahui bagi anak-anak yang terinfeksi virus HIV dan kemungkinan ekstradisi agen Libya yang dipenjara di Skotlandia karena terlibat serangan bom Lockerbie, para perawat dibebaskan dari vonis hukuman mati.

Hasilnya baik, jalan ke arah itu mencurigakan. Jika tidak ada yang perlu disembunyikan, mengapa Sarkozy tidak mengatakan apapun? Tentu saja orang harus menemukan jalan agar Libya dalam lingkungan masyarakat internasional kembali mendapat penghargaan. Tapi hal ini setidaknya dapat dilakukan bersama di tingkat Eropa. Mengapa ia tidak melakukannya, hingga kini Sarkozy belum memberi jawaban untuk pertanyaan tersebut.