1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Lawatan Merkel di China dan Jepang

Sybille Golte-Schroeder31 Agustus 2007

Dalam lawatan kenegaraannya selama seminggu di China dan Jepang kanselir Jerman Angela Merkel menegaskan dukungannya untuk sebuah kesepakatan baru mengenai perlindungan iklim.

Angela Merkel di Kyoto
Angela Merkel di KyotoFoto: AP

Kanselir Jerman Angela Merkel kembali menunjukkan ciri khasnya dalam kunjungan kenegaraannya kali ini. Dia menyukai pernyataan yang jelas. Dan pada tema-tema yang kontroversial Angela Merkel juga tidak bertele-tele. Ketika mengunjungi Beijing, China, dia mengutarakan secara jelas soal kebebasan mengeluarkan pendapat dan hak asasi manusia. Kritik semacam itu selalu diterima dengan kesopanan ala Asia, namun sebenranya tidak diinginkan.

Mengingat kepentingan ekonomi, pendahulu Angela Merkel, mantan kanselir Gerhard Schröder dari partai sosial demokrat dan Helmuth Kohl dari uni kristen demokrat, mengangkat tema itu hanya secara tidak langsung, jika terpaksa.

Juga menyangkut tema perlindungan lingkungan, Kanselir Jerman saat ini tidak berbasa-basi. Dalam tema itu, setidaknya mitra bicaranya di China diperkirakan merasa gerah. Pasalnya, pada dasawarsa terakhir ini, China lebih mengutamakan kepentingan ekonomi ketimbang perlindungan lingkungan.

Pernyataan terbuka memang menyenangkan. Tetapi janganlah berharap bahwa atas saran kanselir Jerman, pimpinan di China kini akan melancarkan langkah-langkah perbaikan dalam soal hak warga sipil dan perlindungan alam.

Namun Angela Merkel kelihatan jelas bertekad untuk menempatkan ancaman perubahan iklim ke posisi paling atas dalam agenda politiknya. Hal ini juga diungkapkannya tanpa tedeng aling-aling dalam lawatannya di Kyoto, Jepang yang merupakan lokasi simbolis untuk perlindungan iklim dunia. Sepuluh tahun yang lalu, Merkel yang saat itu menjabat menteri lingkungan Jerman, ikut menandatangani Protokol Kyoto yang merupakan kesepakatan pengurangan emisi gas rumah kaca di seluruh dunia. Kyoto adalah ajang ideal untuk membeberkan gagasannya untuk perlindungan iklim yang melibatkan negara ambang industri seperti China dan India.

Di Jerman, pesan tersebut juga dapat disambut dengan baik. Melalui instinknya yang tajam, Angela Merkel merangkul tema yang hingga kini diklaim oleh pihak oposisi dari Partai Hijau. Sehubungan dengan mengalirnya laporan buruk setiap hari mengenai bencana alam, misalnya banjir dan kemarau panjang, maka dalam pemilihan parlemen Jerman mendatang, tema itu merupakan sesuatu yang tidak akan diabaikan oleh nyaris semua pemilih.

Selama kunjungan kenegaraannya di luar negeri, Angela Merkel secara nasional dan internasional tampil sebagai politisi yang melalui gagasan perlindungan iklimnya, telah mengerti tantangan utama abad ke-21 dan hendak menawarkan titik tolak bagi penyelesaian masalah itu. Dalam hal ini sudah tentu, seperti biasa, bila politisi berbicara, harus dilihat dulu realisasinya. Terutama dalam tema perlindungan iklim, keberhasilan tidak dapat dicapai dengan cepat.

Namun, dalam satu hal, Angela Merkel dapat dikatakan berhasil. Pendahulunya, Gerhard Schröder, mengatakan pada malam pemilu bahwa Merkel, kandidat kanselir lawannya saat itu, tidak akan mampu. Dalam hal ini, Gerhard Schröder yang karena upayanya untuk memajukan industri otomotif dijuluki „kanselir mobil“, keliru. Merkel ternyata mampu.