1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Penemuan Kembali Eropa oleh Amerika

Michael Knigge5 Februari 2013

AS kembali memandang Eropa sebagai mitra terpentingnya di dunia dan mendesak untuk kerjasama lebih erat. Ini pesan bagus pada Konferensi Keamanan di München, komentar redaktur DW Michael Knigge.

Fertige Flaggen (EU, USA) in der Fahnenfabrik Dommer in Stuttgart, aufgenommen am 18.11.2004. Foto: Jürgen Effner +++(c) dpa - Report+++
Bendera Uni Eropa dan Amerika SerikatFoto: picture-alliance/dpa

Warga Eropa menghadapi ujian berat. Secara teratur di masa lalu mereka harus mendengar kecaman, bagaimana tidak fleksibelnya, tidak sepakatnya dan dengan demikian semakin tidak relevannya Eropa sebagai mitra Washington. Pada konferensi keamanan di München empat tahun lalu, wakil presiden AS Joe Biden memanfaatkan pertemuan puncak non formal transantlantik terpenting itu, bukan sebagai kesempatan untuk gagasan memperdalam dan memperluas hubungan Eropa-Amerika. Biden yang kala itu baru terpilih justru mengumumkan arah baru hubungan Washington dengan Moskow, yang disebut "Reset". Eropa, demikian pesan jelas kala itu dari pemerintah Obama, tidak otomatis menjadi mitra istimewa Amerika Serikat di dunia. Sikap ini berulang kali ditegaskan dalam masa pemerintahan pertama Obama, yang paling tampak jelas dengan apa yang disebut "Asia Pivot", yakni perubahan haluan politik luar negeri dan keamanan AS ke Asia.

Juga di München (pada konferensi keamanan 2013), Wakil Presiden Biden menilai Amerika Serikat sebagai kekuatan di Pasifik dan Atlantik. Penilaian berbeda, juga dengan memandang meningkatnya kawasan Asia Pasifik akan mengejutkan dan tidak masuk akal. Namun sekaligus, yang merupakan hal baru dan penting, Biden mengangkat kembali hubungan dengan Eropa. Eropa merupakan mitra pertama dan terdekat Amerika Serikat dalam masalah global. Eropa, dikatakan wapres AS itu, merupakan tonggak utama partisipasi Amerika di dunia. Jadi sebaiknya misalnya Eropa dan Amerika, juga bersama-sama dan bukan saling berhadapan atau secara masing-masing, mewakili kepentingannya di Asia.

Redaktur DW Michael KniggeFoto: DW

Lebih dari Kata-Kata Belaka

Kini dapat ditarik kesimpulan dari situ, Amerika ingin memberikan sedikit hiburan untuk jiwa Eropa yang terluka. Karena tahu, Eropa merindukan pengakuan dari Washington, karena itu membuat Eropa kehilangan statusnya di dunia global. Tapi ada dua alasan yang bertentangan dengan itu. Di satu sisi, Amerika Serikat di masa lalu, selalu menyebutkan dengan jelas apa yang menurut pandangannya sebagai defisit Eropa, tanpa memperhatikan situasi mitranya. Di sisi lain Biden mengajukan tuntutan gagasan konkrit tentang Perjanjian Perdagangan Bebas Transatlantik, dimana sebelumnya di belakang layar, hal itu sudah dibicarakan dengan Eropa.

Apa yang menyebabkan perubahan sikap pemerintahan Obama? Obama di awal masa jabatan keduanya hampir tidak mengalami perubahan emosional terhadap Atlantik. Kemungkinan yang lebih besar adalah, pemerintah AS kini menyadari sepenuhnya makna Eropa untuk kesejahteraan negaranya sendiri. Asia dan Cina penting bagi Amerika Serikat, tapi yang semakin lebih penting adalah Eropa sebagai kawasan ekonomi terbesar bagi Washington. Setidaknya saat ini itu semakin penting. Hal ini makin membuka mata Amerika dengan krisis ekonomi dan keuangan berkepanjangan di Eropa, karena dampaknya akan langsung dirasakan oleh mitra Eropa yakni perekonomian Amerika Serikat.

Ironisnya, krisis hutang Eropa dapat menjadi berjasa, bila setelah hubungan transatlantik yang selama bertahun-tahun macet, kini kembali mendapat angin baru. Bahwa Biden menekankan makna hubungan Amerika-Eropa, dimana wakil presiden AS mengusulkan konkretisasi melalui perjanjian perdagangan bebas transatlantik, semua ini jauh lebih dari sekedar omong kosong. Tapi itu bukan terjadi dengan sendirinya. Ditemukannya kembali Eropa oleh Amerika Serikat adalah berita bagus untuk Eropa, Eropa seharusnya bergembira karena itu. Dan kemudian menunjukkan, bahwa Biden memang benar.