Tajuk: Perjalanan Eropa Dari Perang Menuju Damai
10 Desember 2012Eropa adalah benua yang mengalami dua perang besar, Perang Dunia Pertama dan Perang Dunia Kedua. Perang hebat ini menghancurkan sebagian besar Eropa. Setelah perang berakhir, enam negara sepakat membentuk kerjasama ekonomi: Perancis, Jerman, Belgia, Belanda, Luksemburg dan Italia. Prakarsa itu didorong oleh dua musuh bebuyutan perang: Jerman dan Perancis. Dengan kerjasama meningkatkan kemakmuran, perang bisa dihindari, demikian gagasan mereka.
Upaya untuk menciptakan perdamaian, itulah yang jadi alasan utama mengapa Uni Eropa mendapat penghargaan Nobel Perdamaian. Untuk itu diperlukan landasan bersama. Komite Nobel menyebutkan, Uni Eropa selama enam dekade sudah memberi kontribusi besar terhadap perdamaian, rekonsiliasi, demokrasi dan hak asasi manusia. Substansi politik Uni Eropa adalah demokrasi dan hak asasi. Ini yang membuat Uni Eropa menjadi kuat dan stabil.
Tahun 1980-an, Yunani, Spanyol dan Portugal bergabung dengan Uni Eropa. Persyaratannya, mereka harus menerapkan prinsip-prinsip demokrasi. Setelah Uni Soviet runtuh, negara-negara di Eropa Timur mulai merintis demokrasi dan diterima menjadi anggota Uni Eropa. Tahun 2004, 10 negara Eropa Timur diterima sebagai anggota baru. Organisasi ini sekali lagi menjadi pencetus perdamaian yang mengakhiri era perang dingin.
Uni Eropa tidak berhasil menghindari pecahnya perang brutal di Yugoslawia. Inilah sejarah kelam yang jadi pelajaran penting. Sekarang, negara-negara bekas Yugoslawia ingin masuk Uni Eropa. Mereka juga sadar, hanya dengan kerjasama, perdamaian dan stabilitas bisa dijaga. Organisasi regional lain, seperti ASEAN, ingin belajar dari keberhasilan Eropa.
Uni Eropa saat ini dilanda krisis ekonomi. Banyak pihak yang mengeritik kelambatan birokrasinya. Organisasi ini makin besar, perbedaan pendapat makin banyak dan diskusi makin panjang. Tapi benua Eropa, yang dulu identik dengan perang dunia dan perang dingin, kini sudah berubah menjadi kawasan yang damai.