1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Pidato Obama kepada Dunia Islam

5 Juni 2009

Kamis 4 Juni lalu, di Universitas Kairo Presiden AS, Barack Obama menyampaikan pidato yang ditujukan bagi seluruh dunia Islam. Ia menyatakan dukungan bagi awal baru hubungan antara dunia Islam dan AS.


Barack Obama berhasil menemukan nada yang tepat tidak hanya secara emosional. Isi pidatonya juga tidak bisa disalahartikan. Itu adalah penawaran tak terkira dan tulus bagi dialog dan kemitraan dengan dunia Islam. Obama memohon agar semua pihak kembali ke nilai-nilai yang sama dan tanggung jawab bersama. Ia menemukan kata-kata jelas bagi pengakuan untuk prestasi warga muslim di seluruh dunia serta di AS sendiri. Dengan demikian Obama menunjukkan sikap yang bertolak belakang dengan retorika penuh konfrontasi dari pendahulunya George W. Bush.

Presiden ini tampaknya benar-benar mencari awal baru. Ia tidak hanya mencari dengan bantuan kutipan dari Al Quran yang ditempatkan dengan tepat dan puji-pujian bagi Islam. Pesan Obama sangat mudah dimengerti. Ia menghadapi 1,5 miyar warga muslim di dunia dengan rasa hormat. Ia secara serius bersedia untuk memperhatikan kepentingan dan sudut pandang warga Islam. Ia juga melihat dengan kritis negaranya sendiri. Tetapi ia juga dengan jelas mengatakan, apa yang diinginkannya sendiri, dan apa yang dituntutnya sebagai Presiden AS dari mitra dialognya.

Obama menuntut Israel untuk menerima pendirian negara Palestina yang berdaulat dan menghentikan politik pembangunan pemukiman Yahudi. Ia merumuskan tuntutannya dengan sangat jelas, sedangkan Bush sama sekali tidak mungkin diharap melakukan hal ini. Tetapi Obama juga menyatakan dengan sangat jelas apa yang dituntutnya dari Palestina dan dari Hamas. Yaitu pengakuan bagi hak eksistensi Israel dan penghentian sepenuhnya upaya untuk menyelesaikan konflik dengan kekerasan.

Ia juga tidak menyisakan keraguan, bahwa hubungan AS dengan Israel tetap memiliki kualitas yang istimewa, walaupun negaranya kini banyak melontarkan kritik terhadap Israel. Obama melihat inisiatif perdamaian Arab sebagai dasar perundingan yang sangat baik, tetapi itu bukan berarti hasil perundingan yang akan datang. Banyak pihak yang kemungkinan tidak senang mendengar hal ini. Tetapi itu dikatakan dengan jujur, dan begitu banyaknya kejujuran baik bagi Israel maupun dunia Islam dari seorang presiden AS sudah lama tidak dialami dunia.

Namun demikian orang sebenarnya masih mengharapkan kata-kata jelas dari Obama berkaitan dengan situasi hak asasi manusia di banyak negara Islam. Demikian halnya dengan kepentingan strategis dan ekonomi AS di negara-negara Islam, juga bagaimana caranya Obama akan menyerasikan kerjasama antara rejim-rejim otoriter dan idealisme kebebasan AS. Tetapi di banyak butir lainnya sikap Obama sangat jelas, dan ini menyenangkan banyak pihak. Pesan sederhana yang disampaikan Obama adalah: demokrasi bukanlah barang ekspor dari AS, melainkan hak dasar semua orang. Selain itu: AS bersedia belajar dari kesalahan-kesalahan yang lalu dalam politik luar negerinya. Tetapi AS tetap tidak akan pernah menerima terorisme, dan mencari langkah bersama untuk menghadapinya.

Itu adalah kata-kata yang menjadi jembatan. Yang kini harus diambil adalah tindakan nyata, dan bukan hanya dari pihak AS.


Rainer Sollich