1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk : Pidato Presiden di Hari Bersatunya Jerman Kembali

4 Oktober 2010

Christian Wulff memegang janjinya. Dalam pidato 30 menit memperingati hari bersatunya Jerman kembali, lebih sering terdengar tema integrasi dan migrasi dibandingkan presiden pendahulunya.

Presiden Jerman Christian WulffFoto: picture alliance/dpa

Penting bagi Presiden Christian Wulff untuk menempatkan tema tersebut sebagai fokus utamanya. Semenjak berminggu-minggu di Jerman terjadi perang kata-kata polemik tentang mereka yang disebut sebagai penolak integrasi. Jadi tentang mereka yang tinggal di Jerman tetapi tidak mau belajar bahasa Jerman, tidak mengakui konstitusi Jerman dan hanya bergantung pada tunjangan sosial negara itu. Demikian tuduhan yang ada. Wulff menyinggung masalah tersebut. Tetapi ia tidak lama berbicara tentang politik integrasi 'made in Deutschland' yang gagal. Ia hanya mengatakan, belajar bahasa Jerman adalah kewajiban bagi semua pendatang dan hukum Jerman berlaku bagi semua. Sejauh ini, semua yang dikatakannya hal biasa.

Inti pidatonya mengenai Islam cakupannya lebih luas : Kaum Kristen dan Yahudi termasuk bagian dari masa lalu dan masa kini Jerman. Demikian ujar Wulff. "Tetapi kini Islam juga bagian dari Jerman." Belum pernah ada sosok politik yang mengungkapkannya dengan begitu jelas. Sebaliknya, Wulff mengatakan, beberapa masalah lain yang ada bukanlah hal baru. Presiden Jerman ini mengkritik fantasi multi budaya yang hanya mewujudkan ilusi lebih banyak dibandingkan menyelesaikan masalah. Ini tamparan bagi partai Kiri. Dan : Jerman sudah lama menjadi negara tujuan para pendatang. Sebuah pengakuan yang belum sepenuhnya diterima oleh pihak konservatif negara ini.

Kini yang harus dinantikan adalah bagaimana dan seberapa cepat kah politik harian membahas isi dari pidato presiden, dimana usulan perbaikan secara praktis diminta untuk dilakukan. Seperti misalnya, tawaran kursus bahasa bagi seluruh keluarga. Apa gunanya jika siang hari Ali berbicara bahasa Jerman di sekolah, dan di sore hari ia hanya berbicara bahasa Turki dengan ibunya, karena hanya itu lah bahasa yang dikuasai ibunya. Atau : mata pelajaran Islam di sekolah-sekolah Jerman. Wulff menyetujuinya. Tetapi hanya dalam bahasa Jerman dan diajar oleh guru-guru Jerman.

Wulff dengan cerdik berhasil mengkaitkan tema pada hari itu, hari bersatunya Jerman, dengan tema masa jabatannya. Ia meminjam motto warga Jerman Timur dari tahun 1989. 'Wir sind ein Volk' - 'Kami satu rakyat', dan mengembangkan slogan tersebut. Ia mengatakan, arti dari kata 'rakyat' kini harus memiliki arti 'semua warga yang tinggal di Jerman'.

Konstitusi Jerman tidak menyisakan banyak ruang bagi kekuasaan politik sang presiden Jerman. Tetapi ia punya kekuatan menggunakan kata-kata, walau tidak terlalu sering. Jabatannya bertujuan untuk mempengaruhi iklim mentalitas republik. Karena itu pidato penting pertama Christian Wulff semakin berarti. Hari bersatunya kembali Jerman, apalagi yang ke 20, adalah jaminan memperoleh perhatian luas baginya dan pesan yang disampaikannya dan bahkan mungkin juga pengaruh. Jika menilik perdebatan integrasi hebat yang tengah terjadi, ia telah memanfaatkan kesempatan yang ada untuk setidaknya turut menentukan secara global arah politik Jerman.

Foto: DW

Volker Wagener / Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Dyan Kostermans

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait