1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Biden Nahost Israel

11 Maret 2010

Presiden AS Barack Obama mengutus wakilnya Joe Biden ke Timur Tengah untuk mengupayakan rangsangan baru bagi proses perdamaian Israel Palestina. Kunjungan itu dibayangi politik pemukiman Israel.

Gambar simbol: AS,, Palestina dan Israel

Kunjungan Wakil Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Israel dan wilayah otonomi Palestina disiapkan secara teliti dan menyeluruh oleh Washington, agar semakin mendekati dua sasaran pokok politik luar negeri Amerika di kawasan. Perundingan damai yang rentan antara kedua pihak bisa dilanjutkan kembali, kalau perlu dengan perundingan tidak langsung, di bawah mediasi AS. Washington juga ingin menegaskan jaminan keamanan bagi Israel, dan dengan begitu mengurangi bahaya serangan preventif Israel terhadap instalasi atom di Iran.

Presiden AS Obama, yang kurang menunjukkan simpati politik terhadap PM Israel Benyamin Netanyahu, mengutus wakilnya Joe Biden, salah satu politisi Amerika yang disukai di Israel, untuk menyelamatkan apa yang masih tersisa dari proses perdamaian Timur Tengah. Pada saat yang sama, di Israel, Biden harus menegaskan bahwa Washington akan tetap menempuh jalur diplomasi dalam membendung program nuklir Iran, tanpa ingin dikejutkan serangan udara Israel.

Berita dari Israel yang sampai ke presiden AS tidak menggembirakan ataupun membesarkan hati Gedung Putih. Pemerintahan Israel yang berhaluan kanan nasionalis sama sekali tidak menunjukkan kesan bisa dibujuk oleh Washington atau sekutu lain dalam politiknya menyangkut pembangunan pemukiman.

PM Netanyahu hanya menyesalkan pengumuman rencana pembangunan 1600 unit rumah di Yerusalem Timur yang bertepatan waktunya dengan kunjungan Biden, dan merusak citra Israel. Tapi isi pengumumannya sendiri tidak ia ingkari. Yang menjadi persoalan mungkin hanya waktu pengumumannya saja.

Setelah wakil presiden AS kembali ke negerinya dan masa menanggung malu selesai, pemerintah Israel harus memperhitungkan teguran keras verbal yang lazim dari Kementerian Luar Negeri di Washington. Namun kerusakan sudah terjadi. Sebelumnya, jarang ada perwakilan tinggi dari negara sekutu Israel yang dipermalukan sedemikian rupa oleh pemerintah Israel.

Di Ramallah, di samping Presiden Palestina Mahmud Abbas yang kecewa, wakil Obama menemukan kata-kata tajam yang tidak biasa bagi rencana terbaru pemukiman Israel. Toh hal itu, seperti yang sudah-sudah, tidak membawa hasil. Untuk membuat pernyataan bahwa pembangunan pemukiman baru akan merongrong kepercayaan, yang menurut Amerika justru kini harus dibangun, Joe Biden tidak harus jauh-jauh datang ke Timur Tengah.

Clemens Verenkotte

Editor: Renata Permadi