1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tajuk: Uni Eropa dan Konflik Timur Tengah

Asril Ridwan6 Januari 2009

Dalam menengahi konflik Timur Tengah sehubungan invasi tentara Israel di Jalur Gaza,dipertanyakan kebersamaan sikap Uni Eropa. Berikut komentar mengenainya.

Misi Penengah Uni Eropa bertemu Presiden Mesir Husni Mubarak(tengah) di Kairo.Foto: AP


Siapa sesungguhnya yang berbicara di Timur Tengah untuk Uni Eropa?.Apakah delegasi Uni Eropa yang dipimpin Menteri Luar Negeri Republik Ceko Karel Schwarzenberg, atau mantan ketua Dewan Uni Eropa, Presiden Perancis Nicolas Sarkozy, yang juga salah satu ketua dari Uni Laut Tengah. Secara resmi Uni Eropa memainkan peran yang menentukan. Dan delegasi yang dipimpin Schwarzenberg dan Sarkozy, tidak akan mencampurinya, melainkan untuk melengkapinya. Demikian diungkapkan secara resmi di Brüsel. Dengan nada yang datar, jurubicara komisi Uni Eropa, Amadeu Altafaj mengatakan , semua sumbangan dan usaha yang dilakukan diterima dengan senang hati. sejauh hal itu berisikan pesan bersama Uni Eropa kepada kelompok yang bertikai. Sebuah pernyataan yang bernuansa sangat resmi. Dalam kenyataannya, Uni Eropa meninggalkan gambaran perpecahan yang memalukan. Disatu pihak, kepemimpin Republik Ceko yang lemah di Dewan Uni Eropa, karena pertikaian didalam negerinya mengenai Eropa. Republik Ceko harus menjalankan tugas. Tapi tidak mampu dan tidak menginginkanya. Dipihak lain. terdapat seorang Presiden Perancis yang punya sikap percaya diri dan ambisius, serta menginginkan untuk dapat melanjutkan memimpin Dewan Uni Eropa. Ia mampu untuk itu. tapi tidak dipebolehkan. Yang paling repot lagi ,adalah posisi Menteri Luar Negeri Perancis Bernard Kouchner. Dalam misi ini, ia tidak termasuk kedalam tim Sarkozy. Melainkan bagian dari apa yang disebut " troika Uni Eropa", dibawah pimpinan Menteri Luar Negeri Republik Ceko, Karel Schwarzenberg. Ini mengundang sesuatu yang rawan, karena Kouchner dan Schwarzenberg, menyampaikan sikap yang sangat berbeda mengenai konflik Timur Tengah. Schwarzenberg,terutama melihat hak Israel untuk mempertahankan diri. Sementara Kouchner menyebut invasi militer Israel sebagai terlalu berlebihan. Jerman juga mengirim utusan khususnya sendiri ke kawasan Timur Tengah. Adalah sesuatu yang wajar bila setiap pihak berusaha melakukan sesuatu. Tapi bila Uni Eropa tidak menampilkan sikap bersama, bukanlah sesuatu yang mengherankan, bila usaha diplomasinya mengalami kegagalan. Apalagi. dengan melihat sikap pemerintah Israel, yang menyebut semua usaha penengahan Uni Eropa, sebagai tidak relevan. Meskipun demikian,terdapat peluang bagi Uni Eropa untuk memainkan peranannya yang konstruktiv. Amerika Serikat dibawah Presiden George W Bush mengalami kegagalan di Timur Tengah. Dan bakal Presiden Barack Obama, pertama-tama harus memfokuskan politik luar negerinya. Presiden Sarkozy menginginkan Uni Eropa menjadi aktor politik luar negeri, bersama Amerika Serikat. Juga dalam masalah Timur Tengah. Namun gara-gara penampilannya yang canggung, sebuah peluang kembali tertunda.(ar)