Berapa sebenarnya jumlah masjid di Jerman? Tak ada yang mengetahui secara pasti jawabannya. Hal yang aneh untuk Jerman, yang dikenal sebagai negara yang tekun mencatat statistik.
Iklan
Pasca peresmian masjid yang dibiayai pemerintah Turki di Köln, pertanyaan terkait rumah ibadah umat Muslim itu kerap jadi perbincangan hangat di Jerman. Pembangunan masjid bagi komunitas minoritas terbesar di Jerman tersebut dianggap sebagai upaya pemerintah Turki unjuk kekuasaan di Jerman.
Berapa banyak masjid atau asosiasi keagamaan Islam di Jerman, hanya bisa diperkirakan. Menurut pengamat Islam, Michael Blume, alasan hukum jadi penyebabnya. "Menurut konstitusi Jerman, asosiasi keagamanan tidak diwajibkan untuk melakukan pendaftaran,” ungkapnya sambil menambahkan, "Ini artinya: selama komunitas keagamaan atau asosiasi keagamaan bukan organisasi publik, maka tidak perlu didaftarkan.”
Masjid, sama seperti tempat ibadah lainnya
Itulah sebabnya, menurut Blume, tidak ada juga yang mengetahui berapa banyak vihara bagi umat Buddha di Jerman. Masjid di Jerman didaftarkan sesuai dengan hukum yang mengatur pembentukan asosiasi tersebut. Jadi terserah kepada mereka apakah berafilitasi dengan asosiasi payung masjid yang lebih besar atau independen.
Masjid Köln, Masjid Terbesar di Jerman
Masjid yang dibangun tahun 2009 ini tercatat sebagai masjid terbesar dan termegah di Jerman. Sempat menuai kontroversi, masjid Köln kini dianggap sebagai simbol integrasi dan simbol lahirnya arsitektur masjid Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Becker
Masjid terbesar di Jerman
Masjid Pusat Köln (Zentralmoschee Köln) yang berukuran 4500 meter kuadrat ini mampu menampung 1200 jamaah. Inilah yang membuat Masjid Köln dianggap sebagai masjid terbesar di Jerman. Masjid yang dibangun oleh organisasi muslim Turki DiTiB ini dilengkapi perpustakaan, tempat kursus, ruang seminar, pusat olah raga, kantor serta pertokoan.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Nuansa oritental yang modern
Layaknya Masjid Sultan Ahmed di Turki, masjid di Köln ini juga menghadirkan nuasana biru yang khas. Suasana modern terlihat lewat desain kaca-kaca yang menyatu di dinding. Kesan Islam yang modern juga tampak dari tulisan kaligrafi emas di masjid. Nama nabi penting di agama Yahudi dan Kristen turut ditoreh, diantaranya Abraham, Musa, Nuh dan Isa Almasih.
Foto: Picture alliance/dpa/M. Becker
Perjalanan panjang hingga tegak berdiri
20 tahun lamanya warga muslim Turki di Köln bermimpi mendirikan masjid yang mumpuni. Rencana ini baru mulai terealisasi tahun 2009, namun sempat tersendat tahun 2011 karena munculnya penolakan warga anti imigran. Jajak pendapat yang dilakukan surat kabar lokal mengungkap 63% warga sebenarnya mendukung pembangunan masjid, namun 27% diantaranya ingin ukuran masjid diperkecil.
Foto: picture-alliance/dpa
Tak lagi di pojok terpencil
Diperkirakan 4,7 juta umat Muslim, mayoritas berlatar belakang Turki, hidup di Jerman. Di Köln, kota berpenduduk sekitar 10 juta ini terdapat 70 masjid yang tersedia bagi sekitar 120 ribu umat Muslim. Biasanya masjid ini terletak di pojok terpencil. Namun berbeda halnya dengan Masjid Köln yang terletak di Ehrenfeld, sudut kota yang biasa dikenal sebagai salah satu pusat budaya di Köln.
Foto: Picture alliance/dpa/O. Berg
Donasi untuk Masjid
Biaya pembangunan masjid berkisar 30 juta Euro atau 450 miliar Rupiah. 2/3 diantaranya berasal dari sumbangan jamaah dan 884 organisasi Islam. Donasi juga datang dari Gereja Katolik St. Theodore yang khusus menggalang dana untuk membangun masjid ini.
Foto: picture alliance/dpa/Geisler
Paul Böhm, arsitek yang ciptakan integrasi
Paul Böhm adalah arsitek di balik Masjid Pusat Köln. Keluarga besarnya merupakan arsitek terkenal di Jerman. Ia dan ayahnya, Gottfired Böhm adalah ahli di bidang arsitekur gereja Katolik. Bagi dekan fakultas arsitektur TH Köln ini, Masjid Köln adalah karya terbaiknya sebab lewat karya arsitektur ini ia mampu menjawab tantangan integrasi di Jerman.
Foto: AP
Rumah ibadah yang transparan
"Terbuka" dan “terang“, secuil komentar yang mendeskripsikan masjid karya Paul Böhm itu. Bangunan masjid didesain transparan dengan menggunakan kaca yang menonjolkan pencahayaan natural. Namun, tak sekadar bentuk fisik, masjid ini juga membuka diri untuk dikunjungi warga yang berbeda agama. Tujuannya agar Masjid Köln dapat menjembatani komunikasi antar agama di Jerman.
Foto: Lichtblick Film GmbH/Raphael Beinder
Masjid "bergaya Jerman"
Masjid bermoto "Unsere Moschee für Kölle“ atau "Masjid Kita untuk Köln" ini dijuluki sebagai "Masjid Kölsch“, sebutan bagi dialek dan bir lokal. Desain masjid juga dianggap "sangat Jerman“ karena mampu menciptakan gebrakan di bidang arsitektur rumah ibadah yang .mengawinkan arsitektur masjid era Ottoman Turki dengan arsitektur bergaya romawi khas Eropa.
Foto: picture alliance / dpa
Menara yang menjulang di langit Cologne
Dua menara Masjid Köln sempat menjadi topik perdebatan karena dianggap akan merubah citra kota dan "membayang-bayangi" menara Katedral Köln. Gereja gotik tersebut diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia sehingga tata kota di sekitar katedral memang harus dijaga orisinalitasnya. Menara Masjid Köln dibangun setinggi 55 meter - atau 1/3 dari 157 meter ukuran puncak Katedral Köln.
Foto: picture alliance/dpa/H.Kaiser
Delapan syarat Masjid Köln
Kursus bahasa Jerman bagi jamaah menjadi satu dari delapan syarat berbasis integrasi yang diwajibkan agar Masjid Köln dapat dibangun. Para Imam juga harus mahir berbahasa Jerman, karena mereka dituntut untuk berkotbah dalam bahasa yang dimengerti semua pengunjung. Selain itu, persamaan perlakuan bagi perempuan dan laki-laki juga menjadi poin penting prasyarat tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
10 foto1 | 10
Berbeda halnya dengan gereja yang terdaftar dalam "Buku Tahunan" Badan Federal Statistik, seperti halnya juga komunitas Yahudi. Gereja dan jemaat Yahudi di Jerman memiliki perjanjian dengan negara yang diatur oleh hukum konstitusional .
2.500, 2.600, 2.700
Dewan Pusat Muslim di Jerman mengumumkan awal Oktober lalu bahwa ada sekitar 2.500 masjid di Jerman. Banyak dari rumah ibadah ini yang tersembunyi dari pojokan jalan. Sekitar 900 dapat dikenali secara gamblang sebagai masjid. Minimnya kepastian jumlah masjid karena Islam tidak mengenal bentuk organisasi yang hierarkis. Hanya beberapa orang saja bisa memutuskan untuk membangun tempat sembayang, seperti di Berlin dimana seorang pengacara feminis dapat mendirikan ‘masjid liberal‘ sendiri.
Menurut peneliti dari parlemen, Jerman adalah rumah bagi "setidaknya 2,350 hingga 2.750 masjid atau asosiasi Islam," yang ditujukan untuk sekitar 4,4 dan 4,7 juta "warga Muslim dari berbagai aliran, denominasi, kelompok etnis dan pandangan politik." Hanya sedikit - antara 15 dan 30 persen - Muslim yang tergabung dengan kongregasi atau asosiasi.
Menakar Keislaman Aliran Alevi
Hingga kini penganut aliran Alevi masih berpolemik ihwal identitas keislaman mereka. Sebagian mengklaim Alevi sebagai bagian Islam, yang lain menolak keras. Inilah potret kepercayaan sub kultur yang sering ditindas itu
Foto: Imago/Zuma Press/xDavidxI.xGrossx
Kelahiran Turki, Berakar di Islam
Alevi adalah keyakinan berpengikut terbesar kedua di Turki. Sekitar 15-25% penduduk memeluk ajaran yang terbentuk pada abad ke-13 di dataran Anatolia ini. Alevi banyak mengadopsi ajaran Syiah yang diiringi dengan sentuhan sufisme. Meski Alevi berarti pengikut Imam Ali, keyakinan ini berbeda dengan Syiah Alawiyah yang berakar di Arab.
Foto: AP
Pengikut Ali Ibn Abi Thalib
Alevi terutama mengagungkan salah satu khalifah Islam, Ali ibn Abi Thalib. Menurut teologi Alevi, Ali merupakan salah satu wali Allah S.W.T. Aliran ini juga menghormati empat kitab suci agama samawi. Berbeda dengan Islam pada umumnya, Al-Quran buat kaum Alevi bukan sumber hukum dan cendrung menginterpretasikan ayat-ayat Al-Quran dari sudut pandang mistik
Foto: gemeinfrei
Islam Atau Bukan?
Termasuk ke dalam salah satu bentuk ibadah kaum Alevi adalah tarian berputar serupa Sufisme yang disebut Semah. Mereka tidak menjalankan rukun Islam dan Iman. Sebab itu pula banyak pengikut Alevi yang menanggap keyakinannya tidak bisa digolongkan Islam. Namun begitu pemimpin revolusi Iran, Ayatollah Khomeini, menetapkan pada dekade 1970an bahwa Alevi merupakan bagian dari Islam Syiah.
Foto: Imago/Zuma Press/xDavidxI.xGrossx
Kesempurnaan Absolut
Tujuan keimanan menurut Alevi adalah pencerahan dan kesempurnaan dalam konteks Al-Insan al-Kamil. Kesempurnaan itu bisa dicapai dengan cara menaklukkan hawa nafsu, rasa cinta terhadap sesama, kesabaran, kesederhanaan dan nilai-nilai kebajikan lain yang digunakan pada kehidupan sehari-hari.
Foto: Imago/Zuma Press
Semua dan Sama
Perempuan dalam tradisi Alevi memiliki posisi setara dengan laki-laki. Ajaran ini juga melarang poligami dan menganggap semua umat agama sebagai saudara seiman. Sebab itu pula kaum Alevi menilai semua agama berada di jalan yang benar menuju Tuhan.
Foto: Imago/Zuma Press
Puasa Muharram
Alevi juga mewajibkan umatnya berpuasa. Tapi berbeda dengan Islam, kaum Alevi berpuasa selama 12 hari di bulan Muharram. Setelah masa puasa tersebut mereka merayakan hari Asyura yang dalam tradisinya menyaratkan setiap orang memasak dan membagi-bagikan makanan pada teman, tetangga dan saudara.
Foto: Imago/Zuma Press/xDavidxI.xGrossx
Keyakinan 12 Imam
Ajaran Alevi tidak mengenal ritual Sholat dan tidak memiliki ketetapan waktu untuk melakukan ibadah. Kebanyakan ritual ibadah Alevi juga berbeda dengan Islam Sunni atau Syiah. Namun Alevi juga meyakini 12 Imam yang diagungkan Syiah Imamiyah. Mereka terutama mengikuti ajaran Imam ke-enam, Ja'far As-Shadiq yang juga menjadi guru bagi dua pendiri Mazdhab Sunni, yakni Abu Hanifah dan Malik bin Anas.
Foto: AP
Tragedi Madimak
Adalah pembantaian di hotel Madimak di kota Sivas pada 1993 yang mengubah wajah Alevi. Saat itu 37 pengikut Alevi yang sedang menghadiri festival dibakar hidup-hidup di dalam hotel oleh pengikut Sunni di Turki. Untuk menghindari tragedi serupa terulang, sejak itu kaum Alevi tidak lagi bersembunyi, melainkan mulai aktif di ranah publik. Meski begitu pengikut Alevi sering menjadi korban presekusi
Foto: ADEM ALTAN/AFP/Getty Images
8 foto1 | 8
Kita tidak tahu persis berapa banyak warga Muslim yang ada, karena tidak tercatat, ungap Blume yang menerbitkan buku ‘Islam in Crisis‘ tahun 2017. "Kami tahu perhitungan kasar berapa jumlah orang berlatar belakang Muslim yang berasal dari negara-negara mayoritas Islam, tetapi sebagian dari angka itu – yang sekarang semakin banyak – mengaku: ‘Saya tidak religius sama sekali, saya sama sekali tidak ada urusan apapun dengan agama.‘ Ada juga yang mengatakan: ‘Ya, saya Muslim, tapi saya bukan anggota jamaah atau asosiasi tertentu.' Dan hanya sebagian kecil yang bergabung dengan asosiasi keagamaan, atau akhirnya masjid."
Terkoneksi secara internasional
Sebagian besar masjid baru di Jerman cenderung dibiayai dari luar negeri, misalnya Turki – mendapat biaya dari Organisasi Islam-Turki di Jerman, DITIB, yang mengklaim mewakili lebih dari 960 asosiasi independen resmi – atau dari Arab Saudi.
"Masalah terbesar dari kongkregasi Islam adalah mereka tidak memiliki cukup uang," kata Blume. "Karena sangat sedikit warga Muslim yang mengenali diri mereka sebagai anggota masjid tertentu."
Suatu hal yang mungkin untuk mengumpulkan sumbangan membangun masjid kecil, ungkap Blume, namun tidak ada kepastian mengenai cara mencari dana untuk para imam. "Dan itulah mengapa Turki begitu kuat," dalam komunitas Muslim Jerman, kata Blume, karena bisa membayar para imam.
Tak lama lagi, Konfrensi Islam Jerman akan bertemu untuk pertama kalinya sejak dipilih tahun 2017 lalu. Data statistik akan menjadi salah satu topik pembahasan.
Masjid, Gereja dan Sinagoga Dalam Bidikan Lensa Ola Kolehmainen