1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialEropa

Tak Hanya Belo, Kasus Pelecehan di Lingkungan Gereja Terkuak

5 Oktober 2022

Seorang uskup asal Timor Leste yang juga peraih Nobel Perdamaian, tengah diselidiki Vatikan setelah dituduh melecehkan secara seksual sejumlah anak laki-laki. Tindak pelecehan itu dilaporkan terjadi tahun 1990-an silam.

Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo
Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo menunjukkan sertifikat dan medali setelah meraih Nobel Perdamaian di Oslo pada 10 Desember 1996Foto: Bjoern Sigurdsoen/AP/picture alliance

Kasus demi kasus terus terungkap ketika pihak berwenang berusaha menjelaskan mengapa perlindungan diberikan kepada Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo, 74 tahun, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1996 bersama Jose Ramos-Horta itu, yang kini berada di pusaran tuduhan pelecehan seksual.

Para pemimpin senior Katolik meminta maaf atas luka yang disebabkan oleh dugaan pelecehan yang disembunyikan selama beberapa dekade. Uskup Agung Lisbon memohon umat untuk tidak kehilangan kepercayaan pada gereja.

"Percayalah bahwa untuk bagian kami, kami akan melakukan yang terbaik, sehubungan dengan hukum dan Injil,” kata Uskup Agung Manuel Clemente setelah Misa Minggu (03/10).

Sementara itu, kantor jaksa agung Portugal mengonfirmasi kepada The Associated Press pada hari Senin (03/10) bahwa Kepala Konferensi Wali Gereja Portugal, Uskup José Ornelas, sedang diselidiki atas dugaan menutupi para imam pelaku pelecehan di Mozambik.

Ornelas telah membantah melakukan kesalahan dan berjanji untuk bekerja sama dengan penyelidikan apa pun. Tetapi penyelidikan yang sedang dilakukan itu, menambah tekanan pada otoritas gereja Portugal. Ornelas terbang ke Italia pada akhir pekan lalu untuk bertemu secara pribadi dengan Paus Fransiskus. Namun, Vatikan tidak memberikan rincian tentang pertemuan tersebut.

Kasus Belo diungkap majalah Belanda

Saat ini Vatikan sedang melakukan penyelidikan terhadap Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo terkait tuduhan pelecehan seksual sejumlah anak laki-laki. Tindak pelecehan itu dilaporkan terjadi saat perjuangan kemerdekaan Timor Leste tahun 1990-an silam.

Pengakuan Vatikan diungkapkan sehari setelah sebuah majalah Belanda, De Groene Amsterdammer, mengungkap klaim terhadap uskup yang pernah menjadi Kepala Gereja Katolik Roma di Timor Leste (atau yang dulu disebut Timor Timur) itu, dengan mengutip dua orang yang diduga sebagai korban Belo.

Juru bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan, kantor Vatikan yang menangani kasus pelecehan seksual menerima tuduhan "tentang perilaku uskup" pada  tahun 2019 lalu dan mengkonfirmasi bahwa Uskup Belo telah berada di bawah sanksi disiplin selama dua tahun terakhir, termasuk pembatasan pergerakan Belo dan pelaksanaan pelayanannya, serta melarangnya melakukan kontak sukarela dengan anak di bawah umur.

Kedutaan Besar Timor Leste di Lisbon tidak segera menanggapi permintaan komentar pada hari Senin (03/10).

Pensiun sejak 20 tahun lalu

Belo mengatakan bahwa dia pensiun pada tahun 2002 karena alasan kesehatan dan untuk memberikan kepemimpinan gereja yang berbeda kepada Timor Lorosa'e yang baru merdeka. Namun, dalam waktu satu tahun setelah pensiun, Belo telah dikirim oleh Vatikan dan Salesian ke Mozambik untuk bekerja sebagai imam misionaris. Portugal mempertahankan hubungan dekat dengan negara Afrika.

Di sana, kata Belo, dia menghabiskan waktunya "mengajar katekismus kepada anak-anak, memberikan retret kepada kaum muda.”

PBB dan para advokat untuk para korban telah meminta Paus Fransiskus mengizinkan penyelidikan atas keadaan seputar pensiunnya Belo pada tahun 2002, ketika usianya 20 tahun di bawah usia pensiun normal, dan alasan mengapa dia dikirim ke Mozambik.

Pro kontra atas perilaku Belo

Berita tentang perilaku Belo mengirimkan gelombang kejut di Timor Leste, yang mayoritas warganya penganut Katolik, di mana ia dihormati dan dianggap sebagai pahlawan karena berjuang untuk memenangkan kemerdekaan Timor Timur dari pemerintahan Indonesia.

"Kami di sini juga terkejut mendengar berita ini,” kata seorang pejabat di Keuskupan Agung Dili di Timor Timur, yang berbicara kepada The Associated Press dengan syarat anonim.

Warga yang lainnya mengatakan, mereka akan mendukung Belo atas kontribusinya bagi negara dan perjuangannya untuk kemerdekaan.

"Kami menerima dan tunduk pada setiap keputusan yang dikeluarkan oleh Vatikan mengenai tuduhan terhadap Uskup Carlos Ximenes Belo, apakah itu benar atau salah,” kata Gregoriu Saldanha, yang memimpin Komite 12 November, sebuah organisasi pemuda yang didirikan setelah pembantaian di Santa Cruz selama pendudukan Indonesia di Timor Timur.

Pada konferensi pers di Dili Saldahnay mengatakan, "kami akan tetap berdiri bersama Uskup Belo, karena kami menyadari, sebagai manusia, Belo memiliki kelemahan atau kesalahan seperti orang lain. Jika dia melakukan kesalahan, itu kesalahan pribadinya, tidak ada hubungannya dengan agama.”

ha/as (AP)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait