Pesatnya bisnis ganja dalam beberapa tahun terakhir terbukti memabukkan banyak investor. Namun kini neraca perdagangannya buruk dan harga sahamnya pun anjlok.
Iklan
Dulu, mereka yang berinvestasi dalam stok ganja merasa seperti penambang emas. Tahun 2013, jika Anda menanamkan modal sekitar 1.000 dolar Kanada (setara Rp 10.622.000) ke perusahaan produsen ganja terbesar dunia Canopy Growth, yang saat itu relatif tidak dikenal, mungkin Anda hari ini akan menjadi $ 2,2 juta (hampir Rp 31 miliar) lebih kaya.
Ketika itu banyak analis meyakini bahwa sesuatu yang besar akan terjadi. Beberapa orang juga memperkirakan bisnis ganja akan tumbuh hingga $ 200 miliar hingga dekade berikutnya. Tetapi kenyataan berkata lain. Pada Oktober 2019, pasar telah kehilangan nilai setidaknya $ 35 miliar sejak Maret dan salah satu perusahaan ganja, Aurora Cannabis, mengalami kerugian yang telak. Saham produsen Kanada itu telah anjlok 60% selama beberapa bulan terakhir. Keuntungan tahun lalu, di mana beberapa saham naik 400% dalam sebulan, sekarang hanya tinggal kenangan.
Transisi 'brutal dan cepat'
Pada November 2019, Canopy Growth kembali gagal memenuhi harapan di kuartal kedua fiskal. Beberapa analis Wall Street menyebut kerugiannya hampir mencapai 375 juta dolar Kanada.
Pesaingnya, Tilray dan MedMen, bermain sedikit lebih baik, tetapi tidak banyak. Kedua perusahaan masing-masing kehilangan $ 50 dan $ 25 juta selama tiga bulan terakhir.
Euforia penggemar ganja sebenarnya dibayangi masalah seputar persetujuan, karena tanaman ini masih diperlakukan sebagai obat ilegal dan penggunaannya terbatas di beberapa wilayah. Hanya seperlima dari semua negara bagian Amerika, misalnya, memungkinkan penggunaan ganja sebagai kegiatan rekreasi dan tidak untuk keperluan medis. Di Pantai Timur AS, New York, New Jersey, dan Connecticut masih berada di persimpangan jalan. Di ketiga negara bagian tersebut, undang-undang yang mengizinkan konsumsi ganja secara nonmedis sejauh ini telah ditolak.
Harga tinggi mendorong terciptanya pasar gelap
Pajak yang tinggi tidak mendukung penjualan ganja legal. Beberapa negara bagian mengenakan tarif 45%. Banyak konsumen tidak mampu atau tidak ingin membayar harga yang terlalu tinggi, sehingga pasar gelap tetap ada. "Mengapa seseorang menghabiskan $ 20 untuk ganja padahal kamu bisa mendapatkan yang sama di jalan seharga $ 2?" kata Alan Valdes, mitra senior di bank investasi Silverbear Capital.
Keberhasilan perdana industri ganja
Industri ini dipimpin oleh Canopy Growth, yang sekarang ingin melakukan inovasi dengan menggaet rapper asal Kanada, Drake dalam menghasilkan aneka ragam produk ganja, seperti permen ganja yang akan diproduksi di pabrik tua milik cokelat Hershey, dan minuman ganja yang juga masuk dalam perencanaan.
Investor Valdes yakin dibutuhkan beberapa bulan sebelum pasar saham ganja berpeluang bangkit kembali atau rebound. Industri ganja diperkirakan kembali tumbuh usai pemilu AS tahun depan, asalkan Donald Trump memenangkan pertarungan dan untuk kedua kalinya menjabat Presiden AS. "Tetap saja, Trump adalah pebisnis," kata Valdes. "Jika dia bisa mengenakan pajak pada ganja, dia akan melakukannya." (Sabrina Kessler) ha/hp
Tujuh Fakta Penting Tentang Konsumsi Ganja di Jerman
Konsumsi ganja di Jerman tidak dilarang. Yang dilarang adalah pembudidayaan, perdagangan dan penyebarannya. Tapi debat tentang legalisasi ganja (cannabis) secara umum sudah berlangsung lama.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Pedersen
Konsumsi ganja tidak dilarang, tapi pembudidayaan dan perdagangannya dilarang.
Menurut UU tahun 2017, Dinas Pengawasan Obat dan Produk media BfArM (Bundesinstitut für Arzneimittel und Medizinprodukte) bertugas membangun "jaringan agen" yang akan mengatur dan melaksanakan pembudidayaan dan pengolahan ganja menjadi bahan medis. Selama jaringan itu belum ada, kebutuhan ganja harus didatangkan dan dibeli dari luar negeri.
Foto: Getty images/AFP/J. Juinen
Siapa yang boleh membeli atau mendapat ganja?
Sejak UU baru dari tahun 2017, ganja boleh diberikan kepada penderita sakit kronis untuk kepentingan medis. Namun UU itu tidak merinci, penyakit apa saja yang dimaksud. Hanya disebutkan bahwa seorang dokter dapat memberikan resep untuk terapi dengan ganja. Sebelumnya, ganja juga diijinkan untuk kepentingan pengobatan, tetapi hanya untuk kalangan yang sangat kecil, sekitar 1000 orang.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Tuntutan legalisasi
Namun sejak lama sudah ada tuntutan agar ganja dijual secara legal untuk umum, seperti misalnya di Belanda. Demonstrasi itu paling sering digelar di ibukota Jerman, Berlin. Kalangan yang menuntut legalisasi antara lain berargumen, pelarangan perdagangan ganja hanya menimbulkan dampak negatif, seperti perdagangan gelap ganja dan prostitusi ilegal.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Jensen
Banyak dokter masih ragu
Hingga kini, penggunaan ganja sebagai terapi untuk penderita rasa sakit kronis masih sangat terbatas. Banyak pengelola asuransi kesehatan yang juga masih menolak membayar terapi dengan cannabis. Karena pasokannya sering tidak menutupi kebutuhan, banyak pasien ganja yang terpaksa membeli obatnya secara ilegal.
Foto: DW/S. Müller-Plotnikow
Kapan ganja dilegalisasi secara umum?
Hingga kini, belum ada prakarsa untuk melegalisasi pembudidayaan dan perdagangan ganja di tingkat federal. Negara Bagian Nordrhein-Westfalen pernah punya rencana mengizinkan penjualan ganja untuk kebutuhan rekreasi. Tapi sampai sekarang, hal itu belum terwujud. Bibit tanaman ganja (foto) hanya boleh dibeli dengan ijin khusus.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Bein
Kepemilikan ganja diijinkan secara terbatas
Setiap 16 negara bagian di Jerman punya aturan berbeda. Ganja boleh dimiliki untuk kepentingan rekreasi, tetapi berapa banyak ganja yang boleh dimiliki seseorang? Di Berlin, memiliki 15 gram ganja dianggap masih wajar. Di negara-negara bagian lain, kepemilikan "untuk kepentingan sendiri" dibatas hanya 3 sampai 5 gram.
Foto: Getty images/AFP/J. Juinen
Berapa luas konsumsi ganja di Jerman?
Menurut data statistik Eropa, Eurostat (2015), sekitar 18 persen lelaki dan 10 persen perempuan Jerman pada usia 15 sampai 24 tahun mengkonsumsi ganja secara berkala. Sedangkan data World Drug Report dari tahun 2011 menyebutkan 4,8 persen penduduk Jerman antara usia 18 sampai 64 tahun mengaku mengkonsumsi ganja setidaknya satu kali dalam tahun terakhir.