Apakah pernikahan sekedar menghindari zina dalam memenuhi hasrat seksual semata? Berikut pandangan Nong Darol Mahmada terhadap fenomena pernikahan dini.
Iklan
Masih ingat dengan pernikahan anak lelaki Ustadz Arifin Ilham yang masih berusia 17 tahun? Hampir semua media, khususnya media Islam, menulis tentang pernikahan ini dan dipuja-puji karena berani memutuskan menikah di usia muda. Alasannya selalu serupa: daripada pacaran berlama-lama dan berzina maka lebih baik menikah muda. Kampanye menikah muda, lewat meme yang menarik dan lucu, juga gencar dilakukan lewat media sosial oleh organisasi Islam yang mengusung khilafah dan sejenisnya.
Memang salah satu penyebab pernikahan muda adalah karena pemahaman keagamaan yang mentabukan diskusi tentang seksualitas dan ketakutan akan zina. Dalam konteks di Indonesia yang terbanyak karena faktor kemiskinan seperti kasus pernikahan antara Syekh Puji dengan perempuan usia 12 tahun, Lutviana Ulfah. Lutviana yang masih belia seperti “dijual” kepada Syekh Puji yang kaya untuk menjadi tulang punggung ekonomi keluarganya yang miskin.
Ada banyak kasus pernikahan muda yang terjadi khususnya karena kemiskinan, pemahaman keagamaan dan rendahnya pendidikan, dan dua kasus di atas bisa mewakili apa yang terjadi di lapangan. Penyebab pernikahan anak tidak bisa dilepaskan dari tiga hal:
(1) kemiskinan dan akses buruk atas pendidikan;
(2) naiknya fundamentalisme agama yang membuat tabunya diskusi seksualitas serta takut akan zina; dan..
Kondisi pernikahan anak di Indonesia memang mengkhawatirkan. Data Susenas 2012 menunjukkan sekitar 11,13% anak perempuan menikah pada usia 10-15 tahun dan sekitar 32,10 % menikah pada usia 16-18 tahun.
Pernikahan Anak di Asia
Pernikahan anak mewabah di Asia Selatan kendati dinyatakan ilegal oleh Undang-undang. Kemiskinan dan permusuhan antara suku sering menjadi alasan. Beberapa bocah yang dipaksa menikah bahkan belum mencapai usia lima tahun
Foto: picture-alliance/Pacific Press/M. Asad
Lari di Tahun Kelima
Bas Gul yang berusia 17 tahun bernasib muram. Saat usia 11 tahun ia dipaksa menikah dengan bocah berusia lima tahun. Di tahun kelima Bas Gul melarikan diri dan sejak itu bersembunyi di tempat penampungan khusus perempuan di Bamiyan, Afghanistan. Situasi perempuan di Hindukush dipersulit dengan budaya lokal yang cendrung diskriminatif terhadap kaum hawa.
Foto: Getty Images/P. Bronstein
Pengantin Balita
Seorang remaja berusia 16 tahun (ki) menuggu upacara pernikahan dengan bocah perempuan yang jauh lebih muda (ka) di India. Keduanya dinikahkan secara massal bersamaan dengan perkawinan 140 bocah lain yang berusia antara empat hingga 17 tahun. Orangtua dan lingkungan sosial berperan besar dalam budaya pernikahan anak di India.
Foto: Getty Images/AFP
Pernikahan Antar Klan di Pakistan
Pernikahan anak di Pakistan terutama dipraktekkan di wilayah kesukuan. Kebudayaan setempat mengenal tradisi pernikahan antara klan atau suku yang sering melibatkan anak di bawah umur. Menurut Institute for Social Justice, sebuah LSM di Pakistan, dalam banyak kasus pernikahan di bawah umur didorong oleh himpitan kemiskinan.
Foto: picture-alliance/R. Harding
Korban Permusuhan Keluarga
Dalam beberapa kasus kepolisian berhasil mencegah terjadinya pernikahan anak, seperti di Pakistan. Aparat keamanan lokal kemudian menahan ayah kedua calon mempelai. Kejaksaan menyeret mereka dengan dakwaan berupaya menikahkan bocah perempuan berusia empat tahun dengan bocah laki-laki berusia tujuh tahun. Pernikahan ini dimaksudkan untuk mengakhiri pertengkaran antara keluarga.
Foto: Getty Images/AFP/R. Tabassum
Tradisi Mengalahkan Konstitusi
Mamta Bai yang berusia 12 tahun, baru menuntaskan upacara pernikahan dengan bocah berusia 14 tahun, Bablu di Bhopal, India. Sejatinya pemerintah India telah melarang pernikahan anak. Namun Undang-undang belum mampu mengubah tradisi yang telah mengakar selama ratusan tahun.
Foto: picture-alliance/AP Photo/P. Hatvalne
Nikah Paksa di India
Sharadha Prasad (Ki) dan pengantin perempuannya Kumla Baiof (ka) ikut serta dalam upacara pernikahan massal untuk 50 remaja di bawah 18 tahun. Parlemen India sejak 2006 telah menelurkan Undang-undang yang melarang pernikahan di bawah umur. Tapi organisasi HAM mengeluhkan, ribuan bocah, beberapa dikabarkan berusia di bawah lima tahun, tetap dinikahkan secara paksa setiap tahunnya.
Foto: Getty Images/AFP/Str
Wabah di Bangladesh
Bangladesh termasuk memiliki tingkat pernikahan anak tertinggi di dunia. Sepertiga perempuan Bangladesh mengaku menikah sebelum berusia 15 tahun. Kendati dilarang Undang-undang, orangtua mempelai bisa menyuap aparat negara untuk mengeluarkan sertifikat nikah. "Pernikahan anak sedang mewabah di Bangladesh," kata Heather Barr, peneliti untuk Human Rights Watch di Bangladesh.
Foto: picture-alliance/Pacific Press/M. Asad
7 foto1 | 7
Kalau kita tilik hukum pernikahan di Indonesia memang masih diskriminatif dan berpotensi menjadi faktor terjadinya pernikahan dan kekerasan terhadap anak perempuan. Keadaan ini tentu saja akan berujung pada terhambatnya akses anak perempuan terhadap hak-hak dasar mereka, seperti pendidikan dan kesehatan. Dalam UU Pernikahan No.1 Tahun 1974, pasal 7 ayat 1 termaktub bahwa pernikahan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun dan pihak perempuan sudah mencapai usia 16 tahun.
Praktik pernikahan anak harus dihentikan karena selain membatasi potensi anak juga berakibat pada tingginya angka kematian ibu di Indonesia yang mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan 48/1000 kelahiran untuk jumlah kelahiran di usia 15-19 tahun (SDKI, 2012 dalam Candraningrum, Jurnal Perempuan Vol.88, Februari 2016). Dalam kasus di Jawa Barat misalnya, rata-rata anak-anak yang menjadi pengantin anak berusia 14-18 tahun baik di pihak anak laki-laki maupun perempuan. Inilah yang mendasari diajukannya judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK) terhadap batas umur pernikahan.
Pesta Mewah Tak Jamin Kelanggengan Rumah Tangga
Pesta pernikahan paling indah, mewah dan berlebihan hanya bisa ditemukan pada keluarga kerajaan dan selebriti. Ironisnya, ini bukan jaminan janji seumur hidup yang diberikan benar-benar ditepati.
Foto: Getty Images/AFP
Elizabeth & Philip
Ratu Inggris Elizabeth II sudah jatuh cinta pada Philip (ketika itu Pangeran Yunani dan Denmark) sejak berusia 13 tahun. Ketika pertunangan resmi, banyak orang mengkritik karena sang pangeran miskin, dan saudara-saudaranya punya hubungan dengan Jerman yang baru saja menyebabkan Perang Dunia II. 1947 ini jadi peristiwa paling geger di televisi.
Foto: Imago/ZUMA/Keystone
Diana & Charles
Untuk foto pernikahan memang orang harus tersenyum bahagia. 750 juta orang di seluruh dunia melihat upacara pernikahan 29 Juli 1982 di televisi. Di penampilan cantik ada keputusasaan. Bagi Diana ini hari terburuk hidupnya, karena Pangeran Charles mencintai perempuan lain. Walaupun diberkati dengan dua putera, mereka semakin tidak bahagia dan akhirnya berpisah tahun 1992.
Foto: imago/United Archives International
Kate & William
Bertahun-tahun setelah kandasnya rumah tangga Diana dan Charles, kembali terdengar berita menggembirakan dari istana kerajaan Inggris. Sejauh ini Pangeran William dan Kate tampak sebagai pasangan kerajaan tanpa skandal. Tahun 2011 mereka menikah. Masyarakat umum suka dengan pasangan ini, serta anak mereka George dan Charlotte.
Foto: dapd
Silvia & Carl Gustav
Saat Olimpiade 1972 Silvia Sommerlath yang tidak berdarah biru berkenalan dengan pangeran pewaris tahta Swedia. Keduanye menikah Juni 1976. Berkaitan dengan peristiwa itu, grup musik pop asal Swedia ABBA menciptakan lagu hit "Dancing Queen". Itu peristiwa mengharukan bagi warga Jerman, karena Silvia orang Jerman. Tapi rumah tangga mereka tidak berjalan mulus.
Foto: AFP/Getty Images
Victoria & Daniel
Tak berdarah biru, ibunya jadi Ratu Swedia. Kini Putri Victoria bersuami pria yang bukan dari keluarga kerajaan. 2010 Victoria menikahi pelatih fitnessnya Daniel Westling. Walaupun Raja Carl Gustav awalnya tidak suka, dan rakyat Swedia skeptis, pangeran baru itu sekarang jadi pria kesayangan keluarga kerajaan.
Foto: Getty Images/T. Laursen
Gracia & Rainier
Dari bintang film kenamaan AS Grace Kelly, April 1956 ia menjadi bangsawan Gracia Patricia dari Monako. Upacara pernikahan mereka ditonton 30 juta orang. Setelah upacara mewah itu, ia tidak jadi bintang film lagi, melainkan hanya ibu dan istri. Rumah tangga mereka tidak bahagia, tapi Grace tetap setia, dan mereka mendapat tiga anak. 1982 Grace Kelly meninggal dalam kecelakaan lalu lintas.
Foto: -/AFP/Getty Images
Charlene & Albert
Bangsawan Albert dari Monaco adalah putra satu-satunya Gracia dan Rainier. 2011 ia menikah dengan perenang Charlene Wittstock yang berusia 20 tahun lebih muda. Charlene juga tidak berdarah biru! Pada hari pernikahannya, Charlene mengenakan baju pengantin karya Armani. Sejumlah selebriti berdatangan, dan seluruh Monaco senang. Pernikahan mereka tampaknya bahagia. Foto: Charlene bersama ayahnya.
Foto: Getty Images
Nicky & James
Nicky Hilton adalah pewaris kaya raya pemilik hotel Hilton. 2015 ia menikah dengan multi milyuner James Rothschild asal Inggris. Karena keduanya kaya raya, pestanya juga sangat mewah. Gaun pengantin Nicky dirancang Valentino, harganya sekitar 78.000 Dolar. Lokasi pesta adalah ruang istana kerajaan Inggris Kensington, yang jadi tempat bermukim Pangeran William dan Kate.
Pemain baseball Joe DiMaggio menikahi Marilyn Monroe tahun 1954. Marylin adalah istri idamannya. Pernikahan hanya berlangsung singkat, penuh guncangan dan rasa cemburu Joe yang kuat. Walaupun akhirnya berpisah, ia tetap mencintai Marilyn. Ketika Marilyn meninggal tahun 962, Joe mengurus penguburannya.
Foto: Getty Images/AFP
Letizia & Felipe
Ini pernikahan yang jadi perhatian di tahun 2004. Putra mahkota Spanyol menikah dengan moderator TV Letizia. Ini jadi skandal. Letizia sudah pernah menikah! Tapi pasangan itu tidak peduli. Letizia dan Felipe punya dua anak perempuan. Setelah mertuanya, Raja Juan Carlos menyerahkan tahta ke suaminya, Letizia akan jadi ratu. Menurut kalangan dekat, mereka bahagia.
Foto: picture alliance/AP Photo
Amal & George
2014 pengacara dan bintang film itu menikah di Venesia. Mereka pasangan serasi, dan dalam waktu dekat akan mendapat anak kembar. Kicauan terakhir tentang mereka sempat membuat guncang dunia selebriti. Amal mengusir George dari kamar tidur mereka, hanya karena George mengorok sangat keras. Penulis: Silke Wünsch (ml/ap)
Foto: Reuters/Alessandro Bianchi
11 foto1 | 11
Negara abai melindungi anak perempuan
Namun sayangnya putusan Judicial Review MK No 30-74/PUU-XII/2014 menolak menaikkan usia pernikahan di Indonesia. Hal ini menjadi bukti bahwa negara abai melindungi anak perempuan. Padahal keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) ini bertentangan dengan UU No.35 tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, terutama pada pasal 26 ayat 1(c) yang menyebutkan bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah terjadinya perkawinan pada usia anak-anak. Definisi anak-anak menurut pasal 1 UU Perlindungan anak adalah usia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Selain itu, ditolaknya JR ini menjadi ironi di tengah seruan dunia untuk mengakhiri pernikahan anak. Hal ini mengacu pada data yang dikeluarkan Council of Foreign Relations yang menyebut Indonesia merupakan salah satu dari sepuluh negara di dunia dengan angka tertinggi pengantin anak. Di kawasan ASEAN, Indonesia berada di posisi kedua setelah Kamboja.
Sisi Gelap Sunat Perempuan di Indonesia
Apakah masih terjadi sunat perempuan di lingkungan Anda? Atau Anda sendiri mengalaminya? Indonesia merupakan negara ketiga terbanyak di dunia yang melaksanakan praktik sunat perempuan. Dampaknya bisa amat fatal.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Indonesia terbanyak ketiga
Dari sekitar 200 juta perempuan dan bocah perempuan di dunia yang disunat, lebih dari separuhnya berasal dari hanya tiga negara: Mesir, Ethiopia dan Indonesia.
Foto: picture-alliance/dpa/Unicef/Holt
Di bawah umur
Data UNICEF memaparkan, dari 200 juta perempuan di dunia yang disunat, sekitar 44 juta anak perempuan. Mereka yang disunat di bawah usia 14 tahun, terbanyak di tiga negara ini: Gambia, Mauritania dan Indonesia. Hampir separuh anak perempuan di Indonesia mengalami sunat perempuan.
Berbagai alasan
Praktik sunat perempuan di Indonesia masih tetap terjadi. Ada berbagai alasan dilakukan sunat, di antaranya: tradisi, agama, kebersihan, sampai menghindari penyakit, menghilangkan kepekaan seksual saat dewasa, dll.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Tak ada manfaat
Dr. Artha Budi Susila Duarsa dari lembaga Studi Kependudukan dan Gender Universitas Yarsi menyebutkan, khitan bagi perempuan tak ada manfaatnya. Sebaliknya, karena dilakukan di area sensitif, malah bisa menimbulkan bahaya, seperti kematian, misalnya. Demikian dikutip dari kompas.com,
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Aturan pemerintah
Tahun 2010/2011, Menteri Kesehatan pun mengeluarkan aturan yang mengharuskan sunat perempuan hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tahun 2013, Kementerian Kesehatan melarang sunat perempuan. Tapi pada kenyataannya praktik sunat perempuan masih tetap berlangsung di masyarakat.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Bisa berakibat fatal
Sunat pada perempuan dapat menyebabkan sejumlah masalah fisik dan psikologis.WHO menyatakan, dalam beberapa kasus, perempuan meninggal kehabisan darah, pembengkakan, kena bakteri, sakit saat haid, sakit saat seks, infeksi saluran kemih, bahkan kematian. Tahun 2013, di Mesir, seorang bocah perempuan meninggal dunia usai disunat.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Berbagai jenis sunat perempuan
World Health Organization (WHO) membagi sunat perempuan dalam 4 jenis: 1. Memotong seluruh klitoris, 2. Memotong sebagian klitoris, 3. Menjahit atau menyempitkan mulut vagina, 4. Menindik/menggores jaringan di sekitar lubang vagina.
Salah satu bentuk kekerasan seksual
Para aktivis perempuan menentang praktik sunat perempuan yang dianggap melukai korban secara fisik dan mental. Komnas Perempuan mengidentifikasi sunat perempuan sebagai bentuk kekerasan seksual terhadap perempuan.
Foto: Reuters/S. Modola
8 foto1 | 8
Di Indonesia, Jawa Barat menyumbang angka tertinggi pengantin anak. Tentu saja hal ini semakin berkelindan dengan posisi Jawa Barat dan Kalimantan Barat sebagai provinsi yang memiliki angka tinggi untuk perdagangan manusia. Keadaan ekonomi global saat ini dengan adanya kompetisi ketat di segala aspek, akan memicu kemiskinan pada mereka yang tak siap, hingga menggerakkan orang melakukan apa saja untuk bertahan hidup. Di kawasan ASEAN, pernikahan menjadi salah satu kamuflase terhadap prostitusi dan perdagangan anak (Plambech, 2010; Lainez, 2010).
Pertanyaannya kemudian, apa yang mesti dilakukan untuk mencegah makin meningkatnya pernikahan anak ini setelah ditolaknya JR? Sebenarnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) bisa menjadi garda terdepan untuk mencegah meningkatnya pernikahan anak. Itu sesuai dengan tugas utamanya melidungi anak Indonesia. Namun sayang sekali ketika kalangan organisasi kemasyarakatan mengajukan judicial review ke MK untuk menaikkan usia pernikahan sesuai UU Perlindungan anak pun KPAI sama sekali tidak mendukung.
Namun kita tetap optimistis, meski di tingkat JR MK gagal dan KPAI kurang memperhatikan persoalan pernikahan anak ini, kita melihat di daerah-daerah ada upaya untuk mencegahnya, yaitu dengan membuat kebijakan melalui Peraturan Daerah (Perda). Ini misalnya terjadi di kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta melalui Peraturan Bupati (Perbub) Gunung Kidul No.36 Tahun 2015 tentang Pencegahan Perkawinan Usia Anak yang didasarkan pada fakta bahwa pernikahan anak mengalami peningkatan drastis pada tahun-tahun sebelumnya. Hal yang sama juga terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat melalui Surat Edaran Gubernur No.150/1138/Kum tentang Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang merekomendasikan usia perkawinan untuk laki-laki dan perempuan minimal 21 tahun (www.ntbprov.go.id, 2015).
10 Hal Hasil Didikan Ibu Tangguh
Banyak orang bilang, menjadi perempuan itu tidak mudah dan banyak tuntutan. Namun ada pengalaman dan pelajaran yang dapat dipetik oleh anak-anak perempuan yang dibesarkan oleh seorang ibu yang bermental tangguh.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online
Belajar Mandiri
Tidak perlu seorang pria untuk menjaga Anda. Anda mampu menjalani kehidupan penuh makna dan bahagia, dengan ataupun tanpa pendamping. Anda dapat mengurus rumah, atau membesarkan anak sekaligus memiliki karir yang berkembang.
Foto: Fotolia/WavebreakmediaMicro
Belajar Mencintai Tanpa Syarat
Anda belajar arti cinta tanpa syarat. Ibu mengorbankan waktu, kesehatan dan kesenangan demi Anda dan keluarga, tanpa mengeluh. Dia dengan senang hati memberikan lebih daripada untuk dirinya sendiri. Dia mengajarkan Anda: cinta tanpa pamrih dan tanpa syarat.
Foto: Fotolia/Aleksandr Lobanov
Belajar Mencintai Diri Sendiri
Kita belajar berjalan, berlari dan terus melangkah, bahkan ketika seluruh dunia bertentangan denganmu. Kita belajar percaya pada diri sendiri ketika semua orang meragukanmu. Kita belajar bangkit kembali dari kegagalan demi kegagalan dan berjuang untuk kehidupan yang kita inginkan.
Foto: Fotolia/Konstantin Yuganov
Belajar Menjadi Kuat dan Lembut
Seorang ibu diam-diam menangisi rasa sakit yang kamu derita. Ia pun bisa begadang sepanjang malam merawatmu ketika kamu sakit. Dia kuat sekaligus lembut hati. Cara dia memeluk ketika Anda sedang galau menunjukkan rasa kasih sayang yang tak tertandingi.
Foto: picture alliance/ZB
Belajar Bahwa Tak Mudah Jadi Perempuan
Anda belajar bahwa bisa jadi tiba-tiba Anda dianggap enteng atau tak serius oleh orang-orang di sekitar Anda. Tetapi ibu mengajarkan bahwa Anda dapat berdiri di tengah orang banyak dan membuat semua orang mendengarkan suara Anda dan menerima ide-ide Anda.
Foto: Fotolia/Kzenon
Belajar Untuk Tidak Pernah Melihat ke Belakang
Kehidupan itu naik turun dan hal itu tak perlu dipertanyakan lagi. Belajar untuk tidak melihat masa lalu dan berandai-andai. Anda hanya akan terus melihat ke masa depan dan membiarkan masa lalu yang pahit meredup dengan sendirinya.
Foto: Fotolia/Minerva Studio
Belajar Tentang Pentingnya Kesabaran dan Keyakinan
Optimistis, bahwa semua akan baik pada akhirnya. Badai akan berlalu dan besok adalah hari baru. Anda belajar untuk bersabar dengan kehidupan, bersabar dengan waktu, bersabar menyongsong kesuksesan dan bersabar menghadapi masalah. Anda belajar dari ibu, bahwa kesabaran adalah kekuatan.
Foto: Gerhard Seybert/Fotolia
Belajar Menciptakan Kebahagiaan Sendiri
Anda dapat menemukan kebahagiaan dalam kehidupan yang sulit. Anda masih bisa bahagia bahkan jika Anda membawa beban dunia di pundak Anda. Anda sendiri yang menentukan kebahagiaan Anda.
Foto: Fotolia/pressmaster
Belajar Bahwa Ibu Lebih Tahu Banyak Tentang Cinta Daripada Anda
Bahkan mesikpun kita berada di generasi berbeda, atau bahkan jika Anda tidak menyukai keputusan atau pilihannya soal cinta, ada baiknya dengarkan saran-saran ibu dan pertimbangkan. Pada dasarnya, dia tidak ingin melihat Anda patah hati.
Foto: Fotolia/N-Media-Images
Belajar Menjadi Ibu yang Baik
Seorang ibu yang menunjukkan bagaimana usahanya dalam merawat keluarga dan kerja keras dapat terbayar. Dia menunjukkan Anda bagaimana menjadi pelindung, penuh kasih dan tangguh. Dari situ kita bisa belajar dan memetik pengalaman yang mungkin bisa berguna bagi kita di kemudian hari.
Foto: Fotolia/Oksana Kuzmina
10 foto1 | 10
Bahu-membahu hapus pernikahan anak
Berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah daerah sebagai upaya menghapus pernikahan anak adalah angin segar di saat pemerintah pusat abai akan masalah ini. Selain itu, pelibatan masyarakat juga perlu seperti yang terjadi di kecamatan Gedangsari, Gunung Kidul, Yogyakarta. Para pemangku kebijakan bersama dengan warga bergerak bersama dalam jejaring integrasi berbasis MoU (kesepakatan bersama) untuk menghapus pernikahan anak (Sundari, 2016).
Ketika terjadi kasus pernikahan anak, pihak terkait seperti Ketua RT, RW, Kepala Desa, petugas KUA, puskesmas, kelompok pertanian, kepolisian, dan LSM bahu membahu turun untuk mendatangi keluarga tersebut dan memberikan informasi sehingga pernikahan dapat dicegah. Gerakan ini terbukti mengurangi pernikahan anak dari 9 kasus di tahun 2012, turun menjadi 8 kasus di tahun 2013, dan di tahun 2014 turun menjadi 5 kasus (Sundari, 2010:45-46).
Tak hanya dengan kebijakan menghapus pernikahan anak lewat ranah pencegahan, tetapi juga pada ranah pendampingan pasca pernikahan pun penting dikerjakan. Anak-anak yang sudah melakoni pernikahan, padahal semestinya mereka berada di tahapan ceria dan bahagia dengan bermain, belajar, dan mengembangkan potensi diri akhirnya tercerabut dengan dimasukkannya mereka ke dalam wilayah rumah tangga, harus “ditemani” dengan program pendampingan.
250 Pasangan Kawin Lari Massal di Bangkok
Menikah butuh biaya. Di Bangkok, Thailand, biayanya bisa mencapai ratusan juta rupiah. 250 pasangan di Bangkok berpartisipasi dalam acara ‘kawin lari massal’ berhadiah ratusan juta rupiah.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Kawin lari berhadiah
Mereka kawin lari dalam arti sesungguhnya: dengan baju pengantin berlari-lari! Di Bangkok, Thailand, 250 pasangan pengantin adu lari memperebutkan hadiah sebesar 28 ribu dollar AS. Hadiah itu tentunya sangat membantu mereka yang ingin menyelenggarakan pesta pernikahan. Dengan mengenakan baju pengantin, mereka lomba lari memperebutkan hadiah ini.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Romantisnya
Dalam foto ini, tampak pengantin pria membantu kekasihnya memakaikan sepatu lari sebelum pertandingan dimulai, di sebuah taman di ibukota Thailand, Bangkok. Sekitar 4 km jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan ini. Ayo, semangat!
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Hadiah selain uang
Mereka kecapaian atu 'ngambek'? Yang jelas pasangan ini tampak sedang beristirahat. Selain uang, pasangan cinta yang ikut adu lari massal ini juga memperebutkan hadiah-hadiah lain, seperti paket gaun pengantin, penyewaan band atau pertunjukkan musik, hingga bulan madu di Phuket dan Maladewa.
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Menang tak menang tetap gembira
Namanya menikah, yang terpenting tentu bukan soal materi, namun kebahagiaan. Meski ‘ngos-ngosan‘ pasangan ini tampak gembira berpartisipasi di ajang adu balap lari pengantin. Kuat lari, kuat menggendong pula, calon suami idaman?
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
Pemenangnya
Begitu sampai di garis akhir pertandingan, pasangan yang menang membuncah rasa gembiranya. Mereka yang berhasil jadi juara ‘kawin lari massal‘ ini adalah Rittchai Prasonsin, 27 (tahun) dan Sirada Thamwanna (29 tahun). Selamat buat pemenang, semoga bahagia dan langgeng hingga kakek-nenek. Ed: ap/as (rtr)
Foto: Reuters/A. Perawongmetha
5 foto1 | 5
Programnya bisa meliputi pendidikan atas kesehatan reproduksi seksual, pengajaran atas pengasuhan anak, penguatan untuk menghapus trauma yang mungkin ada termasuk konsultasi hukum bila ada kecenderungan untuk bercerai, serta pelatihan untuk mendorong potensi mereka di bidang usaha kreatif. Pendampingan tersebut hendaknya melibatkan kelompok-kelompok sosial seperti pihak pemerintah, masyarakat, kelompok agamawan, dan secara khusus keluarga.
Terakhir, seperti sudah dipaparkan di atas tak cukup untuk membendung gerakan pernikahan usia muda yang didasarkan karena pemahaman agama seperti pada kasus anak lelaki ustadz Arifin Ilham dan kelompok Islam lainnya.
Untuk menghadapi ini, diperlukan juga rumusan penafsiran agama yang menekankan bahwa pernikahan bukan hanya sekedar menghindari zina dan memenuhi hasrat seksual semata tapi juga tugas berat terkait tanggung jawab suami dan istri supaya tercipta keluarga ideal yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Juga pendidikan seks dan reprodukasi sangat penting untuk diajarkan di level keluarga agar tidak menjadi tabu untuk didiskusikan.
Penulis:
Nong Darol Mahmada adalah aktivis perempuan yang tulisan-tulisannya sering dimuat di media nasional, editor beberapa buku dan pembicara di berbagai konferensi internasional.
@nongandah
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Resep Ilmiah Membesarkan Anak Bahagia
Membesarkan anak yang bahagia bukan perkara mudah. Menurut studi tentang kebahagiaan yang dilakukan situs Happify, ada beberapa faktor yang memperngaruhi kebahagiaan anak. Berikut beberapa diantaranya:
Foto: karelnoppe/Fotolia
Asuhan ibu
Menurut penelitian yang berfokus pada hippocampus - bagian dari otak yang menangani stres dan memori-- Anak-anak balita dalam asuhan ibu penuh kasih sayang dan penuh dukungan, memiliki hippocampus 10 persen lebih besar ketika mulai masuk usia sekolah.
Foto: Colourbox
Pentingnya cinta ayah
Selain menegakkan aturan, ayah perlu untuk mendengarkan anak dan menjalin hubungan yang erat dengan mereka. Beri kebebasan wajar pada anak-anak. Anak-anak yang merasa ditolak atau tidak dicintai oleh orang tua mereka, lebih mengembangkan sifat permusuhan, agresif dan menunjukan atau ketidakstabilan emosi.
Foto: Fotolia/goodluz
Kebahagiaan orangtua juga berpengaruh
Kepuasan hidup orangtua bisa dalam segi pendidikan, pendapatan maupun pekerjaan yang mereka sukai, serta waktu yang diluangkan bersama keluarga. Namun orang tua juga perlu waktu untuk melakukan hal menyenangkan bagi diri sendiri, misalnya nonton film, menjalin pertemanan, dll.
Foto: Fotolia/nenetus
Pentingnya optimisme
Ajarkan anak untuk selalu optimistis. Ini berguna untuk meredakan stress ketika mereka puber. Bahkan anak umur lima tahunpun bisa memetik manfaat dari cara berpikir positif. Mereka juga bisa belajar bagaimana orangtua mereka mengatasi masalah.
Foto: Fotolia/drubig-photo
Puji anak atas usahanya, bukan otaknya
Anak yang terbiasa dipuji atas otak dan ketrampilannya, ketimbang usahanya, mengalami masa sulit saat mengalami kegagalan. Anak yang dipuji atas usahanya akan lebih memiliki motivasi dan tidak takut akan tantangan.
Foto: Fotolia/olly
Pendekatan tiap anak beda-beda
Ketika cara mengajar orangtua tak cocok dengan kepribadian anak, maka anak akan cenderung depresi dan ketakutan. Jika mereka mampu mengatasi emosi dan tingkah lakunya sendiri, maka mereka anak lebih mandiri. Demikian sebaliknya.
Foto: Fotolia/Jörg Hackemann
Lebih tangguh dari yang kita kira
80% anak yang orangtuanya berpisah tidak jatuh dalam problem psikologis yang serius. Orangtua yang memelihara komunikasi baik , mendorong anak-anak mereka mencapai cita-cita, dekat dengan keluarga dan menikmati jalinan hubungan dengan orang lain. Anak-anak yang keluarganya diselimuti konflik, cenderung terganggu dalam mengikuti pelajaran di sekolah dan kesulitan mengatasi masalah emosional.
Foto: goodluz - Fotolia
Anak ingin lebih berarti
Caranya bisa dengan berbuat baik bagi temannya, menyelenggarakan acara atau bergabung dengan klub. Rasa empati juga perlu dibangun sedari dini, mulai dari menemani kawan yang sedih, memuji orang lain, berbagi dengan sesama atau meluangkan waktu dengan kakek nenek.
Foto: Monkey Business/Fotolia
Anak-anak zaman sekarang…
.. lebih sedikit waktu bermain ketimbang anak-anak 20 tahun lalu. Bermain penting untuk membangun kreativitas, ketrampilan motorik, kekuatan emosional, kognisi dan ketrampilan sosial.
Foto: Anatoliy Samara - Fotolia
Olahraga vs TV
Anak-anak yang latihan fisik atau berolahraga lebih percaya diri. Mereka yang merasa baik dalam jenis sport tertentu bahkan lebih percaya diri ketimbang yang memang benar-benar ‘jago‘ di bidang itu. Studi 7 tahun atas 4000 remaja menunjukkan, anak-anak yang banyak menonton TV lebih memperlihatkan gejala depresif., dengan peningkatan 8% dari setiap jam menyaksikan TV.