Taliban Larang Pelajar Perempuan dan Laki-laki Satu Kelas
13 September 2021
Menteri Pendidikan Taliban mengumumkan pembatasan baru pada pendidikan perempuan dan anak perempuan. Taliban mengindikasikan perempuan diizinkan mendapat pendidikan, tapi dipisahkan dengan laki-laki.
Iklan
Menteri Pendidikan Taliban, Abdul Baqi Haqqani, mengumumkan pembatasan baru pada pendidikan perempuan dan anak perempuan. Aturan baru termasuk pemisahan gender dan aturan berpakaian Islami. Mata pelajaran juga sedang ditinjau.
Untuk ke depannya, Taliban akan menegakkan pemisahan gender di universitas-universitas negara, karena mereka meyakini bahwa pendidikan bersama, di mana perempuan dan laki-laki belajar berdampingan, itu tidak Islami.
"Pendidikan bersama bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dan, di sisi lain, bertentangan dengan nilai-nilai nasional dan bertentangan dengan adat dan tradisi Afganistan," kata Haqqani.
Dalam menguraikan kebijakan tersebut, Haqqani mengumumkan bahwa kampus idealnya harus dipisahkan berdasarkan gender. Dia mengatakan, universitas harus menetapkan waktu kelas alternatif atau memastikan bahwa ruang kelas diberi sekat di tengah dan tempat duduk dibagi berdasarkan jenis kelamin.
Taliban mengatakan bahwa mereka berharap agar pengajar perempuan yang mengajar siswa perempuan. Jika itu tidak memungkinkan, pengajar pria boleh mengajar siswa perempuan, tetapi kelas harus mengikutiinterpretasi kaku Taliban tentang Syariah, atau hukum Islam.
Menteri tersebut juga menyatakan bahwa jilbab atau penutup kepala akan menjadi bagian dari aturan berpakaian wajib, tetapi tidak menentukan apakah penutup wajah niqab juga termasuk.
Remaja Afghanistan Skeptis Masa Depan Bersama Taliban
Generasi Z Afghanistan dibesarkan dalam 17 tahun perang dan kehadiran militer internasional. Masa depan yang mengikutsertakan perdamaian dengan Taliban menimbulkan perasaan penuh harapan sekaligus rasa takut.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Sulta Qasim Sayeedi, 18, model
Sayeedi sering merambah Facebook, YouTube dan Instagram untuk mempelajari dunia fesyen dan model serta mencari inspirasi dari selebriti favoritnya, seperti Justin Bieber. "Kami khawatir, jika Taliban datang, kami tidak bisa lagi mengelar mode show," katanya. Namun ia juga berujar, sudah saatnya perdamaian datang.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Maram Atayee, 16 tahun, pianis
"Hal yang paling mengkhawatirkan bagi saya, jika Taliban kembali, saya tidak bisa bermain musik lagi," kata Maram Atayee. Ia belajar main piano di sekolah musik di Kabul. Bagus, jika pemerintah mencapai kesepakatan damai dengan Taliban. Dan nanti akses untuk bermusik harus terbuka bagi semua orang, dan hak-hak perempuan harus dijaga. Demikian tuntutan Atayee.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Hussain, 19, penata rambut
"Saya optimis mendengar Taliban ikut proses perdamaian," kata Hussain yang punya salon di Kabul. Seperti banyak warga muda Afghanistan lainnya, ia dibesarkan di Iran, di mana jutaan warga Afghanistan mengungsi. "Itu akan jadi akhir perang dan konflik di negara kami." Tapi ia juga berkata, ingin agar Taliban mengubah kebijakan dan tidak bersikap seperti dulu.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Mahdi Zahak, 25, seniman
Tentu ada harapan bagi perdamaian, kata Zahak. "Tetapi kita bisa benar-benar mendapat perdamaian adalah jika Taliban menerima kemajuan yang sudah terjadi di negara ini dalam 17 tahun terakhir, dan membiarkan orang lain menikmati hidup mereka."
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Kawsar Sherzad, 17, atlet bela diri
"Perempuan Afghanistan sudah punya banyak pencapaian di dunia olah raga. Jadi saya optimis Taliban akan menerima kemajuan perempuan ini," demikian ungkap Sherzad. Untuk wawancara, atlet cabang olah raga Muay Thai ini berpose di sebuah klub di Kabul.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Nadim Quraishi, 19, pemilik toko game
"Kami ingin melihat berakhirnya konflik di negara ini. Kami punya harapan besar, perdamaian akan berlangsung lama antara pemerintah dan Taliban," kata Quraishi. Untuk foto, ia berpose di depan toko gamenya di Kabul.
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Zarghona Haidari, 22, bekerja di toko buku
"Saya tidak terlalu optimis tentang perdamaian di negara ini." kata Haidari, yang bekerja di sebuah toko buku di Shahr Ketab Centre. Ia menambahkan, "Saya tidak yakin, Taliban akan mencapai kesepakatan perdamaian dengan pemerintah."
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
Mohammad Jawed Momand, 22, dokter
"Perdamaian menuntut semua pihak untuk meletakkan senjata, dan memikirkan pendidikan serta kemakmuran di negara ini," demikian dikatakan Momand. Laporan demografi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan 60% dari 35 juta populasi Afghanistan berusia di bawah 25 tahun. Demikian keterangan Sumber: Reuters (Ed.: ml/as)
Foto: Reuters/Mohammad Ismail
8 foto1 | 8
Haqqani mengatakan aturan baru itu adalah hasil dari jihad yang berhasil dilancarkan melawan Barat untuk membangun "sistem Islam." Haqqani mengklaim dia tidak ingin memutar kembali waktu ke 20 tahun yang lalu, ketika Taliban terakhir memerintah, dan perempuan serta anak perempuan tidak diizinkan untuk pergi ke sekolah, tetapi mengatakan bahwa Taliban akan "mulai membangun apa yang ada hari ini."