Uni Eropa dan 24 negara lain akhirnya menyepakati pembentukan taman laut terbesar di dunia di Laut Ross, Antarktika. Kawasan lindung itu akan mencakup wilayah seluas gabungan Kalimantan dan Sumatera.
Iklan
Lebih dari 50 negara sepakat membentuk taman laut terbesar dunia di Laut Ross, Antarktika. Kesepakatan tersebut tercapai setelah perundingan alot di Australia yang berlangsung selama lima tahun.
Dengan luas lebih dari 1,5 juta meter persegi, Laut Ross menyimpan keanekaragaman hayati paling kaya di Bumi. Di kawasan seluas gabungan Kalimantan dan Sumatera itu juga akan diberlakukan zona larangan menangkap ikan. Namun perjanjian tersebut hanya akan berlaku selama 35 tahun.
Apa yang Anda ketahui tentang perubahan iklim?
Perubahan iklim menjadi satu tema yang kerap dibahas dalam beberapa tahun terakhir. Sejauh mana Anda tahu tentang masalah yang berdampak besar bagi kita semua ini?
Foto: picture-alliance/W. Steinberg
Pertanyaan:
Berapa derajat Bumi menjadi lebih hangat sejak masa pra-industri?
Foto: picture-alliance/dpa
Jawaban:
Menurut Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim IPCC, suhu rata-rata di bumi telah meningkat 0,8 derajat Celcius sejak 1850. Dinas metereologi Inggris Met Office menyebut, suhu akan meningkat 1 derajat pada akhir 2015. Para pakar mengatakan, kenaikan suhu sampai 2 derajat dapat mengundang bencana besar. Namun banyak ahli juga mengatakan, 1,5 derajat sudah melampaui ambang risiko.
Foto: DW/G. Rueter
Pertanyaan:
Dampak apa yang akan timbul jika suhu bumi meningkat 2 derajat pada tahun 2100?
Foto: DW/K.Hasan
Jawaban:
Hingga 3 juta orang di wilayah pesisir akan terancam banjir. Dan diperkirakan sekitar 250 juta orang akan kehilangan tempat tinggal akibat perubahan iklim. Sampai 2 miliar warga dunia akan menghadapi kekurangan air. Jika suhu meningkat 1 derajat sampai akhir abad ini, 20 sampai 30 persen spesies mahluk hidup bisa punah, karena tidak mampu beradaptasi dengan cepat.
Foto: picture-alliance/AP/T. Gutierrez
Pertanyaan:
Apa yang menyebabkan efek rumah kaca?
Foto: IRNA
Jawaban:
Penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak atau bensin, yang sebagian besar untuk produksi listrik dan transportasi, menghasilkan karbon dioksida. Ketika mencapai bagian atas atmosfer, karbon dioksida akan mengikat panas. Proses ini menjadikan suhu meningkat dan menyebabkan perubahan iklim.
Foto: picture-alliance/AP/M. Meissner
Pertanyaan:
Negara mana yang paling terkena dampak cuaca ekstrim?
Foto: Reuters
Jawaban:
Menurut indeks risiko iklim global yang dikeluarkan oleh Germanwatch, antara tahun 1995 sampai 2014, negara-negara berkembang seperti Honduras, Myanmar dan Haiti yang paling menderita akibat banjir, badai dan gelombang panas. Negara yang paling terpukul akibat perubahan iklim di tahun 2014 adalah Afghanistan, Serbia, Bosnia dan Herzegovina.
Foto: Reuters
Pertanyaan:
Apa hubungan antara perubahan iklim dan kenaikan tingkat keasaman laut?
Foto: imago/OceanPhoto
Jawaban:
Satu proses kimia berlangsung saat laut dan samudra menyerap peningkatan karbon dioksida dari atmosfer. Proses ini mengubah tingkat pH air laut. Peningkatan pH ini akan menurunkan kemampuan hidup makhluk laut seperti kerang. Hal ini akan mempengaruhi seluruh rantai makanan di laut, yang mana manusia juga tergantung padanya.
Foto: XL Catlin Seaview Survey
Pertanyaan:
Moda transportasi apa yang paling ramah lingkungan: mobil, kereta api, bus atau pesawat terbang?
Foto: picture-alliance/dpa/L. van Lieshout
Jawaban:
Terbang dengan pesawat komersial dari Bandung ke Denpasar, yang berjarak sekitar 900 km, menghasilkan sekitar 250 kg CO2. Untuk jarak yang sama, satu mobil VW golf menghasilkan 180 kg emisi dan bus sekitar 30 kg. Sementara untuk menempuh jarak 900 km, kereta api hanya menghasilkan 11 kg CO2.
Foto: picture-alliance/W. Steinberg
12 foto1 | 12
Rusia adalah negara terakhir yang menentang rencana tersebut, setelah Cina menyatakan dukungannya. Pasalnya kedua negara memiliki industri perikanan yang besar di kawasan Antartika.
"Kami berbicara banyak dengan mereka. Menlu AS John Kerry ikut melobi Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menlu Sergey Lavrov," ujar Evan Bloom, Kepala delegasi Amerika Serikat. "Keputusan ini sangat penting tidak hanya untuk Antarktika, tetapi juga buat mempromosikan konservasi flora dan fauna laut."
Laut Ross memiliki ekosistem laut paling alami di dunia. Kawasan laut tersebut merupakan habitat untuk pinguin, anjing laut, paus serta menampung salah satu populasi krill terbesar.
"Untuk pertama kalinya negara-negara ini mengenyampingkan perbedaan untuk melindungi wilayah laut yang luas di Antarktika," kata Mike Walker dan Antarctic Ocean Aliance.
5 Penyakit yang Bisa Dipicu oleh Pemanasan Global
Suhu lebih hangat berarti virus yang beku bisa meleleh, serangga pembawa penyakit bisa bepergian lebih jauh dan penyebaran penyakit akan menjadi global. Berikut lima penyakit yang bisa dipicu oleh perubahan iklim.
Foto: Reuters/P. Askin
Antraks
Agustus 2016, seorang anak meninggal dunia di Siberia akibat antraks dan 20 warga didiagnosa terjangkit bakteri berbahaya itu. Antraks juga membunuh 2300 rusa di wilayah tersebut. Antraks berasal dari bangkai rusa yang mati 75 tahun lalu saat terakhir kali antraks menyebar disana. Bangkai yang selama ini membeku mencair akibat naiknya suhu dan mengaktifkan kembali bakteri yang ada di dalamnya.
Foto: Reuters
Kolera
Menurut pakar penyakit menular Dr. David M. Morens: "Kolera ada berada dalam peringkat teratas di daftar penyakit yang harus diwaspadai karena perubahan iklim. Kolera mudah mewabah di suhu hangat. Jadi semakin hangat bumi, semakin berbahaya."
Foto: AP
Zika dan Virus Nil Barat
Nyamuk Aedes aegypti adalah pembawa utama virus Zika. Para ilmuwan memperingatkan, dengan suhu yang terus meningkat dan sebanding dengan daerah tropis, nyamuk akan lebih luas jangkauan penyebarannya. Menurut hasil studi UCLA, hal yang sama akan terjadi dengan penyebaran virus Nil Barat yang dibawa oleh nyamuk Culex.
Foto: Reuters/U. Marcelino
Penyakit Lyme
Jumlah penderita penyakit Lyme meningkat drastis. 11.700 kasus dilaporkan tahun 1995, dan di tahun 2013 jumlahnya 27.203. Penyakit bakterial ini menyebabkan kelelahan, demam, sakit sendi, ruam kulit dan komplikasi pada sistem saraf. Udara yang lebih hangat berarti telur caplak akan lebih cepat menetas, sehingga caplak punya kesempatan lebih besar untuk mencari manusia yang bisa diinfeksi.
Foto: AP
Virus Tak Dikenal
Semakin banyak virus "kuno" yang terbangun dari tidurnya akibat pemanasan global. Sejak 2003 setidaknya ada 4 yang diketahui. Virus terakhir adalah Mollivirus sibericum, virus raksasa berumur 30.000 tahun yang hanya bisa menginfeksi organisme bersel tunggal, tidak manusia maupun hewan. Walau demikian, ilmuwan memperingatkan akan kemunculan virus-virus patogen baru. vlz/yf (berbagai sumber)
Foto: Reuters/P. Askin
5 foto1 | 5
Adapun negara yang ikut meratifikasi perjanjian tersebut adalah Argentina, Australia, Belgia, Brazil, Bulgaria, Kanada, Chile, Cina, Kep. Cook, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, India, Italia, Jepang, Korea Selatan, Mauritius, Namibia, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Pakistan, Panama, Peru, Polandia, Rusia, Afrika Selatan, Spanyol, Swedia, Ukraina, Inggris, Amerika Serikat, Uruguay, dan Vanuatu.
Kutub Utara Yang Berubah
Konferensi Arktis di Rusia tunjukkan kepentingan politik dan ekonomi di wilayah Kutub Utara.
Foto: Gazprom
Hak atas Kutub Utara
Dalam Konferensi Arktis Internasional 2013 puluhan politisi dan dan pakar membahas masalah likungan di kawasan Kutub Utara. Pertemuan itu berlangsung di kota Salechard, Siberia. Banyak pihak berpandangan, Rusia ingin menguasai sumber alam kawasan itu.
Foto: imago
Pro lingkungan vs industri minyak
Greenpeace meluncurkan kampanye besar anti pemboran minyak di Kutub Utara. Organisasi itu menguatirkan kerusakan ekosistem yang tak terkira apabila terjadi kecelakaan pada pemboran minyak itu. Pencemaran minyak sulit diatasi di kawasan yang berekosistem peka itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemburu harta di Kutub Utara
Kawasan arktis memanas dua kali lebih cepat dari kawasan lain dunia. Melelehnya es di kutub memudahkan akses ke sumber alam dan jalur-jalur transportasi. Perubahan iklim mengancam lingkungan dan pantai, membangunkan impian kejayaan ekonomi.
Foto: Gazprom
Menandai wilayah
Lima negara sekitar Kutub Utara - Kanada, Denmark, Norwegia, Rusia dan Amerika Serikat - melakukan ekspedisi untuk menetapkan batas kepemilikan wilayah. Negara yang dapat membuktikan bahwa dataran di bawah laut masih bersambung dengan daratan negaranya, bisa mengeksploitasi sumber alamnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Berlayar mengelilingi Kutub Utara
Kapal Rusia, Peter I, pada tahun 2010 berlayar mengelilingi Kutub Utara melalui jalur transportasi lautan Arktis. Dulu hal ini dianggap tidak mungkin, namun pemanasan global telah membuka sejumlah jalur yang setidaknya bisa dilewati oleh kapal kargo. Dalam tiga tahun terakhir jumlah kapal yang menggunakan jalur ini melonjak 10 kali lipat.
Foto: Crew of -Peter I-
Jalan lebih singkat
Jarak yang dilalui oleh kapal yang berlayar dari Shanghai ke Hamburg lewat jalur kutub lebih pendek 6.400 Kilometer dibandingkan rute selat Malaka dan terusan Suez.
Foto: DW/I. Quaile
Emas hitam di bawah gunung es
Akhli geologi menduga Kutub Utara menyimpan seperempat cadangan minyak dan gas dunia. Para ahli memperingatkan akan risiko besar dari aktivitas pemboran di kawasan itu. Akhir 2012 anjungan minyak perusahaan Shell, Kulluk, terdampar dekat pulau Kodiak, Alaska.
Foto: AP
Turisme di Kutub Utara
Perjalanan lintas laut di perairan Arktis kini mulai booming. Turisme perkapalan ini bukannya tanpa resiko, terutama di musim dingin yang gelap. Tahun 2011, negara-negara kawasan Arktis menandatangani kesepakatan pertama mengenai penanggung jawab aksi pencarian dan penyelamatan korban pada kecelakaan kapal.
Foto: DW/I.Quaile
Kepentingan militer
Pasukan Denmark, Kanada, Rusia dan Amerika Serikat yang berselisih soal kepemilikan wilayah lautan Arktis, memiliki pos militer di Kutub Utara. Tumbuhnya kepentingan ekonomi dibarengi kehadiran militer dan latihan-latihan perang di kawasan itu.
Foto: picture-alliance/dpa
Cina Lakukan Terobosan
Bukan hanya negara-negara „utara“ yang ingin mendapatkan keuntungan daro perubahan iklim. Kapal pemecah es "Naga Salju" pada tahun 2012 merupakan kapal Cina pertama, yang melintasi jalur Arktis untuk mencapai Eropa. Kini Cina membangun kapal pemecah es yang kedua dan terlibat di Dewan Arktis sebagai pengamat.
Foto: picture-alliance/dpa
Asia di Kutub Utara
India sejak 2008 memiliki pusat penelitian di Svalbard, juga Jepang dan Korea kini menunjukkan perhatian pada kawasan ini.