Komisi Uni Eropa meluncurkan agenda untuk mengimbangi UU Peredaman Inflasi pemerintah AS. Tujuannya untuk mendorong bisnis menerapkan transisi hijau agar tetap mampu bersaing di pasar internasional.
Iklan
Pejabat tinggi Uni Eropa pada hari Rabu (01/02) memperkenalkan Agenda Industri Hijau untuk mengimbangi program subsidi besar-besaran di Amerika Serikat untuk teknologi hijau. Badan Energi Internasional (IEA) memprediksikan bahwa sektor industri dan bisnis hijau sampai tahun 2030 akan meningkat lebih tiga kali lipat, menjadi 650 miliar dolar.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, Agenda Industri Hijau Uni Eropa berfokus pada empat bidang, yaitu penyederhanaan regulasi, pelonggaran aturan subsidi negara, peningkatan sumber daya manusia, dan penerapan perjanjian perdagangan untuk memastikan pasokan bahan mentah yang penting.
"Kita sekarang hidup dalam masa-masa yang menentukan, pada dasarnya dekade yang akan memutuskan apakah kita akan berhasil memerangi perubahan iklim atau tidak," kata Ursula von der Leyen kepada wartawan di Brussel ketika memperkenalkan agenda baru Uni Eropa (UE). Kunci dalam upaya menanggulangi perubahan iklim adalah mencapai target emisi karbon nol bersih pada tahun 2050, tegasnya.
Namun, Ursula von der Leyen menyebut tidak ada anggaran baru untuk agenda itu. Pendanaannya terutama akan diambil dari dana pemulihan pandemi, yang dapat dialihkan untuk melayani industri hijau.
Tanggapan pada curahan dana besar-besaran di AS
Rencana industri hijau UE datang sebagai tanggapan terhadap Undang-Undang Peredaman Inflasi (IRA) di Amerika Serikat. Paket pemerintah AS itu mencakup dana USD369 miliar untuk program keamanan energi dan perubahan iklim yang diresmikan Presiden Joe Biden tahun lalu.
Pejabat dan pemimpin UE memperingatkan, subsidi pemerintah AS, terutama untuk kendaraan listrik, dapat membuat bisnis UE dirugikan, atau bahkan mendorong perusahaan untuk pindah ke AS, misalnya agar dapat memanfaatkan keuntungan pemotongan pajak.
Namun, Ursula von der Leyen tidak secara langsung mengkritik kebijakan pemerintah AS. "Kami menyambut baik hal ini. Ini kabar baik," katanya, seraya menunjuk inisiatif serupa di Jepang, India, Inggris, dan Kanada. "Perang melawan perubahan iklim adalah suatu keharusan. Namun, penting untuk memastikan persaingan yang seimbang, baik secara global maupun di dalam UE,” tambahnya.
Agenda Industri Hijau yang diperkenalkan Ursula von der Leyen masih harus disetujui oleh para pemimpin Uni Eropa, yang akan melakukan pertemuan puncak minggu depan.
Tahun 2022: Krisis Iklim Melanda Seluruh Dunia
Tahun 2022 seluruh dunia dilanda cuaca panas yang ekstrem, kekeringan, kebakaran, badai dan banjir yang terkait dengan perubahan iklim. Berikut sejumlah peristiwa cuaca yang terjadi tahun 2022.
Foto: Peter Dejong/AP Photo/picture alliance
Eropa: Lebih panas dan lebih kering dari sebelumnya
Musim panas di Eropa ditandai cuaca panas ekstrem dan kekeringan terburuk dalam 500 tahun. Lebih 500 orang tewas akibat gelombang panas di Spanyol, dengan suhu hingga 45 derajat Celsius. Di Inggris, cuaca panas juga mencapai lebih 40 derajat Celsius. Sebagian benua Eropa jadi wilayah paling kering selama lebih dari satu milenium, sehingga banyak daerah terpaksa menjatah air.
Foto: Thomas Coex/AFP
Kebakaran hutan melanda seluruh Eropa
Mulai dari Portugal, Spanyol, Prancis, Italia, Yunani, Siprus, hingga Siberia, dilanda kebakaran hutan. Bencana itu telah menghanguskan 660.000 hektar lahan pada pertengahan tahun 2022 — kebakaran terbesar sejak pencatatan iklim dimulai pada tahun 2006.
Hujan monsun yang ekstrem menenggelamkan sepertiga wilayah Pakistan. Banjir itu menewaskan lebih dari 1.100 orang, menyebabkan 33 juta orang kehilangan tempat tinggal, dan memicu penyebaran penyakit. Hujan lebat juga melanda Afganistan. Banjir besar menghancurkan ribuan hektare lahan, memperburuk bencana kelaparan yang sudah akut di negara itu.
Foto: Stringer/REUTERS
Gelombang panas ekstrem dan topan terjang Asia
Sebelum dilanda banjir, Afganistan, Pakistan, dan India alami panas dan kekeringan ekstrem. Cina juga alami kekeringan terburuk dalam 60 tahun dan gelombang panas terburuk sejak pencatatan dimulai. Awal musim gugur, 12 topan telah mengamuk di seluruh Cina. Badai besar juga melanda Filipina, Jepang, Korea Selatan, dan Bangladesh. Perubahan iklim membuat Intensitas badai semakin kuat.
Foto: Mark Schiefelbein/AP Photo/picture alliance
Krisis iklim memperburuk kondisi Afrika
Afrika memanas lebih cepat dibanding rata-rata global. Itu sebabnya benua ini secara tidak proporsional dilanda perubahan pola curah hujan, kekeringan, dan banjir. Somalia sedang menghadapi kekeringan terparah dalam 40 tahun. Krisis itu telah memaksa lebih dari satu juta orang meninggalkan kawasan mereka.
Foto: ZOHRA BENSEMRA/REUTERS
Bencana kelaparan di Afrika
Banjir dan kekeringan telah membuat pertanian dan peternakan praktis tidak mungkin dilakukan di beberapa bagian Afrika. Akibatnya, 20 juta orang mengalami kelaparan. Banyak yang meninggal karena kelaparan di Etiopia, Somalia, dan Kenya.
Foto: Dong Jianghui/dpa/XinHua/picture alliance
Kebakaran dan banjir di Amerika Utara
Badai dahsyat menerjang sejumlah negara bagian AS, seperti California, Nevada, dan Arizona. Gelombang panas menghanguskan ketiga negara bagian dengan suhu mencapai lebih dari 40 derajat Celsius di akhir musim panas. Sebaliknya, hujan lebat di awal musim panas menyebabkan banjir parah di Taman Nasional Yellowstone dan di negara bagian Kentucky.
Foto: DAVID SWANSON/REUTERS
Badai menghancurkan Amerika
Pada September lalu, Badai Ian menghancurkan Florida. Otoritas setempat menggambarkan kerusakan itu sebagai "peristiwa bersejarah." Sebelumnya, badai itu melewati Kuba, di mana penduduknya hidup tanpa listrik selama berhari-hari. Badai Fiona juga menjadi topan tropis terburuk yang melanda Kanada setelah pertama kali menghantam Amerika Latin dan Karibia, mengakibatkan kerusakan parah.
Foto: Giorgio Viera/AFP/Getty Images
Badai tropis dahsyat landa Amerika Tengah
Badai Fiona bukan satu-satunya badai yang melanda Amerika Tengah. Pada Oktober lalu, Badai Julia menghantam Kolombia, Venezuela, Nikaragua, Honduras, dan El Salvador, menyebabkan kehancuran yang meluas. Pemanasan global meningkatkan suhu permukaan laut yang memperkuat intensitas badai.
Foto: Matias Delacroix/AP Photo/picture alliance
Kekeringan ekstrem di Amerika Selatan
Kekeringan yang terus-menerus melanda hampir seluruh Amerika Selatan. Cile, mengalami merosotnya curah hujan ekstrem sejak 2007. Di banyak daerah, sungai-sungai menyusut antara 50 dan 90%. Meksiko juga hampir tidak pernah mengalami hujan selama beberapa tahun berturut-turut. Argentina, Brasil, Uruguay, Bolivia, Panama, sebagian Ekuador, dan Kolombia pun mengalami kekeringan.
Foto: IVAN ALVARADO/REUTERS
Selandia Baru dan Australia tenggelam
Curah hujan yang intens menyebabkan rangkaian banjir ekstrem di Australia. Antara Januari dan Maret, pantai timur negara itu menerima curah hujan sebanyak yang dialami Jerman dalam setahun. Selandia Baru tidak luput dari banjir. Fenomena cuaca La Nina berada di balik peristiwa ekstrem tersebut. Atmosfer yang lebih hangat menyerap lebih banyak air, membuat curah hujan lebih deras. (ha/as)
Foto: Jenny Evans/Getty Images
11 foto1 | 11
Jerman dan Prancis penyandang dana terbesar Uni Eropa
Prinsip utama dari Agenda Industri Hijau adalah memperluas dan memperlonggar aturan bantuan negara untuk membantu proyek-proyek ramah iklim, yang mencakup teknologi terbarukan, hidrogen terbarukan, dan biodiesel.
Uni Eropa sebelumnya telah melonggarkan aturan bantuan negara sebagai tanggapan terhadap pandemi COVID-19 mulai tahun 2020, dan sekali lagi pada tahun 2022 setelah invasi Rusia ke Ukraina.
Namun, pengamat mengatakan, melonggarkan aturan bantuan negara kontroversial karena negara-negara yang lebih makmur, khususnya Jerman dan Prancis, mampu meluncurkan bantuan besar untuk perusahaan mereka. Dari 672 miliar euro yang dicurahkan di bawah kerangka penanggulangan krisis pada tahun 2022, Prancis dan Jerman bersama-sama mendapatkan sekitar 77%.
Iklan
Agar seimbang, harus disepakati oleh semua negara
Jacob Kirkegaard, konsultan senior di German Marshall Fund di Brussel mengatakan kepada DW, akan sangat sulit mendapatkan dana baru untuk saat ini. "Tapi itu mungkin bukan masalah besar karena sejujurnya Uni Eropa masih memiliki cukup dana untuk dana pemulihan pandemi," kata Kirkegaard kepada DW.
Untuk menjaga keunggulan UE dalam jangka panjang, Brussel mengatakan akan mengusulkan pembentukan Dana Kedaulatan Eropa pada pertengahan 2023, yang menargetkan teknologi penting dan baru untuk industri hijau.
EU juga akan menerapkan apa yang disebut Net-Zero Industry Act, dengan "kerangka peraturan yang disederhanakan untuk kapasitas produksi produk-produk yang merupakan kunci untuk memenuhi tujuan netralitas iklim kita," termasuk baterai, kincir angin, pompa panas, tenaga surya, teknologi penangkapan karbon, dan penyimpanannya.
Selain itu, bulan depan akan diterbitkan Undang-Undang Bahan Baku Kritis untuk mendukung diversifikasi pasokan bahan penting seperti litium, yang digunakan untuk baterai. Ini akan memberi perusahaan UE kejelasan tentang pasokan di masa depan.
Jacob Kirkegaard mengatakan, Komisi Eropa harus tegas untuk tidak membiarkan Jerman dan Prancis berkembang sendiri terlalu jauh. Daftar perusahaan harus dibatasi dan "disepakati di antara semua negara anggota,” katanya kepada DW.