1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikTimur Tengah

Tanggapan Israel atas Serangan di Dataran Tinggi Golan

29 Juli 2024

Kabinet keamanan Israel membahas langkah yang akan diambil terkait serangan di Dataran Tinggi Golan yang menewaskan 12 orang. Sementara itu, Presiden Turki Erdogan berbicara tentang intervensi di Israel.

Sebuah helikopter Israel terlihat terbang di lokasi serangan roket dari Lebanon di Kota Druze, Majd al-Shams, di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel
Petugas medis Israel melaporkan pada Sabtu (27/07) malam bahwa sedikitnya 12 anak-anak dilaporkan tewas dan 30 orang luka-luka atas serangan roket yang dilancarkan oleh kelompok militer Hizbullah Lebanon ke Kota Druze, Majd al-Shams, di Dataran Tinggi Golan yang diduduki IsraelFoto: Ayal Margolin/JINI via XinHua/dpa/picture alliance

Kabinet keamanan Israel membahas berbagai kemungkinan langkah yang akan diambil menyusul serangan mematikan yang menewaskan 12 anak-anak di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, menurut laporan kantor perdana menteri pada hari Minggu (28/07).

"Pertemuan kabinet keamanan telah selesai,” kata kantor tersebut dalam sebuah pesan di media sosial. "Para anggota kabinet memberikan wewenang kepada Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan untuk memutuskan cara dan waktu respons terhadap organisasi teroris Hizbullah.”

Israel dan Amerika Serikat menuduh Hizbullah, yang oleh beberapa negara dikateogorikan sebagai kelompok teror, melakukan serangan tersebut dari Lebanon. Sedangkan Hizbullah yang didukung Iran itu membantah bertanggung jawab.

Serangan pada hari Sabtu (27/07) menghantam desa Majd al-Shams, yang dihuni kelompok Arab Druze, dan menewaskan belasan anak dan remaja. Reaksi langsung Israel adalah menyerang target-target di Lebanon semalam, tetapi rapat Kabinet hari Minggu (28/07) menunjukkan bahwa mereka akan mengambil tindakan lebih lanjut, meskipun ada peringatan internasional untuk tidak melakukan eskalasi.

PM Inggris serukan gencatan senjata segera

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer bertemu dengan Presiden Israel Isaac Herzog di Paris, sebut sebuah laporan dari kantor PM Inggris pada hari Minggu (28/07).

Menurut sebuah pernyataan, Starmer "menegaskan kembali dukungannya yang berkelanjutan terhadap hak Israel untuk mempertahankan diri sesuai dengan hukum internasional.”

Namun, dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "harus ada langkah-langkah segera menuju gencatan senjata sehingga para sandera dapat dibebaskan dan lebih banyak bantuan kemanusiaan dapat masuk bagi mereka yang sangat membutuhkan.”

Erdogan mengancam akan 'memasuki' Israel

Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan pada hari Minggu (28/07) malam bahwa Turki mempertimbangkan untuk melakukan intervensi pada Israel seperti yang telah dilakukan sebelumnya pada negara-negara lain, tetapi tidak merinci bentuk intervensi tersebut.

"Kita harus menjadi sangat kuat agar Israel tidak dapat melakukan hal-hal konyol terhadap Palestina. Sama seperti kami memasuki Karabakh, sama seperti kami memasuki Libya, kami mungkin akan melakukan hal yang sama terhadap mereka,” katanya dalam sebuah pidato tentang industri pertahanan Turki.

"Tidak ada alasan mengapa kita tidak bisa melakukan ini ... Kita harus kuat agar kita dapat mengambil langkah-langkah ini,” katanya dalam pidato yang disiarkan di televisi.

Erdogan secara terbuka mengkritik operasi Israel di Gaza, meskipun ada upaya untuk mendekatkan kedua negara Timur Tengah tersebut sebelum tanggal 7 Oktober.

Tidak jelas apa yang dimaksud Erdogan dengan "intervensi" ke Israel. Pada tahun 2020, personil militer Turki dikerahkan untuk mendukung Pemerintah Kesepakatan Nasional Libya yang diakui PBB.

Mengenai Nagorno-Karabakh, Ankara sebelumnya membantah terlibat dalam invasi yang dilakukan oleh sekutu dekatnya di Azerbaijan di bekas daerah yang dikuasai etnis Armenia tersebut.

Namun, tahun lalu Turki mengatakan, pihaknya akan menggunakan "segala cara”, termasuk pelatihan militer dan modernisasi untuk mendukung upaya pembebasan Azerbaijan.

fr/ha/hp (Reuters, AFP, AP, EFE, dpa)