1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tanggapan terhadap calon presiden Golkar Wiranto

22 April 2004

Indonesia kembali menjadi topik berita dan komentar di berbagai koran luar negeri, setelah munculnya jendral purnawirawan Wiranto , sebagai kandidat presiden partai Golkar

Harian Jerman Tageszeitung – TAZ yang terbit di Berlin dalam ulasannya berjudul: Pelanggar HAM yang suka menyanyi kini menjadi calon presiden, menggambarkan profil Wiranto.....

Wiranto, penyanyi lagu-lagu pop sentimentil, seperti : Oh, Indonesiaku, menjanjikan kepemimpinan yang kuat, bila ia terpilih dalam pemilihan presiden langsung pertama 5 Juli mendatang. Rupanya, Golkar dan Wiranto memanfaatkan suasana nostalgia kepada 32 tahun pemerintahan Soeharto, ketika perekonomian Indonesia maju dan keadaan relatif stabil. Sebagai Menko Polkam di bawah pemerintahan Presiden Habibie, Wiranto bertanggung jawab atas aksi kekejaman TNI di Timor Timur. Dalam kerusuhan di Timor Timur waktu itu sekitar 1500 warga dibunuh oleh milisi pro-Indonesia , dan lebih 200 ribu warga terusir. Wiranto oleh pengadilan Timor Timur digugat bertanggung jawab untuk kejahatan tsb. Namun bagi kebanyakan warga Indonesia, kejadian di Timor Timur ketika itu tidak interesan, seperti juga tanggung jawab Wiranto bagi kasus-kasus pelanggaran HAM. Bahkan mungkin akan timbul semacam solidaritas dengan mantan jendral itu, apa bila ia nanti terpilih sebagai presiden , dan ia tidak mendapat visa bila hendak berkunjung ke negara-negara barat. Namun, meski kekuatan dan kekayaan Partai Golkar, peluang terpilihnya Wiranto, belum pasti. Sebab selain harus bersaing dengan Megawati, Wiranto harus bersaing dengan jendral lainnya yang lebih populer, Susilo Bambang Yudhoyono. Namun meski Wiranto kalah, pencalonannya paling tidak memastikan, bahwa ia tidak pernah akan diadili dalam soal Timor Timur.

Harian Frankfurter Rundschau selain memberikan profil jendral purnawirawan TNI juga menyoroti peluang kandidat-kandidat lainnya....

Pencalonan Wiranto, anak didik Soeharto, mendapat kritik tajam baik di Indonesia mau pun di luar negeri. Di negara tetangga Timor Timur ada gugatan terhadap Wiranto , sehubungan dengan kasus pelanggaran HAM. Sebuah pengadilan di Dili belum memutuskan untuk menerima gugatan tsb. Kemenangan Wiranto menunjukkan , klik Soeharto masih memiliki pengaruh besar . Menurut Menlu Timor Timur Ramos Horta, Wiranto sebagai presiden akan megalami kesulitan dalam menggalang kerjasama dengan luar negeri. Meski penghitungan suara pemilihan umum belum selesai, dapat dipastikan bahwa Partai Golkar menang. Di samping kekalahan telak partai pemerintah PDI-P yang mengejutkan, terjadi dua kejutan lainnya, yakni Partai Keadilan Sejahtera, partai konservatif Islam yang dulu tidak berarti, dengan slogan kampanye anti korupsi di luar dugaan meraih lebih dari 7 persen suara, dan di Jakarta memenangkan suara paling banyak. Juga diluar dugaan penampilan Partai Demokrasi pimpinan Bambang Yudhoyono SBY, yang berhasil meraih lebih dari 7 persen suara. Bagi sementara orang , SBY dipandang sebagai salah satu calon presiden yang paling besar peluangnya. Tampaknya akan terjadi persaingan ketat antara Wiranto dan SBY .

Menurut harian Belanda De Telegraaf, Indonesia mencari tokoh pimpinan yang kuat. De Telegraaf juga mengomentari peluang Megawati Sukarnoputri dalam pemilihan presiden....

Banyak warga Indonesia menganggap Megawati gagal, seperti juga pendahulunya Abdurrahman Wahid. Perekonomian Indonesia masih tetap terpuruk, dan korupsi masih merajalela. Gus Dur gagal sebagai preisden, karena ia terlalu cepat hendak melaksanakan reformasi. Megawati senantiasa bersikap defensif, dan terlalu banyak membuat kompromi. Tidaklah mengherankan keinginan para pemilih akan tokoh pimpinan yang kuat , sebagai penyelesaian terbaik bagi perkembangan selanjutnya, Memang reformasi bisa datang dari sudut yang tidak diduga. Misalnya, seperti ketika Presiden AS Richard Nixon, tokoh konservatif tulen, berhasil mendekati Cina yang komunis.