1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tanpa Gas dari Rusia, Bisakah Eropa Beralih ke LNG?

24 Februari 2022

Cadangan gas Eropa berada pada titik terendah saat ini, sementara musim dingin belum berakhir. Krisis Ukraina meningkatkan kekhawatiran tentang pasokan dari Rusia. Bisakah gas cair (LNG) jadi alternatif?

Tanker LNG di pelabuhan Rotterdam, Belanda
Tanker LNG di pelabuhan Rotterdam, BelandaFoto: Mischa Keijser/imago images

Bulan lalu, bank Jerman Commerzbank menerbitkan data yang menunjukkan situasi persediaan gas alam saat ini di seluruh Uni Eropa. "Persediaan saat ini sekitar 47% dari kapasitas penuh," kata Bernd Weidensteiner, ekonom senior di Commerzbank di Frankfurt, kepada DW. "Biasanya untuk awal tahun sekitar 60% ... jadi ini jauh lebih rendah."

Memang, grafik yang diposting Commerzbank lewat Twitter menunjukkan bahwa pada tahun-tahun sebelumnya persediaan gas alam UE berkisar dari 60% hingga lebih dari 85% pada bulan Januari.

Rusia memasok sekitar 40% gas alam yang diimpor Eropa. Krisis Ukraina membuat situasi jadi rumit, karena negara itu adalah negara transit utama untuk pemasokan gas dari Rusia. Sementara konflik antara Ukraina dan Rusia menjadi semakin memuncak setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengerahkan pasukan ke Ukraina timur dan secara resmi mengakui dua negara yang dideklarasikan kubu separatis sebagai negara merdeka baru.

Keamanan energi Eropa terancam

Banyak pihak memperkirakan, Putin akan menghentikan atau memotong pasokan gas alam dari Rusia sebagai pembalasan atas sanksi-sanksi Barat. Bernd Weidensteiner dari Commerzbank memperingatkan, jika itu terjadi maka "persediaan beberapa negara [Eropa] mungkin akan sangat sedikit."

Namun, baik pemerintah Jerman maupun Komisi Eropa baru-baru ini menyatakan situasinya masih aman. Majalah utama Jerman Der Spiegel pada pekan ini melaporkan, sumber-sumber di pemerintahan Jerman yakin persediaan gas untuk tahun ini masih cukup melewati musim dingin, bahkan jika Rusia benar-benar menghentikan pengiriman selama beberapa minggu.

Optimisme itu didasarkan pada peningkatan pasokan gas alam cair (LNG). Bulan lalu, pemasok LNG mengalihkan sekitar 10 kargo LNG yang tadinya ditujukan untuk Asia ke Eropa.

Tanker LNG di pelabuhan Qatar, Ras Laffan. Qatar adalah salah satu penghasil gas utama di pasar duniaFoto: picture-alliance/dpa/Tim Brakemeier

Bisakah LNG mengisi kesenjangan?

AS telah lama memperingatkan Eropa soal ancaman yang ditimbulkan oleh dominasi Rusia di sektor gas alam. AS sendiri memang sedang berusaha menggalakkan ekspor LNG ke Eropa. Berkat teknologi baru dalam pengumpulan gas alam, dalam dekade terakhir, AS naik menjadi pengekspor LNG terbesar di dunia.

Perusahaan energi Amerika Serikat telah meningkatkan kapasitas ekspor LNG hampir 20% akhir tahun lalu, kata Badan Energi Internasional. Namun, pasokan baru itu mungkin tidak cukup untuk mememnuhi kebutuhan Eropa, jika Putin benar-benar menghentikan pemasokan gas alam dari Rusia.

Dalam jangka pendek, "LNG tidak akan dapat sepenuhnya mengkompensasi (kekurangan gas alam dari Rusia]," kata Bernd Weidensteiner, mengutip "kurangnya kapasitas jangka pendek gratis di antara eksportir seperti AS dan Qatar."

Ekonom Commerzbank itu mengatakan bahwa, meskipun Eropa masih memiliki kapasitas untuk memproses gas cair yang diimpor, "akan sulit untuk mengirimkannya ke pengguna akhir, karena infrastruktur distribusi yang ada tidak disesuaikan untuk pemasokan LNG secara signifikan."

Bernd Wiedensteiner memperingatkan, tanpa pengekspor gas alam atau LNG lain yang bisa menggantikan Rusia, beberapa negara Eropa mungkin harus berjuang untuk mengkompensasi hilangnya pasokan dari Rusia sementara dalam skenario terburuk, Weidensteiner memperingatkan.

(hp/ha)

Nik Martin Penulis berita aktual dan berita bisnis, kerap menjadi reporter radio saat bepergian keliling Eropa.
Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait