Tanpa Hijab, Atlet Iran Harus Tinggalkan Kompetisi di Korsel
Wesley Dockery
19 Oktober 2022
Aksi atlet Iran Elnaz Rekabi yang bertanding dalam kompetisi panjat tebing di Seoul tanpa menggunakan hijab menjadi sorotan. Sejak saat itu, dia menghilang. Sejumlah laporan menduga pemerintah Iran mungkin menghukumnya.
Iklan
Dunia internasional menyuarakan tanda bahaya pada hari Selasa (18/10) terkait keamanan atlet Iran Elnaz Rekabi, setelah dia bertanding tanpa menggunakan hijab pada sebuah kompetisi di Korea Selatan. Dia diyakini telah menghilang sejak kompetisi tersebut, menurut berbagai laporan.
Atlet berusia 33 tahun itu ikut serta dalam Kejuaraan Panjat Tebing Federasi Internastional di Seoul, Korea Selatan, pada hari Minggu (16/10), ketika dia tidak menggunakan kerudung yang diwajibkan bagi perempuan Iran.
Kekhawatiran muncul akan keberadaan Rekabi setelah protes anti-pemerintah terjadi di Iran yang menentang kebijakan pemerintah yang mewajibkan penggunaan kerudung.
Apa yang diketahui tentang atlet Iran tersebut?
Kedutaan Besar Iran di Korea Selatan mengklaim bahwa Rekabi meninggalkan Seoul dengan menggunakan pesawat terbang pada hari Selasa. Namun, muncul kekhawatiran bahwa dia akan menghadapi hukuman berat ketika kembali ke negaranya.
Website berbasis jurnalisme warga, IranWire melaporkan bahwa Rekabi akan dibawa ke penjara Evin setibanya di Teheran. Pusat penahanan tersebut mengalami kebakaran akhir pekan lalu, dan menewaskan sedikitnya delapan orang tahanan.
Baik IranWire maupun BBC Persia melaporkan bahwa pejabat Iran telah menahan telepon dan paspor Rekabi, saat ia berada di Seoul. BBC melaporkan bahwa atlet itu seyogiannya harus meninggalkan Korea Selatan pada hari Rabu(19/10), tetapi keberangkatannya dipercepat secara tiba-tiba.
Kedutaan Iran di Seoul menyatakan "secara keras menolak berita palsu, kebohongan, informasi salah” yang disebarkan terkait status Rekabi.
Dalam sebuah postingan di akun Instagramnya, Rekabi meminta maaf pada hari Selasa (18/10) karena telah menyebabkan kekhawatiran. Dia menuliskan bahwa keputusannya untuk tidak menggunakan hijab selama kompetisi tersebut tidak disengaja. Rekabi mengklaim bahwa dia telah kembali ke Iran bersama timnya sesuai jadwal.
Belum jelas apakah Rekabi dipaksa untuk mengunggah informasi tersebut ke Instagram story-nya oleh pejabat Iran atau dia melakukannya secara sukarela.
Federasi Olahraga Panjat Tebing Internasional mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "sepenuhnya menyadari berita mengenai atlet Iran Elnaz Rekabi.”
"Kami memahami bahwa dia telah kembali ke Iran, dan kami akan tetap memantau situasi yang berkembang pada saat kedatangannya,” kata pernyataan itu sambil menambahkan, "sangat penting untuk menekankan bahwa keamanan atlet adalah hal terpenting bagi kami dan kami mendukung segala upaya untuk menjaga peserta komunitas kami yang berharga dalam situasi ini.”
Iklan
Kontroversi terkait Rekabi hadir di tengah demonstrasi
Gelombang demonstrasi tersebut dipicu oleh kematian Jina Mahsa Amini pada 16 September lalu. Perempuan berusia 22 tahun itu ditahan polisi moral karena tidak mengenakan hijab secara pantas.
Pria-pria Berhijab
Pria-pria di Iran tunjukkan rasa solidaritasnya kepada kaum perempuan, dengan cara mengenakan hijab. Sejak Revolusi Islam tahun 1979, perempuan di Iran wajib berhijab.
Foto: facebook/my stealthy freedom
#MenInHijab
Tagar #Mrdan_Bahjab" dan #MenInHijab di jejaring sosial telah menjadi salah satu tagar atau hashtag paling populer di pertengahan tahun 2016.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Laki-laki Iran mengenakan hijab
Kini foto-foto pria berjilbab membanjiri media sosial, sebagai wujud solidaritas terhadap ibu, istri maupun saudara perempuan mereka yang diharuskan mengenakan hijab di Iran.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mendadak heboh
Kampanye protes pemaksaan jilbab ini menjadi heboh, tatkala mulai dipampang di laman medsos Facebook : #MyStealthyFreedom, yang diinisiasi mereka yang memang berada di garda depan dalam pembelaan hak-hak perempuan. Follower akun : My Stealthy Freedom kini sudah melebihi satu juta orang.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Aturan masa lalu
Seorang pemuda yang mengirimkan foto tantangan pria berhijab ini prihatin ketika ibu, saudara perempuan dan kawan-kawan perempuannya dipaksa mengenakan sesuatu,.Menurut dia pemaksaan berbusana adalah bentuk hukum dari abad lalu.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Sudah dua tahun berkampanye
Inisiator gerakan ini adalah Masih Alinejad. Ia sejak dua tahun lalu meluncurkan kampanye memprotes pemaksaan berjilbab terhadap perempuan. Kampanyenya kini makin menarik perhatian internasional soal isu jilbab. Masih Alinejad yang berlatarbelakang aktivis dan jurnalis sendiri terkejut ketika kampanyenya menjadi arus besar yang ramai diperbincangkan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Bukan cuma masalah perempuan
Menurut Masih Alinejad, jilbab bukan hanya masalah yang dihadapi kaum perempuan. Ini masalah seluruh masyarakat. Gambar-gambar dan pesan-pesan yang disampaikan dalam kampanye menegaskan hal tersebut. Kini kaum laki-laki Iran mengemukakan protes mereka secara terang-terangan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Isu sensitif
Setiap kali persoalan hijab disentil di Iran, berbagai kalangan segera bereaksi berang. Mereka beralasan, amat penting bagi kaum hawa menjaga martabat dengan cara menutupi tubuhnya dengan hijab.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Awalnya menertawakan
Seorang anak muda berkontribusi dalam kampanye yang sedang ‘ngetren’ ini, dengan melampirkan foto bersama ayah dan saudara lelakinya: “Kami menerima tantangan in. Waktu melihat berita ini di TV dimana pria-pria memutuskan memakai hijab, awalnya kami tertawa-tawa, lalu semenit kemudian kami menyadari, bahwa pemaksaan bukan hal yang baik, jadi kami ikut berkampanye.”
Foto: facebook/my stealthy freedom
Melawan pemaksaan terhadap perempuan
Berusaha melawan paksaaan, dengan tidak bercadar. Berdasar laporan Amnesty International tahun 2015, 2,9 juta perempuan Iran mendapat peringatan polisi karena dianggap tak mematuhi aturan berbusana. Lebih dari 200 ribu orang di antaranya menandatangani perjanjian bahwa tak akan melakukannya lagi.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Tak mau menindas perempuan
Foto-foto dan pesan-pesan yang dikirimkan orang-orang ke media-media lokal di Iran banyak yang menyertakan pesan, bahwa kami tidak mau menindas perempuan dengan pemaksaan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mengharap dukungan masyarakat
Seorang prai mengemukakan harapannya agar media setempat pun mendukung gerakan anti pemaksaan ini. Menurut dia harapan itu wajar karena media luar Iran, seperti London Times atau the Independent menulis rinci persoalan ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Sepupu pria mereka bersemangat
Sepupu pria kami gegap gempita menyambut seruan bergabung dengan kami dalam foto. Dengan harapan bahwa semua orang di Iran lebih menghormati kaum perempuan dan hak –hak mereka atas diri mereka sendiri, ujar kedua perempuan dalam foto.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Bergaung ke seluruh dunia
Gaung kampanye ini mengglobal. Selain media Inggris juga media Perancis, media Jerman, televisi Belgia dan Belanda serta media di Italia memberitakan fenomena pria berjilbab ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mencerahkan pandangan orang
Pria ini bersama putranya berpose dengan mengenakan syal sebagai hijab dalam sebuah foto keluarga. Dengan turut serta mendukung kampanye ini, ia ingin agar pemikiran orang-orang tercerahkan, bahwa perempuan punya hak atas tubuhnya sendiri.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mengalami yang dirasakan saudara perempuan
Setiap hari, saudari saya harus mengenakan chador atau syal penutup kepala. Saya ingin ikut merasakan apa yang ia alami dengan pemaksaan busana itu. Kesedihannya, perasaannya... uajr seorang pria yang juga ambil bagian dalam kampanye ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Istri, ibu, dan adik saya menderita jika dipaksa
Ayah dan putra perempuan ini juga menjawab tantangan berhijab dengan untaian kata: "Beberapa orang berkomentar di Facebook bahwa tidak sepantasnya memperlihatkan istri saya tanpa chador. Saya harus mengatakan itu adalah suatu kefasikan, yang disebut cemburu. Ini berarti bahwa Anda dengki terhadap mereka yang menghormati hak-hak perempuan. Sementara istri, ibu, dan adik saya menderita. "
Foto: facebook/my stealthy freedom
16 foto1 | 16
Demonstrasi ini menjadi tantangan terbesar yang dihadapi rezim pemerintah Iran selama bertahun-tahun. Respons yang ditempuh Teheran adalah dengan menahan para demonstran. Badan pemantau HAM Center for Human Rights in Iran yang bermarkas di New York melaporkan pada hari Selasa (18/10) bahwa setidaknya 215 orang dan 27 anak-anak telah tewas selama aksi protes atas kematian Amini.
Amerika Serikat, Uni Eropa, Inggris Raya, Kanada, dan beberapa negara lainnya telah menjatuhkan sanksi baru ke Iran akibat pelanggaran hak pada saat gelombang protes tersebut. Sementara Teheran melihat bahwa demonstrasi tersebut sebagai upaya yang didalangi pihak Barat untuk menumbangkan rezim tersebut.