Jerman, Perancis, Inggris dan Uni Eropa menyerukan kepada Iran untuk tetap berkomitmen, walau Presiden Donald Trump mengumumkan keputusan AS untuk keluar. Jerman sejak awal adalah pendukung utama kesepakatan tersebut.
Iklan
Hampir tidak ada masalah dalam politik Jerman di mana semua politisi memiliki persetujuan bersama selain isu kesepakatan nuklir Iran. Dari partai populis ekstrem kanan Alternative für Deutschland (AfD) hingga ke Partai Kiri, tidak ada seorang pun di negara ini yang memiliki skeptisisme yang sama dengan Presiden AS tentang kesepakatan yang disetujui tahun 2015 itu - setidaknya tidak sampai membatalkannya
Jerman dan Iran pada dasarnya memiliki hubungan yang dekat, dan Jerman sering berusaha untuk menengahi konflik yang terjadi antara Teheran, negara tetangga Iran dan seluruh dunia. Bukan kebetulan, ketika menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Jerman, Presiden Jerman saat ini Frank-Walter Steinmeier menjadi salah satu arsitek utama dari perjanjian 2015 di mana Iran berjanji untuk tidak mengembangkan senjata nuklir sebagai imbalan untuk pelonggaran sanksi oleh anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman.
Juga tidak mengherankan bahwa di sela pertemuan dengan rekan Prancisnya pada Senin (07/05), Menteri Luar Negeri Jerman saat ini Heiko Maas berjanji bahwa Eropa akan terus menghormati perjanjian itu terlepas apakah Presiden AS Donald Trump menarik Washington keluar dari kesepakatan - sesuatu yang pada akhirnya ia lakukan. Berlin juga menjadi tuan rumah sejumlah pertemuan dalam beberapa bulan terakhir yang ditujukan untuk menengahi kompromi dengan AS, yang sayangnya tidak berhasil.
Pemerintahan Trump mencurigai Iran mempertahankan program rahasia pengembangan senjata nuklir dan bersikeras bahwa para inspektur diterima di fasilitas militer Iran - sesuatu yang dibantah oleh Teheran. Orang Amerika tidak termasuk dalam tim inspeksi karena AS dan Iran tidak memiliki hubungan diplomatik.
7 Fakta Program Nuklir Arab Saudi
Mohammed bin Salman berambisi menguasai teknologi nuklir buat menyaingi Iran. Namun AS bersikap mendua lantaran mendapat penolakan dari Israel. Apakah program nuklir Arab Saudi akan mengubah lanskap politik Timur Tengah?
Foto: picture-alliance/empics/V. Jones
Negeri Minyak Melirik Nuklir
Tahun 2016 silam pangeran Mohammed bin Salman memublikasikan program jangka panjang bernama Vision 2030 untuk mentransformasi perekonomian Arab Saudi setelah era kejayaan minyak berakhir. Salah satunya adalah diversifikasi sumber energi, antara lain melalui energi nuklir. Dalam 25 tahun kedepan, Arab Saudi berniat membangun sedikitnya 16 reaktor nuklir dengan biaya lebih dari 80 milyar Dollar AS.
Foto: Getty Images/AFP/G. Cacace
Senjata Pemusnah Massal?
Dalam sebuah wawancara Pangeran Mohammed bin Salman mengutarakan ambisinya mengembangkan senjata nuklir untuk mengimbangi Iran. "Arab Saudi tidak menginginkan senjata nuklir, tapi jika Iran memiliki senjata nuklir, kami akan mengikutinya." Kepemilikan senjata nuklir oleh Arab Saudi diyakini akan memperuncing Perang Dingin di Timur Tengah dan menempatkan kawasan dalam bahaya kiamat nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa/US Department of Energy
Poros Nuklir
Meski keberatan terhadap eksistensi program nuklir di negara Arab, Amerika Serikat berkepentingan mendikte transfer teknologi nuklir kepada Arab Saudi, ketimbang mengalah pada Cina atau Rusia. Namun Riyadh tidak ingin menunggu lampu hijau dari Washington. Saat ini Arab Saudi diisukan aktif menjalin komunikasi dengan Rusia terkait alih teknologi nuklir.
Foto: picture-alliance /ZUMAPRESS/P. Golovkin
Tekanan dari Israel
Iran aktif menyimak perkembangan program nuklir Arab Saudi. Sementara Israel melobi pemerintah Amerika Serikat untuk tidak menjual teknologi nuklir kepada negeri Wahabi tersebut. Ketika Donald Trump menolak keberatan Yerusalem, PM Benjamin Netanyahu mendesak agar AS setidaknya melarang Arab Saudi memperkaya uranium di dalam negeri.
Foto: picture-alliance/AP Photo/E. Vucci
Ultimatum bin Salman
Namun Riyadh justru mendesak mendapat hak serupa Iran untuk bisa memperkaya Uranium di dalam negeri. Mohammed bis Salman berdalih, selain memiliki cadangan uranium dalam jumlah tinggi, Arab Saudi juga bisa melepas kebergantungan energi dengan memiliki fasilitas pengolahan uranium milik sendiri.
Foto: picture-alliance/empics/V. Jones
Tersandung Perjanjian Nuklir Iran
Tidak sedikit politisi di Washington dan Yerusalem yang meyakini, satu-satunya cara membatasi penyebaran teknologi nuklir di Timur Tengah dan meredakan ambisi atom Riyadh adalah dengan mengubah atau membatalkan sepenuhnya perjanjian atom Iran. Dalam hal ini Iran sudah mengantongi dukungan Rusia, Cina dan Uni Eropa untuk tetap mempertahankan perjanjian nuklir sebagaimana adanya.
Foto: Getty Images/AFP/A. Kenare
Demam Nuklir di Timur Tengah
Arab Saudi bukan satu-satunya negara Timur Tengah yang melirik energi nuklir. Uni Emirat Arab sudah mulai mengoperasikan pembangkit listrik pertama dengan nilai 25 miliar Dollar AS. Sementara Mesir telah menandatangani perjanjian pembangunan empat pembangkit listrik tenaga nuklir senilai 30 miliar Dollar AS dengan Rusia. Yordania juga menggandeng Rusia buat mengawal program nuklirnya.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
7 foto1 | 7
Langkah yang akan memojokkan Iran
Beberapa jam sebelum Trump mengumumkan keputusannya pada hari Selasa (08/05), perwakilan partai koalisi yang memerintah Jerman menegaskan kembali posisi yang ditetapkan oleh Maas.
Pemimpin parlemen dari partai konservativ CDU, Volker Kauder, memperingatkan bahwa penghapusan kesepakatan bisa menciptakan isolasi berbahaya untuk Iran.
"Itu hanya akan memperburuk situasi di Timur Tengah," kata Kauder kepada wartawan. "Iran seharusnya tidak dipojokkan."
"Saya terus berpikir bahwa itu adalah hal yang tepat untuk memiliki perjanjian ini," kata koleganya, Alexander Dobrindt dari Partai CSU, basis CDU di negara bagian Bayern.
"Situasinya lebih sulit dari sebelumnya," kata Ketua Demokrat Sosial dan Pemimpin Parlemen Andrea Nahles. "Ada banyak "titik api" di mana-mana."
Tidak seorang pun di Jerman percaya bahwa perjanjian itu sempurna, tetapi konsensusnya adalah kesepakatan itu lebih baik daripada tidak sama sekali, seperti yang digarisbawahi oleh politikus Iran-Jerman yang paling menonjol, Omid Nouripour.
Bagaimana Iran Menangkan Perang Dingin Lawan Arab Saudi
Iran sedang di atas angin. Negeri Syiah itu tidak hanya memanen rezeki dari perjanjian nuklir, tapi juga mendesak Arab Saudi dan melebarkan pengaruhnya di Timur Tengah. Riyadh yang mulai gugup bertaruh pada Donald Trump
Foto: Irna
Damai di Dalam Negeri
Popularitas Presiden Hassan Rouhani menguat sejak Donald Trump berkuasa di Gedung Putih. Saat ini Iran fokus memanen sebanyak mungkin keuntungan dari perjanjian nuklir dan menjaga pengaruhnya di kawasan yang kian meluas. Konsensus itu ikut menjaga stabilitas politik di Teheran.
Foto: Mehr/M.Asgaripour
Banjir Pertumbuhan Ekonomi
Kelonggaran embargo ekonomi membuahkan lonjakan pertumbuhan di sejumlah sektor kunci. Dana Moneter Internasional memperkirakan nilai Produk Domestik Brutto Iran akan meroket dari 23,3 miliar menjadi 427,7 milliar Dollar AS pada 2017. Setelah banjir investasi di Cina, pekan ini giliran Presiden Rusia Vladimir Putin yang datang dan membawa kontrak energi senilai 30 miliar Dollar AS.
Foto: AP
Ramai Diplomasi di Eropa
Di panggung Diplomasi Teheran pun rajin menebar pesona. Eropa kini mendukung Iran mempertahankan perjanjian nuklir yang ingin dipreteli oleh Presiden AS Donald Trump. Agresi Gedung Putih juga mendorong Rusia dan Cina memperkuat dukungannya atas rejim di Teheran.
Foto: Reuters/Sputnik/Alexei Druzhinin/Kremlin
Sekutu di Jantung Teluk
Embargo Arab Saudi dan tiga negara Arab lain hingga kini urung memaksa Qatar memutus pertalian dengan Iran. Malah sebaliknya. Di balik krisis tersebut Doha juga membidik peluang bisnis dengan berekspansi dan menebar investasi. Qatar Airways misalnya membeli Cathay Pacific dan menggandakan kapasitas layanan logistik.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Heimken
Aliansi dengan Turki
Kedua negara adidaya Islam di Timur Tengah itu tidak hanya merangkai aliansi buat memukul kekuatan Kurdi di Irak dan Suriah, tapi juga bahu membahu menggembosi pengaruh Arab Saudi. Ketika krisis Qatar mulai meruncing, Presiden Recep Tayyip Erdogan buru-buru berikrar dukungan pada Doha. Baru-baru ini ketiga negara berupaya mengakali embargo dengan membangun koridor logistik.
Foto: Tasnim
Menumpas Pemberontakan di Irak
Stabilitas keamanan di Irak saat ini nyaris sepenuhnya bergantung pada Iran. Ketika etnis Kurdi menyatakan kemerdekaan di wilayah utara, adalah milisi Syiah dukungan Iran yang membantu pasukan Irak meredam pemberontakan. AS sempat mendesak Irak agar mengusir milisi tersebut. Tapi Baghdad menolak.
Foto: picture-alliance/dpa/A. Dicenzo
Libanon di Pangkuan Mullah
Pengaruh Teheran pekat menyelebungi Libanon, terutama sejak penarikan mundur pasukan Suriah 2005 silam. Saat ini lingkar kekuasaan di Beirut tidak berdaya menghadapi Hizbullah yang dibekingi Iran. Buat memecah kebuntuan, Perdana Menteri Hariri mengundurkan diri atas desakan Riyadh. Langkah itu juga diduga buat memancing konflik antara Israel dan Hizbullah.
Foto: Mahmoud Zayyat/AFP/Getty Images
Menjebak Saudi di Yaman
Perang saudara yang dikobarkan milisi Houthi di Yaman dengan uluran tangan Teheran menempatkan Arab Saudi dalam posisi pelik. Sejauh ini kampanye militer Riyadh tidak hanya gagal menghancurkan kekuatan milisi Syiah itu, tetapi malah membuahkan hujan kritik dunia internasional karena memicu bencana kemanusiaan.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Al-Ansi
Memperkuat Assad di Suriah
Presiden Suriah Bashar Assad kian kokoh berkat dukungan militer Rusia dan Iran. Kekuasaan Damaskus saat ini melebar lewat Palmayra hingga ke Raqqa. Takluknya ISIS membuka vakum kekuasaan yang dimanfaatkan oleh serdadu pemerintah buat merebut kembali teritori yang hilang. Bahkan Eropa perlahan harus mengakui, perang saudara ini tidak akan menamatkan riwayat rejim Assad.
Foto: Getty Images/AFP/N. Al.Khatib
Pertaruhan bin Salman
Saat tersudut, penguasa de facto Arab Saudi Pangeran Muhammad bin Salman mengintip peluang lewat Presiden AS Donald Trump. Ketika Trump berikrar bakal mengambil kebijakan garis keras terhadap Teheran, Riyadh menimpali dengan konfrontasi. AS saat ini adalah satu-satunya sekutu Saudi yang bisa mengganyang pengaruh Iran. Ironisnya kelemahan terbesar pada rencana Arab Saudi adalah Trump sendiri.
Foto: picture-alliance/dpa/AP/E. Vucci
10 foto1 | 10
Mendorong Jerman ke pelukan Cina dan Rusia
Anggota parlemen dari Partai Hijau Omid Nouripour lahir di Teheran. Dia menekankan pentingnya kesepakatan untuk keamanan domestik Jerman.
"Tidak ada kesepakatan berarti tidak ada inspeksi, dan dengan tidak adanya inspeksi maka Iran punya cara terbaik untuk mendapatkan bom dengan cepat," kata Nouripour kepada Deutsche Welle. "Dan kalau Iran mendapatkan bom, itu berarti akan ada nuklirisasi di wilayah tetangga Eropa."
Nouripour adalah salah satu dari 500 anggota parlemen dariPerancis, Jerman dan Inggris yang menulis surat kepada Trump bulan lalu yang mendesak dia untuk tidak menarik AS dari perjanjian tersebut. Nouripour mengatakan dia dan rekan-rekannya akan beralih ke Kongres AS dan memperingatkan akan adanya perpecahan antara AS dan Eropa.
"Kongres dapat mencegah Amerika meninggalkan kesepakatan," kata Nouripour. "Tetapi jika mereka tidak tinggal dalam kesepakatan, itu tugas kami sebagai orang Eropa dan penandatangan untuk mencoba segala yang kami bisa untuk menjaga kesepakatan, bersama dengan Cina dan Rusia. Ini salah satu efek samping yang buruk dari apa yang dilakukan Trump: Mendorong kita ke pelukan Cina dan Rusia."
Menakar Ancaman Teror Nuklir
IAEA dan NATO pernah meramalkan skenario muram bahwa kelompok teror mampu memiliki senjata nuklir. Pencurian dan perdagangan ilegal membuat skenario tersebut bukan sesuatu yang mustahil. Berikut fakta-faktanya
Foto: DW/K.Jäger
Gertak Sambal El Baradei?
Mantan Direktur Badan Tenaga Atom Internasional, Mohammed el-Baradei, 2009 silam pernah merapal mimpi buruk, bahwa "terorisme nuklir adalah ancaman terbesar yang dihadapi dunia saat ini." Menteri Pertahanan Inggris, Michael Fallon, pun mengutarakan hal senada. Tapi seberapa realistis skenario tersebut?
Foto: Getty Images/AFP
Ambisi Nuklir Serdadu Tuhan
Adalah Osama Bin Laden yang 1998 lalu pertama kali memfatwakan "kewajiban kaum muslim rebut senjata nuklir buat lindungi Islam." Dalam laporannya, militer AS menilai saat ini Al-Qaida adalah kelompok yang paling mumpuni dalam hal teknologi nuklir. Al-Qaida tercatat berhubungan erat dengan Bashiruddin Mahmood, Bekas Kepala Program Nuklir Pakistan yang bersimpati terhadap kelompok ekstremis Islam
Foto: AP
Membidik Instalasi Nuklir Sipil
Celah keamanan terbesar ada pada instalasi nuklir sipil. Saat ini dari 130 reaktor percobaan atau laboraturium nuklir yang tersebar di seluruh dunia, 40 di antaranya berada di negara berkembang seperti Pakistan, Ghana dan Libya. Dalam laporannya tahun 2013 silam, IAEA mengeluhkan rentannya sistem keamanan pada instalasi nuklir di negara berkembang
Foto: picture-alliance/dpa/dpaweb
Uranium dari Mosul
Juli 2014 Duta Besar Irak untuk PBB, Mohamed Ali Alhakim, melaporkan bahwa Islamic State mencuri 40 Kilogram Uranium berkonsentrasi rendah dari laboraturium nuklir Universitas Mosul. Elemen tersebut adalah warisan program nukir rejim Saddam Hussein. NATO meyakini, ISIS memiliki dana cukup dan tenaga ahli dari barat untuk mulai mengembangkan apa yang disebut Improvised Nuclear Device (IND)
Foto: picture-alliance/AP Photo
Peluang Lewat Pintu Belakang
Peluang lain buat mendapatkan senjata nuklir adalah lewat jalur ilegal. Tahun 2006 seorang warga Rusia, Oleg Khinsagov ditangkap di Georgia saat membawa 100 gram Uranium yang telah diperkaya (HEU). Ia mengaku membawa sampel buat dijual. 2007 lalu sekelompok pria bersenjata merampok laboraturium nuklir Pelindaba di Afrika Selatan dan mencuri Uranium yang jumlahnya cukup untuk 30 senjata nuklir
Foto: Getty Images
Lenyap ke Pasar Gelap
Sejak tahun 1993, IAEA mencatat sebanyak 421 kilogram zat radioaktif berkonsentrasi tinggi dilaporkan hilang oleh negara-negara anggotanya. Tidak jelas siapa yang mencuri atau membeli elemen beracun tersebut. Pengawas nuklir PBB itu juga sejak tahun 1993 melaporkan seluruhnya 18 kasus kepemilikan ilegal Uranium berkonsentrasi tinggi dan Plutonium .
Foto: PD
Bumbu dari Neraka
Untuk meracik senjata nuklir diperlukan empat kilogram Plutonium atau 25 kilogram Uranium yang telah diperkaya (HEU). Tapi ketika Plutonium memancarkan radiasi tinggi sehingga mudah dideteksi, Uranium sebaliknya lebih mudah diselundupkan, kata William C. Potter, pakar nuklir di Monterey Institute of International Studies di Kalifornia.
Militer Amerika Serikat mengaku pernah kehilangan 11 hulu ledak nuklir. Jumlah serupa juga diyakini pernah raib dari gudang senjata Rusia. Kendati tidak mustahil, mencuri senjata nuklir bukan hal yang mudah. Teknologi terbaru melibatkan sistem keamanan yang tidak lagi berbasis pada kode rahasia, melainkan serangkaian perubahan temperatur dan tekanan udara buat mengaktifkan hulu ledak nuklr
Foto: DW/K.Jäger
Bom Kotor dari Langit
Ketika senjata nuklir buat teroris masih jauh panggang dari api, para serdadu tuhan itu bisa membuat bom kotor alias "dirty bomb" buat menyerang kota-kota besar. Dirty bomb pada dasarnya adalah bahan peledak konvensional yang dibubuhi agen radioaktif untuk menyebar racun mematikan tersebut. Selain elemen nuklir, bom kotor juga bisa berisi muatan racun kimia atau bahkan virus mematikan
Foto: picture-alliance/dpa
9 foto1 | 9
Kesepakatan yang melibatkan banyak pihak
Jadi apakah masuk akal bagi seluruh penandatangan, termasuk Jerman, untuk tetap berada dalam kesepakatan setelah AS mundur?
"Pada akhirnya ini adalah perjanjian internasional yang melibatkan bukan hanya AS dan Iran, tetapi Eropa - yang berarti Inggris, Perancis dan Jerman - serta Rusia dan China," kata Markus Kaim, ahli Timur Tengah dari Institut für Internationale Politik und Sicherheit, kepada DW. "Jadi bagian-bagian lain akan tetap utuh. Para pemain lain telah setuju mematuhi ketentuan perjanjian."
Di sisi lain, jelas bagi semua orang di Jerman bahwa AS menikmati status khusus dalam kesepakatan itu.
"Topik menyeluruh adalah untuk menemukan semacam rekonsiliasi antara AS dan Iran," kata Kaim. "Jika Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian itu, saya pikir rezim Iran tidak akan patuh lagi dengan peraturan yang ada."
na/vlz (dw)
Negara Pemilik Bom Atom
Meskipun tuntutan perlucutan senjata nuklir semakin kuat, di seluruh dunia masih terdapat sekitar 16.300 bom atom. Berikut negara-negara pemilik senjata pemusnah massal ini.
Foto: Reuters
Rusia
Negara ini merupakan pemilik senjata nuklir terbesar, demikian menurut lembaga penelitian asal Swedia, Stockholm Peace Research Institute (SIPRI). Rusia saat ini memiliki 8.000 hulu ledak nuklir. Negara ini pertama kali melakukan uji coba senjata nuklir pada tahun 1949.
Foto: Getty Images/AFP/N. Kolesnikova
Amerika Serikat
Negara ini merupakan satu-satunya yang pernah menggunakan bom atom dalam perang. Saat ini, Ameriika Serikat masih memiliki 7.300 bom atom.
Foto: picture-alliance/AP Photo/H. Jamali
Perancis
Setelah Rusia, Perancis merupakan negara Eropa yang terbanyak menyimpan senjata nuklir. Negara ini mulai mengembangkan senjata nuklir pada tahun 1960, dan saat ini memiliki 300 hulu ledak nuklir.
Foto: picture-alliance/dpa/J.-L. Brunet
Cina
Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia dan dengan jumlah tentara terbanyak di Dunia ini, diperkirakan memiliki 250 bom atom. Cina melakukan uji coba pertama senjata nuklir pada tahun 1964.
Foto: Getty Images
Inggris
Sekutu terdekat Amerika Serikat ini memiliki 225 senjata nuklir. Inggris pertama kali lakukan uji coba nuklir pada tahun 1952.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kaminski
Pakistan
Negara yang pernah berperang sebanyak tiga kali dengan negara tetangganya, India ini diperkirakan memiliki 100 sampai 120 hulu ledak nuklir. Negara di Asie Selatan ini mulai mengembangkan senjata nuklir pada tahun 1998.
Foto: picture-alliance/AP
India
Negara ini melakukan uji coba nuklir pertama tahun 1974, sementara yang kedua dilakukan pada tahun 1998. India diperkirakan memiliki 90-100 bom atom. Negara ini berjanji tidak akan menggunakan senjata pemusnah massal untuk menyerang pertama dan tidak akan menggunakannya terhadap negara yang tak punya senjata nuklir.
Foto: Reuters
Israel
Sangat sedikit informasi tentang program nuklir negara ini yang diketahui masyarakat internasional. Israel diperkirakan memiliki 80 senjata nuklir.
Foto: Reuters/B. Ratner
Korea Utara
Dengan bantuan teknologi dari Pakistan, Korea Utara setidaknya berhasil memiliki enam hulu ledak nuklir. Meskipun masyarakat internasional menerapkan berbagai tekanan dan Embargo, sejak tahun 2006 negara ini tetap rajin melakukan uji coba senjata nuklir.