Apakah Trump akan Picu Perang Dagang AS dengan Eropa?
13 November 2024Donald Trump menyukai permainan tarif. Pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden AS, ia memberlakukan serangkaian tarif pajak dan bea cukai pada mesin cuci, panel surya, baja, dan impor aluminium yang menghantam negara-negara di seluruh dunia — sekutu politik atau bukan.
Selama kampanye pemilu presiden, ia menjanjikan lebih banyak lagi. Sekarang, hanya dalam waktu dua bulan, "orang tarif" yang mendeklarasikan diri sendiri itu akan dilantik sebagai presiden ke-47 AS.
Dalam upaya untuk membawa kembali pekerjaan manufaktur ke Amerika, Trump telah mempertimbangkan untuk menambahkan tarif 10% pada semua impor ke AS, lalu menaikkannya menjadi 20%. Apa pun dari Cina akan dikenakan bea masuk 60% yang tergolong sangat besar.
Uni Eropa sebagai 'Cina mini' bagi Trump
Trump telah memfokuskan banyak perhatian pada Cina tetapi juga menyebut UE sebagai "Cina mini." Pada akhir Oktober, ia memperingatkan bahwa blok tersebut pada akhirnya akan membayar mahal dan berjanji untuk meloloskan "Undang-Undang Perdagangan Timbal Balik Trump."
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
"Mereka tidak membeli mobil kita. Mereka tidak membeli produk pertanian kita. Mereka menjual jutaan mobil produknya di Amerika Serikat," katanya pada sebuah rapat umum di Pennsylvania. "Tidak, tidak, tidak. Mereka harus membayar harga yang mahal."
Uni Eropa memang menjual jauh lebih banyak produk ke AS daripada yang dibeli dari negara itu, tetapi keduanya memiliki banyak kesamaan dan banyak hal yang bisa hilang.
Konflik tarif antara AS dan UE juga dapat berubah menjadi masalah bagi ekonomi AS. Tarif bea dan cukai AS yang tidak beralasan, tidak diragukan lagi akan memicu reaksi melalui penerapan tarif balasan, dan dapat menaikkan harga bagi konsumen Amerika dan berkontribusi pada inflasi.
Tarif AS yang tinggi pada barang-barang Cina, juga dapat merugikan Eropa. Jika Cina tidak dapat lagi mengekspor ke Amerika, mereka akan beralih ke Eropa untuk membuang barang-barang, yang mungkin akan membanjiri pasar.
Dalam pesannya yang memberi selamat kepada Trump atas kemenangannya baru-baru ini, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengingatkannya tentang kesamaan lintas Atlantik mereka sebagai lebih dari sekadar sekutu.
"Kita terikat oleh kemitraan sejati antara rakyat, yang menyatukan 800 juta warga negara," tulisnya. "Jutaan pekerjaan dan miliaran dolar dalam perdagangan dan investasi di setiap sisi Atlantik bergantung pada dinamisme dan stabilitas hubungan ekonomi kita."
Trump 2.0: Harga proteksionisme AS
Kebijakan ekonomi yang diusulkan Trump akan menimbulkan masalah besar bagi Uni Eropa, dan khususnya bagi Jerman, kata para ahli. Tarif AS yang tidak beralasan akan menyebabkan reaksi dalam bentuk tarif balasan.
"Tarif Trump merupakan ancaman serius bagi ekonomi Eropa, dan khususnya negara-negara yang berorientasi ekspor seperti Jerman," kata Niclas Poitiers, seorang peneliti di lembaga pemikir Bruegel yang mengkhususkan diri dalam perdagangan dan ekonomi internasional.
"Ekonomi Eropa masih terhuyung-huyung akibat keputusan yang salah untuk membeli energinya dari Rusia dan menderita karena permintaan yang anjlok dari Cina. Tarif Trump semakin menggelapkan prospek ekonominya," kata Poitiers kepada DW.
Clemens Fuest, presiden Institut ifo yang berpusat di München, memperingatkan tentang "agenda proteksionis yang jelas-jelas didasarkan pada tarif impor yang lebih tinggi dan pembatasan yang lebih besar pada perdagangan internasional, khususnya untuk Cina dan mungkin juga Eropa," dalam siaran pers sehari setelah pemilu AS.
Institut ifo menghitung, bea masuk sebesar 20% atas barang impor, dapat menyebabkan ekspor Jerman ke AS turun sekitar 15%, dan menyebabkan kerugian ekonomi sebesar €33 miliar.
Institut Ekonomi Jerman (IW) yang berpusat di Köln menghitung, perang dagang dengan tarif sebesar 10% di kedua belah pihak, dapat merugikan ekonomi Jerman sebesar €127 miliar pada masa jabatan Trump selama empat tahun di Gedung Putih. Tarif sebesar 20% dapat merugikan ekonomi Jerman sebesar €180 miliar.
Menjauhkan barang buatan luar negeri
Uni Eropa saat ini sudah mengalami pertumbuhan yang lambat. Jerman, ekonomi terbesar di UE, saat ini sedang menuju tahun kedua berturut-turut kontraksi, dan sangat bergantung pada ekspor kendaraan untuk pertumbuhannya. Tarif baru AS akan memperburuk keadaan.
Uni Eropa perlu meningkatkan daya saingnya sendiri, memperkuat kemampuan pertahanan, dan mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh Cina, menurut berkas yang diterbitkan oleh Federasi Industri Jerman (BDI). Prioritasnya adalah mencegah tarif baru sejak awal. Jika itu tidak berhasil, maka tindakan balasan akan diperlukan, tetapi itu akan membutuhkan front persatuan dari semua 27 negara anggota Uni Eropa.
"Trump percaya bahwa tarif adalah alat yang efektif untuk memajukan tujuan manufaktur domestiknya, dan memberikan pengaruh dalam negosiasi internasional," kata Penny Naas, seorang ahli kebijakan publik di German Marshall Fund of the United States di Washington D.C.
"Presiden terpilih AS itu melihat tarif sebagai cara yang efektif untuk menyeimbangkan kembali defisit perdagangan, dan prioritas tarif utamanya kemungkinan besar adalah baja, otomotif, dan barang-barang yang memberikan kontribusi signifikan terhadap pekerjaan manufaktur AS," kata Naas menambahkan.
Tarif besar untuk teman?
"Trump adalah seorang pembuat kesepakatan, dan dia telah menggunakan ancaman tarif untuk mendapatkan konsesi dari mitra dagangnya di masa lalu," kata Naas kepada DW. Dia tidak akan terkejut jika negara-negara dengan defisit perdagangan, telah memulai pembicaraan dengan pemerintahan yang akan datang, untuk membeli lebih banyak dari AS.
Poitiers dari Bruegel menekankan bahwa tarif Trump tidak akan mengarah pada berakhirnya globalisasi dan perdagangan, seperti yang ditakutkan sebagian orang.
"Namun, masa jabatan presiden Trump yang akan datang dapat menandai berakhirnya globalisasi yang dipimpin AS," kata Poitiers. Itu tidak akan mengarah pada berakhirnya globalisasi karena sebagian besar negara masih tertarik pada kerja sama. Yang terpenting, UE harus berhenti menunda integrasi ekonomi yang lebih dalam.
"Eropa sekarang harus membangun koalisi dengan negara-negara yang berpikiran sama untuk mempertahankan kemakmurannya, yang sangat didasarkan pada perdagangan," kata Poitiers.
Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris