Dalam perdebatan tentang kafein, DW mengungkap minuman pagi favorit mana yang lebih ramah lingkungan: Teh atau kopi? Dibahas pula beberapa cara untuk membuat campuran yang lebih ramah lingkungan.
Iklan
Teh dan kopi adalah barang mewah. Kita tidak membutuhkannya untuk bertahan hidup, tetapi banyak dari kita merasa tidak dapat hidup tanpa asupan kafein panas yang mengepul setiap hari ini.
Teh adalah minuman kedua yang paling banyak dikonsumsi setelah air, dan kopi membuntuti tidak jauh di belakang teh. Dan budaya manusia berakar pada kedua minuman tersebut.
Menelusuri asal-usul kopi, kita dibawa kembali ke Ethiopia abad ke-9, di mana legenda mengatakan bahwa seorang penggembala kambing bernama Kaldi menemukan efek imbuhan energi dari buah kopi secara tidak sengaja.
Asal-usul teh berakar di Tiongkok kuno, di mana tokoh mitos Shen Nong dikatakan telah secara tidak sengaja meracuni dirinya sendiri, dan diselamatkan oleh daun teh yang jatuh ke mulutnya.
Butuh waktu yang lama, tetapi kedua minuman yang membikin ketagihan itu akhirnya sampai di Eropa pada abad ke-17 dan menjadi minuman pilihan di kedai kopi dan teh tempat para intelektual publik bertemu untuk membahas berbagai isu terkini.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Begitu populernya "minuman yang membuat ketagihan" ini, perdagangannya turut memicu perluasan kekuasaan wilayah dalam bentuk kolonialisme.
Saat ini, minuman-minuman ini dibudidayakan secara intensif, diolah, dikemas, dan dikirim ke seluruh dunia, sehingga meninggalkan jejaknya pada lingkungan dalam prosesnya.
Jejak lingkungan teh dan kopi dipengaruhi faktor berikut
Dampak minuman-minuman ini dapat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor.
Namun, ada beberapa penelitian yang mengamati seluruh siklus hidup kedua produk tersebut — mulai dari penanaman dan pengangkutan hingga konsumsi dan limbahnya. Temuan-temuan tersebut menyoroti pertanian sebagai aktivitas yang memiliki dampak lingkungan terbesar.
"Tentu saja, setiap perkebunan berbeda," kata Amy Stockwell, seorang analis siklus hidup, yang telah menghabiskan 18 tahun dalam penelitian kopi. "Kopi ditanam di berbagai negara. Cuacanya berbeda. Petani memperlakukan tanaman mereka secara berbeda."
Racik Mimpi dengan Jualan Kopi
Meminum kopi secangkir saja sudah membantu perkembangan ekonomi kelas masyarakat paling rendah di ibukota Etiopia, Addis Abeba. Membeli kopi terutama membantu kaum perempuan untuk membangun eksistensi.
Foto: DW/James Jeffrey
Kafe Berjalan
Di Addis Abeba, bisnis jualan secangkir kopi punya hirarki yang jelas. Yang berada di paling bawah adalah para perempuan, yang menjual kopi dengan menjinjing termos serta cangkir di jalan-jalan. Secangkir kopi harganya tiga Birr, atau sekitar 1.800 Rupiah. Penjaja kopi bernama Liya bercerita, kalau sedang mujur, ia bisa mendapat sampai 40 Birr sehari. Ia puas dengan pekerjaannya.
Foto: DW/James Jeffrey
Berusaha Mendapat Hidup Lebih Baik
Tapi Aster Endale sudah bosan menjual kopi dengan berjalan di bawah terik matahari setiap hari. Ia ingin naik ke tangga hirarki berikuntya, dan menjual kopi pada stan-stan tradisional yang disebut "jebena buna," yang biasanya berada di depan restoran atau bar. "Setiap orang berusaha memperoleh hidup lebih baik, kalau tidak untuk apa bekerja?", kata Aster Endale yang berusia 18 tahun.
Foto: DW/James Jeffrey
Disajikan dengan Senyum
"Pelanggan datang, karena saya ramah dan karena mereka senang kopi tradisional ini," kata Eyerusalem Mesele yang berusia 19 tahun. Ia menjual kopi pada jebena buna yang berlokasi di depan sebuah bar. Dalam sebulan ia mendapat sekitar 700 Birr, yaitu sekitar 430.000 Rupiah. "Saya menghemat uang itu, agar bisa membuka stan sendiri di masa depan," kata Eyerusalem Mesele.
Foto: DW/James Jeffrey
Peluang di Negara Lain?
"Keluarga saya di Kuwait membantu saya agar bisa mendapat ijin kerja di sana," cerita Roza Melese (21), pemilik jebena buna di depan sebuah hotel. Bisnisnya berjalan lancar. Dalam sebulan ia mendapat sekitar 600.000 Rupiah. Di Kuwait ia berharap bisa mendapat uang lebih banyak lagi, sehingga nantinya bisa membuka kedai kopi lebih besar lagi di Etiopia.
Foto: DW/James Jeffrey
Mimpi Punya Hotel Sendiri
Roza Melese menstabilkan lengannya dengan satu tangan sementara menuang kopi, sesuai tradisi. Jika mendapat ijin dari Kuwait, ia berangkat Mei 2015 ke negara itu. Ia akan tinggal di sana selama empat tahun dan bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Impiannya adalah membuka hotel sendiri di Etiopia dan punya sebuah mobil.
Foto: DW/James Jeffrey
Ekspor Tradisi
Tingkat tertinggi pada hirarki bisnis kopi adalah kafe seperti Tomoca. Sejak 1953 kafe ini menarik pengunjung dengan wanginya biji kopi yang disangrai. "Ini saat tepat untuk mendapat modal dari sejarah kita," kata manajer Wondwossen Meshesha. Ia merencanakan, akan menjual kopi ke negara-negara Afrika Timur lainnya, juga ke Eropa dan Asia.
Foto: DW/James Jeffrey
Kebiasaan Minum Baru
Semakin banyaknya jumlah kafe serta tempat penyangraian kopi menunjukkan, sebuah kebudayaan minum baru sudah terbentuk. "Orang tidak punya waktu menyangrai kopi selama berjam-jam di rumah," kata Getachew Woldetsadick, yang bertanggungjawab di bidang pemasaran di kafe Alem Bunna. Ia juga ingin memperluas pasar ke negara-negara Afrika Timur, juga Eropa dan Asia.
Foto: DW/James Jeffrey
Pengaruh Barat
Kaldi’s Coffee berada di jalan bernama Bole Road, salah satu jalan paling terkenal di Addis Abeba. Di sini terutama warga asing dan warga muda Etiopia menikmati kopi. Ide logo berwarna hijau-putih didapat pendiri kafe ketika berkunjung ke AS, di mana ia mendapat inspirasi dari logo Starbucks.
Foto: DW/James Jeffrey
Tidak Bisa Buang Waktu
Setelah ia mencuci cangkir, Aster Endale segera mengangkat keranjangnya dan menyeberangi jalan, menuju calon pembeli berikutnya. Semakin banyak waktu terbuang berarti semakin sedikit kopi yang terjual dan semakin sedikit uang yang diperoleh. Sekarang ia belum punya uang cukup untuk menyewa jebena buna di depan restoran atau bar.
Foto: DW/James Jeffrey
9 foto1 | 9
Namun, mekanisasi panen teh dan kopi, irigasi, dan pupuk, yang mengeluarkan nitrogen oksida, gas rumah kaca yang kuat, semuanya berkontribusi terhadap dampak iklim.
Kopi, misalnya, secara tradisional ditanam di bawah naungan pohon lain. Sekarang, kopi sebagian besar ditanam di perkebunan besar yang terkena sinar matahari langsung, yang membutuhkan penggunaan air, pupuk, dan pestisida yang lebih intensif.
Penebangan hutan untuk membuka perkebunan teh dan kopi merupakan faktor lain di sini.
"Sebagian besar penggundulan hutan yang terjadi di negara-negara di belahan bumi selatan, digunakan untuk perkebunan yang menghasilkan tanaman komersial seperti kopi dan teh hitam dan hijau untuk diekspor ke negara-negara di belahan bumi utara seperti Jerman," papar Lena Partzsch, profesor politik komparatif yang berfokus pada lingkungan, iklim, dan rantai pasokan global di Free University, Berlin.
Perkebunan teh mendorong pembukaan hutan di negara-negara seperti Sri Lanka dan India. Namun, kaitan budidaya kopi dengan hilangnya hutan, terdokumentasi dengan baik, dengan sekitar 130.000 hektare hutan hilang setiap tahunnya untuk membuka perkebunan, demikian menurut Barometer Kopi 2023.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Wageningen di Belanda memperkirakan 5% penggundulan hutan dapat dikaitkan dengan budidaya kopi.
Derita Di Balik Kenikmatan Kopi
Bagi penggemarnya, kopi luwak menawarkan cita rasa tiada tara. Namun proses ke arah kenikmatan itu kerap lewati kekejian terhadap hewan.
Foto: Getty Images/N. Loh
Sejatinya, makhluk malam di alam liar
Musang luwak biasa hidup di alam bebas. Di Indonesia, hewan noktural ini banyak ditemukan di hutan-hutan Sumatera Utara, Aceh, Padang, Lampung dan kawasan-kawasan lain di Indonesia, hingga negara-negara lain di Asia Tenggara. Hewan ini gemar mengudap buah-buahan dan biji-bijian segar sebagai cemilan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Jadi mesin penggiling kopi
Hewan persilangan kucing hutan dan musang ini juga suka mengonsumsi buah kopi, mencernanya dengan enzim dari tubuh mereka, sehingga tinjanya menimbulkan aroma khusus. Biji kopi yang keluar bersama feses hewan tersebut utuh. oleh manusia, biji-biji tersebut kemudian dibersihkan, dikeringkan di bawah sinar matahari, digiling dan diolah. Hasilnya: kopi luwak yang istimewa.
Foto: Getty Images/P. Bronstein
Kotoran yang jadi emas
National geographic menulis, pada masa kolonialisme, belanda membawa benih kopi untuk ditananam di perkebunan jajahannya dalam skala besar. Petani kopi di Indonesia kemudian menyadari bahwa musang luwak memakani kopi dan tak bisa mencerna. Petani kemudian mengumpulkan kotoran itu dan mengolahnya menjadi kopi yang bisa mereka minum.
Foto: Getty Images/N. Loh
Manusia ingin lebih
Karena rasa kopi dari kotoran luwak dianggap amat nikmat, produsen kopi pun berusaha memenuhi permintaan pasar. Pangsa pasarnya pun tak hanya domestik. Harganya yang selangit, tak urungkan minat pecinta kopi luwak untuk setia memburu kopi istimewa ini. Tingginya peluang bisnis, mendorong produsen mengandangkan hewan liar ini untuk meningkatkan produksi.
Foto: Getty Images/P. Bronstein
Pandai memilih
Di alam liar, luwak terkenal pandai memilih mana biji kopi yang baik dan mana yang tidak. Namun jika mereka berada dalam kandang, mereka terpaksa memakan kopi yang disediakan peternak. Para jurnalis termasuk di antaranya BBC, Guardian serta para pecinta hewan menyelidiki situasi apa yang menimpa hewan berbulu ini di kandang mereka.
Foto: Getty Images/AFP/S. Tumbelaka
Depresi dalam kerangkeng
Dalam kandang, mereka dipaksa makan kopi tertentu. Dalam laporannya, National Geographic menyebutkan, karena gelisah terkungkung dalam kandang, para luwak sampai menggerogoti kaki mereka sendiri dan terluka, bahkan tewas. Jurnal Animal Walfare menyebut produksi kopi luwak sebagai industri perbudakan.
Foto: Getty Images/N. Loh
Stres dan hampir gila
Sementara itu, aktivis People For The Ethical Treatment of Animals atau PETA yang menyelidiki industri kopi luwak di penangkaran luwak di Indoensia dan Filipina, menemukan luwak-luwak yang ada di kandang menderita gejala-gejala hewan yang akan menjadi gila: mondar-mandir tak karuan, kepala bergoyang-goyang dan menggerogoti kerangkeng. Demikian dilansir Jakarta Post.
Foto: Getty Images/N. Loh
Dipenjara dan dibebaskan
Para pengusaha membantah memperlakukan hewan 'penggiling kopi' itu dengan biadab. Beberapa di antara mereka mengaku memberi nutrisi pada luwak dan membersih kandang, serta dalam beberapa bulan setelah dikurung, pengusaha melepaskan kembali hewan liar tersebut ke alam bebas.
Foto: Getty Images/P. Bronstein
Harganya ‘sesadis’ penyiksaannya
Di situs most-expensive.coffee tercatat harga secangkir kopi luwak di manca negara bisa mencapai 35$-100$ per cangkir. Sementara untuk satu kilo kopi harganya antara 200$-1200 dollar AS. Kopi diekspor hingga ke Eropa dan Amerika. Namun tak sedikit ditemukan kopi luwak palsu, atau dicampur dengan kopi biasa. Butuh ketrampilan khusus untuk kenali yang asli.
Foto: Getty Images/N. Loh
Hewan tawanan atau hewan bebas
Penjualan kopi Luwak yang dijual di Inggris sebelumnya jadi kontroversi, karena pengadaan kopi dilakukan dengan mengurung musang, sementara pihak penjual mengklaim bahwa kopi dikumpulkan dari binatang yang bebas di alam liar. Ed: ap/rzn(berbagai sumber)
Foto: Getty Images/N. Loh
10 foto1 | 10
Produk-produk tersebut juga harus diolah untuk dikonsumsi. Dampak lingkungan di sini bergantung pada jenis energi yang digunakan — bahan bakar fosil atau energi terbarukan.
Kemudian, transportasi. Meskipun estimasi untuk teh dan kopi berbeda, salah satu faktor penentu adalah apakah produk tersebut diangkut melalui laut atau udara.
Sebuah studi UCL tahun 2021 menemukan bahwa peralihan dari pesawat terbang ke kapal kargo menyebabkan emisi transportasi turun secara signifikan.
Kemasan juga meninggalkan jejak lingkungan. Dampaknya bergantung pada apakah itu plastik, kertas dari sumber yang berkelanjutan, atau dapat didaur ulang.
Kemasan yang dibuang ke tempat pembuangan sampah tempat makanan membusuk dan mengeluarkan gas rumah kaca metana. Limbah kopi merupakan tantangan besar, kata Stockwell.
"Seberapa sering kita menyeduh sepenuh teko kopi dan kemudian hanya meminum setengahnya? Saya pernah melihat beberapa data di masa lalu yang mengatakan, biasanya sepertiga isi teko kopi terbuang sia-sia," kata Stockwell.
Iklan
Jadi, lebih baik teh atau kopi?
Nah, ini rumit. Sulit untuk membandingkan satu kilogram teh dengan satu kilogram kopi dan membuat rekomendasi yang pasti karena seperti halnya "produk pertanian lainnya, ada banyak sekali variasinya," kata peminum teh secara rutin, Stockwell.
Namun, para peneliti yang mengamati jejak karbon dari secangkir teh versus secangkir kopi — tanpa gula atau susu — mengatakan bahwa teh lebih unggul, karena kita menggunakan lebih sedikit produk per cangkir. Satu kantong teh mengandung sekitar 2 gram daun teh dan secangkir kopi menggunakan sekitar 7 gram biji kopi.
Kopi: Pembuat Segar Yang Rugikan Alam
Orang Jerman paling senang minum kopi. Baik hitam, dicampur susu, atau manis. Kadar kafeinnya tinggi dan beberapa cangkir sehari. Apa itu sehat? Bagaimana dengan dampak bagi lingkungan?
Foto: picture-alliance/dpa
Minuman Kegemaran Orang Jerman
Bukan bir. Minuman yang paling disenangi orang Jerman adalah kopi. Tiap orang Jerman minum kopi rata-rata 149 liter per tahun, jadi tiga cangkir per hari. Setelah kopi, air jadi minuman kegemaran ke dua.
Foto: picture-alliance/dpa
Membugarkan Tubuh dan Otak
Kopi mengandung kafein. Substansi kimia ini meningkatkan frekuensi hati, memperbesar pembuluh darah di tubuh, tetapi menyempitkan pembuluh darah di otak. Kafein tingkatkan kemampuan bekerja serta konsentrasi dan menyebabkan tidak mengantuk. Tapi kafein sebabkan ketergantungan. Sakit kepala adalah salah satu gejala ketergantungannya.
Foto: shoot4u/Fotolia
Lebih Baik dari Namanya
Kopi bukannya tidak sehat. Empat atau lebih banyak cangkir tiap harinya bahkan baik bagi tubuh, kata Deutsche Grüne Kreuz, organisasi Jerman yang mengurus kesehatan. Kopi menstimulasi banyak organ. Menurut studi, kopi bisa mengurangi risiko sakit Alzheimer dan Parkinson.
Foto: AP
Awalnya adalah Buah Kopi
Tanaman kopi berasal dari Ethiopia. Pohon kopi bisa setinggi empat meter. Dari pohon itu berasal buah kopi. Dalam proses matang, warna berubah dari hijau jadi kuning dan merah. Dari buah itu diperoleh biji kopi.
Foto: Fotolia
Panen dan Pengolahan
Buah kopi biasanya dipetik dengan tangan kemudian dikeringkan. Untuk itu buah dijemur beberapa pekan dan dibalik secara teratur. Buah kopi bisa juga dibersihkan dengan air, dan dalam proses berikutnya dipisah antara daging buah dan biji.
Foto: Deutscher Kaffeeverband e.V.
Biji kopi siap!
Setelah dikeringkan, biji kopi hanya perlu dikupas. Setelah itu dipanggang dan digiling jadi serbuk. Tergantung pohonnya, akan diperoleh beberapa jenis kopi: Arabika dari pohon kopi Arabika, sedangkan Robusta dari pohon Coffea Canephora.
Foto: Fotolia
Brasil Exportir Kopi Nomor 1
Pohon kopi perlu iklim seimbang tanpa suhu ekstrem. Kopi terutama ditanam di negara-negara sekitar katulistiwa. Produsen kopi terbesar dunia adalah Brasil, disusul oleh Vietnam dan Kolumbia. Tiap tahun, di seluruh dunia dipanen sekitar delapan juta ton kopi. Sebagian besar diekspor. Pelabuhan Hamburg jadi pintu masuk utama kopi ke Jerman, Skandinavia dan Eropa Timur.
Foto: picture-alliance/dpa
Rugikan Keanekaragaman Hayati
Secara tradisional, pohon kopi ditanam di sekitar pohon-pohon yang tinggi. Akibatnya, ruang hidup alamiah dan keanekaragaman hayati terjaga. Tetapi konsumsi kopi dunia meningkat. Untuk tingkatkan produksi, banyak pemilik perkebunan mengadakan monokultur. Terutama banyak jenis burung menderita, karena tidak punya tempat untuk membuat sarang.
Foto: picture-alliance/dpa
Kopi Organik Jadi Alternatif
Di banyak negara hutan dibabat untuk perkebunan kopi. Pestisida dan obat-obatan lain ditujukan melindungi pohon dari hama, tetapi juga mencemari lingkungan hidup. Kopi organik sekarang jadi alternatif. Tapi jumlahnya di pasaran dunia masih kurang.
Foto: imago/Photoshot/Balance
Perlindungan bagi Kopi di Negara Asal
Kopi ditanam di seluruh dunia, tetapi di negara asalnya, Ethiopia, tanaman ini terancam punah. Di negara itu, kopi tumbuh di daerah hutan tropis di daerah Kaffa dan menderita akibat pembalakan hutan. Sejumlah program perlindungan kini dilancarkan untuk menjaga kelestariannya.
Foto: Svane Bender-Kaphengst / NABU
Kopi "Istimewa"
Salah satu jenis kopi termahal adalah Black Ivory Coffee (kopi gading hitam) dari Thailand. Seperti Kopi Luwak, biji kopi jenis ini sudah melalui pencernaan hewan. Untuk kopi ini, biji sudah melalui pencernaan gajah.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
Jika kita menambahkan susu ke dalam persamaan, kopi juga akan menjadi lebih buruk. Susu sapi memiliki jejak karbon yang besar, dan kita cenderung menambahkannya lebih banyak ke dalam kopi — pikirkan latte dan flat white.
"Saat Anda minum kopi dan teh, keputusan terbesar yang Anda buat adalah susu apa yang Anda masukkan ke dalamnya," kata peminum kopi dan profesor UCL Mark Maslin.
Jadi, beralih ke susu nabati atau minum kopi atau teh hitam adalah salah satu hal yang bisa dilakukan.
Apa lagi yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak lingkungan dari teh dan kopi?
"Hanya memanaskan jumlah air yang Anda butuhkan sangatlah penting," kata Stockwell. "Saya selalu mengisi ketel lebih banyak dari yang seharusnya. Dan tentu saja, saya menggunakan energi listrik ekstra untuk memanaskan lebih banyak air daripada yang akan saya gunakan."
Perubahan kecil lainnya termasuk menyimpan produk dalam wadah kedap udara agar tidak basi dan membeli teh daun alih-alih kantong teh celup, yang sering kali mengandung plastik sehingga tidak dapat dikomposkan.
Penjaja Teh Jalanan India
Chai, atau air teh khas India yang biasanya dicampur susu dan rempah-rempah, merupakan bagian penting dalam keseharian di India. Di setiap wilayah, ada cerita unik berbeda-beda mengenai penjaja air teh jalanan.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Penjaja Air Teh Jalanan
Di India penjual air teh atau chai, ada di hampir semua pojok jalan. Setiap orang punya warung teh favorit. Resepnya dirahasiakan, bahan dasarnya daun teh atau rempah-rempah diseduh air, lazimnya dibubuhi susu. Penjaja teh di Bansi dekat gedung Mahkamah Agung di Mumbai, seorang pembeli menerima segelas air teh dari penjaja. Pelanggan di sini juga para hakim, jaksa dan pengacara.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Kerja Tim
Warung teh Sri Ram di pintu masuk pasar Clock Tower, Jodhpur di Rajasthan, dikelola tiga orang. Mahinder melayani pelanggan, dengan gayanya yang khas, membawa empat gelas teh dengan sebelah tangan, tanpa tumpah setetespun. Sementara Rasa (latar belakang) membuat air teh dan Haresh (tidak ada dalam foto) menjajakan air teh kepada pelanggan di dalam pasar.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Berjualan Sendirian
Meenakshi berjualan air teh di dekat sebuah shopping mall modern di Kolkata, West Bengal. Ia menjajakan jualannya sendirian, mencerminkan tradisi kuat penjaja teh perempuan Bengali. Suaminya tinggal di rumah, mengurus anak mereka yang berusia 4 tahun.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Teh untuk Para Bintang
Bollywood, yang bertebaran bintang film terkenal, juga memiliki penjaja teh favorit. Chhotu terkenal sebagai penjual teh di Mumbai yang melayani para bintang Bollywood. Ditanya, siapa bintang favoritnya, Chhotu berkilah diplomatis, tidak bisa menyebutkannya, karena ia bekerja untuk semua bintang.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Tidak Pernah Terlalu Tua
Shivnat Rai Jadav (73 tahun) asalnya peternak sapi dan kerbau di Kolkata. Ketika 10 tahun lalu dipaksa memindahkan ternaknya ke luar kota, ia ganti haluan berjualan air teh dicampur susu yang disebut masala di pusat kota. Susu diperoleh dari ternak milik sendiri, yang diurus anak lelakinya. Resep khasnya: daun teh tidak diseduh air, tetapi susu segar yang dimasak kental.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Penjaja Teh di Tepi Sungai Gangga
Sunita Devi membuka kedai kecil dari kayu di tepi sungai Gangga dekat kawasan wisata Diara. Selain menjual air teh, ia juga menjajakan kue dan rokok kepada para penumpang atau nakhoda perahu penyeberangan. Setiap harinya Sunita bisa menjual 200 gelas teh, dengan omset sekitar 1.000 Rupee atau sekitar 190 ribu Rupiah.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Berjualan Sampai Pagi
Shobhan Barwa membuka kedai tehnya di Kolkata hingga dini hari saat perayaan Durga Puja. Yang dijajakannya, selain chai, alias teh dicampur susu dan rempah-rempah, juga roti bakar. Para pelawat yang mengikuti perayaan biasanya minum teh untuk membuatnya tetap melek, agar bisa mengunjungi seluruh paviliun saat festival.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Teh untuk Pekerja Harian
Ganesh adalah penjaja teh di stasiun kereta Patna di Bihar. Kedainya sama serupa dengan warung teh yang berjejer di sekitar stasiun. Tapi bagi Ganesh kedai lain bukan saingan, karena jumlah pelanggan, buruh harian yang bergegas di pagi hari cukup banyak untuk dilayani semua penjaja teh.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
Wartawan Peliput Penjaja Teh
Resham Gellatly (kiri) and Zach Marks (kanan), keduanya wartawan Amerika, meliput kedai-kedai teh khas India ini. Keduanya pernah bermukim di India antara 2010 hingga 2011 dan amat tertarik memotret kisah penjaja teh tadisional di seluruh India.
Foto: R. Gellatly/Z. Marks
9 foto1 | 9
Perusahaan, petani, dan pemerintah juga bisa berperan
Studi UCL tahun 2021 tentang kopi menemukan bahwa penggunaan lebih sedikit pupuk, pengelolaan air dan energi yang lebih efisien, serta ekspor biji kopi melalui kapal kargo daripada pesawat, dapat memangkas emisi karbon tanaman kopi hingga sekitar 77%.
Bisnis juga dapat menggunakan kemasan yang lebih ramah lingkungan dan energi terbarukan jika memungkinkan. Dan beberapa perusahaan telah mendaftar ke skema sukarela untuk memastikan rantai pasokan mereka berkelanjutan.
Tahun lalu, Uni Eropa mengesahkan undang-undang untuk memaksa bisnis menunjukkan produk seperti kopi dan kakao tidak berasal dari lahan hasil penggundulan hutan.
Itu penting karena konsumsi kopi diprediksi akan berlipat ganda dalam 25 tahun ke depan. Pada saat yang sama, dunia memanas dan area yang cocok untuk budidaya kopi akan berkurang setengahnya. Kopi adalah tanaman yang sensitif.
"Ini sedikit mirip dengan kita. Anda tahu kita suka yang hangat-hangat dan nyaman. Kita suka sedikit kelembapan yang layak. Kita tidak menginginkannya terlalu panas, berkeringat," kata Mark Maslin, seraya menambahkan bahwa kita harus memastikan "seiring meningkatnya permintaan kopi dan teh, kita tidak melakukan penggundulan hutan di area baru untuk produksi tersebut."