Otoritas Penerbangan Malaysia mendulang kritik lantaran acap memberikan keterangan kontradiktif mengenai lokasi hilangnya pesawat MH370. Terakhir, Malaysia meminta bantuan pencarian di Laut Cina Selatan dan Laut Andaman.
Iklan
Teka teki seputar nasib naas yang menimpa pesawat milik maskapai Malaysia Airlines bertambah. Empat hari setelah menghilang di langit, otoritas Malaysia mengklaim pihaknya tidak mengetahui arah terbang pesawat bernomer MH 370 itu usai bertolak dari Kuala Lumpur.
Pernyataan tersebut mempersulit upaya tim penyelamat menemukan kembali korban yang berjumlah 239 orang. Otoritas penerbangan dan militer Malaysia sebelumnya mengatakan, pesawat itu berbalik arah sebelum memasuki Vietnam. Beberapa pihak meyakini, pesawat itu bisa jadi menghilang di selat Malaka.
Panglima Angkatan Udara, Tan Sri Rodzali Daud bertutur, pesawat dideteksi terakhir pada pukul 2:40 di dekat Pulau Perak yang terletak di selat Malaka. "Setelah itu sinyal dari pesawat menghilang," katanya kepada pers. Selama ini kawasan timur Laut Cina Selatan diyakini sebagai lokasi kejatuhan pesawat.
Simpang Siur Lokasi Hilang
Namun pernyataan dari militer bernada sebaliknya. "Pesawat mengubah arah terbang setelah melintasi Kota Bharu dan turun ke ketinggian yang lebih rendah," kata seorang perwira militer kepada kantor berita Reuters. Pilot seharusnya mengabarkan menara pengawas jika ia mengubah arah terbang. MH370 tidak berupaya mengontak atau memberikan alarm darurat.
Ketika ditanya kenapa tim penyelamat masih mencari pesawat di selat Malaka yang terletak di arah berlawanan, Kepala Otoritas Penerbangan Malaysia, Azharuddin Abdul Rahman menjawab datar, "ada hal yang bisa saya katakan, ada hal yang tidak bisa saya katakan."
Seorang perwira Angkatan Udara Indonesia, Kolonel Umar Fathur mengklaim, pihaknya mendapat informasi resmi dari Malaysia, bahwa pesawat menghilang dari radar ketika terbang 20 Kilometer dari Kota Bharu, di atas Laut Cina Selatan. Setelah itu pesawat berbalik arah ke selat Malaka dan menghilang.
TNI AU sebelumnya terlibat dalam upaya pencarian di selat Malaka. Namun lantaran kabut asap membatasi jarak pandang, pencarian pun dibatalkan.
Kecelakaan Tragis Pesawat Terbang
Lalu lintas udara tergolong paling aman dibanding lalu lintas darat atau laut. Tapi kecelakaan pesawat terbang pasti jadi berita besar.
Foto: imago/Rüdiger Wölk
Air Algerie
24 Juli 2014, pesawat Air Algerie yang membawa 110 penumpang jatuh di Mali. Insiden pesawat di ini, menambah daftar tragedi udara tahun 2014, setelah hilangnya Malaysia Airlines MH370, jatuhnya MH17 akibat tembakan rudal, dan kecelakaan ATR-72 yang dioperasikan TransAsia Airways Taiwan.
Foto: Reuters
MH17 Ditembak
17 Juli 2014, pesawat penumpang Malaysia Airlines MH17, rute Amsterdam- Kuala Lumpur jatuh di Ukraina terkena tembakan rudal darat ke udara. Seluruh dan kru --yang berjumlah hampir hampir 300 orang-- meninggal dunia.
Foto: AFP/Getty Images
Malaysia Airlines MH370
8 Maret 2014, Boeing 777-200 milik Malaysia Airlines terbang dari Kuala Lumpur ke Beijing ketika tiba-tiba hilang dari radar di ketinggian 35.000 kaki. 239 penumpang dan awak nasibnya belum diketahui. Tim SAR mencari jejak pecahan pesawat di sekitar perairan Vietnam.
Foto: picture-alliance/dpa
Bhoja Air
20 April 2012, Boeing 737 milik Bhoja Air jatuh di dekat ibukota Pakistan, Islamabad, ketika berupaya mendarat saat badai. 127 penumpang dan awak pesawat tewas. Investigasi menunjukkan penyebab kecelakaan adalah pilot yang mengabaikan peringatan ko-pilot bahwa pesawat terbang terlalu rendah.
Foto: Reuters
Iran Air
9 Januari 2011, Boeing 727 milik Iran Air pecah berkeping-keping akibat terhempas di barat laut Iran. 77 penumpang dan awak tewas. Hasil investigasi penyebab kecelakaan hingga kini tidak diumumkan kepada publik.
Foto: picture-alliance/dpa
Air India
22 Mei 2010, Air India Express rute Dubai-Mangalore keluar landas pacu saat mendarat dan jatuh ke jurang. 152 penumpang dan awak tewas. Investigator menuding pilot yang bersalah. Keluarga pilot balik menuding manajemen maskapai penerbangan, menugasi pilot yang sudah kelelahan.
Foto: AP
Afriqyah Airways
12 Mei 2010, pesawat milik Afriqiyah Airways yang sedang terbang menuju Tripoli dari Johannesburg, jatuh di kawasan gurun pasir sekitar 2 km dari bandara, menewaskan seluruh 103 penumpang dan awak. Penyebab kecelakaan: pilot yang lelah dan kesalahan teknis.
Foto: AP
Pesawat Kepresidenan Polandia
10 April 2010, pesawat terbang yang ditumpangi Presiden Polandia Lech Kaczynski jatuh ketika berusaha mendarat saat cuaca buruk di kota Smolensk barat Rusia. Semua 96 penumpang termasuk presiden Polandia tewas. Penyebab kecelakaan: pilot dipaksa oleh pejabat tinggi di dalam pesawat untuk mendarat, walau cuaca buruk.
Foto: AP
Air France
1 Juni 2009, pesawat Air France tipe Airbus A330 terjebak badai saat penerbangan dari Rio de Janeiro ke Paris dan jatuh ke Samudra Atlantik menewaskan seluruh 228 penumpang dan awak. Penyebab kecelakaan: serangkaian kesalahan pilot dan terlambat bereaksi mengatasi masalah teknis.
Foto: picture alliance / dpa
Yemen Airways
30 Juni 2009, pesawat Airbus 310 milik Yemenia atau Yemen Airways yang sedang terbang menuju pulau Comoro jatuh ke Samudera Hindia, menewaskan 153 penumpang dan awak. Hasil investigasi penyebab kecelakaan: kesalahan pilot memasukan data pengendali hingga memicu masalah pada aerodinamik pesawat, serta diabaikannya peringatan bahaya oleh awak pesawat.
Foto: AP
10 foto1 | 10
Kritik Terhadap Otoritas Malaysia
Pemerintah Malaysia mendulang hujan kritik lantaran acap melayangkan kabar simpang siur terkait arah terbang Boeing 777-200 itu. Sejauh ini Malaysia sudah menyebut dua lokasi, yakni selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Sembilan negara terlibat dalam upaya pencarian, termasuk di antaranya Indonesia.
Malaysia juga dikabarkan meminta pemerintah India untuk melakukan pencarian di laut Andaman di selatan Rangoon, Myanmar. Permohonan bantuan tersebut membingungkan karena laut Andaman terletak ratusan kilometer dari selat Malaka. Serupa dengan di selat Malaka, pencarian yang digawangi Malaysia dikritik lantaran tidak berbasis pada informasi akurat mengenai keberadaan pesawat.
Namun otoritas Malaysia bersikers dengan keputusannya. "Kami tidak akan membuang-buang peluang sekecil apapun. Kami melihat semua kemungkinannya," sanggah Kepala Otoritas Penerbangan, Azharuddin Abdul Rahman.